ABSTRAK. Kata kunci: Konseling, Motivasi, PUS PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Anik Nurhayati. Korespondensi : Anik Nurhayati, d/a Puskesmas Kalibaru Jl. Jember No. 39 Kalibaru Kulon ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

Mitha Destyowati ABSTRAK

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU (usia, Pendidikan, Pekerjaan, Dan Paritas ) DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS SUKUDONO SIDOARJO

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

23,3 50,0 26,7 100,0

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

HUBUNGAN POLA AKTIVITAS SEKSUAL DENGAN KETERATURAN KONSUMSI PIL KB PADA AKSEPTOR KB PIL. Andri Tri Kusumaningrum ABSTRAK

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PADA IBU NIFAS UNTUK MENYUSUI BAYINYA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI (Studi Di BPS Yuliana, Amd. Keb. Kabupaten Lamongan 2016)

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

Correspondence : Siti Rochimatul Lailiyah.,S.SiT.,MKes.*)Jl. R.E. Martadinata Bangkalan, Indonesia.

PENGARUH PENGETAHUAN AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IMPLANT. Yunik Windarti

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG IMPLANT DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT PADA AKSEPTOR DI BPS NY. HJ. FAROHAH DESA DUKUN GRESIK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

STUDI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA SELAMA MASA NIFAS (Di Desa Pomahan Janggan Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 2015)

GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KONTRASEPSI DENGAN KEIKUTSERTAAN AKSEPTOR KB PADA IBU NIFAS DI RS.WILLIAM BOOTH SURABAYA.

ABSTRAK. Kata Kunci : Peran suami, Akspektor Mantap (MOW).

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR PIL KB KOMBINASI

ANALISIS FAKTOR KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KB SUNTIK. (Analyze Factors to Mother s Compliance to have Repeated Injection) Imam Munif*, Zahid Fikri**

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI BPS INSULAMI DESA NGUWOK KEC

HUBUNGAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN AKSEPTOR (Studi Di BPS Dwenti K.R. Desa Sumberejo Kabupaten Lamongan 2015)

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAKUPAN K4 DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014

HUBUNGAN BEHAVIOUR INTENTION TENTANG PERILAKU PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DENGAN STATUS KEPESERTAAN DALAM KELUARGA BERENCANA

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

GAMBARAN FAKTOR PASANGAN DAN FAKTOR KESEHATAN ASEPTOR KB SUNTIK DI WILAYAH KELURAHAN MEDONO KOTA PEKALONGAN

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas. pembangunan di setiap daerah karena sangat penting untuk Human

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender (BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA KEMURANG WETAN KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TERHADAP MINAT MENGGUNAKAN KB IUD DI PUSKESMAS PURNAMA TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB PIL ORAL KOMBINASI DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI KB PIL DI DESA KARANG KECAMATAN DELANGGU KLATEN

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan 1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT KONTRASEPSI DENGAN PEMILIHAN ALKON SUNTIK DI BPS DIDIN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2009

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KOMBINASI PROGESTERON ESTROGEN TERHADAP KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

ABSTRAK. Kata kunci : Kontrasepsi Suntik,Sosial Budaya,Sosial Ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI CYCLOFEM TERHADAP SURAKARTA TAHUN Oleh. Siti Maesaroh 1) dan Nur Hayati 2) AKBID Mamba`ul `Ulum Surakarta

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN PERAN SUAMI DENGAN KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN KONTRASEPSI PASCASALIN PADA IBU MENYUSUI

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA CAKUPAN KB IUD DI DESA KEBONAGUNG KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KETERATURANANTENATAL CAREPADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS. Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini**

GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

GAMBARAN KEJADIAN EKSPULSI PEMASANGAN IUD PASCA PERSALINAN DI KECAMATAN BATURRADEN DAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS

Transkripsi:

PENGARUH KONSELING TERHADAP MOTIVASI PUS (PASANGAN USIA SUBUR) UNTUK MENGGUNAKAN IMPLANT DI PUSKESMAS KALIBARU KECAMATAN KALIBARU KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013 Anik Nurhayati 1,2 1. Puskesmas Kalibaru, 2. Universitas Kadiri Korespondensi : Anik Nurhayati, d/a Puskesmas Kalibaru Jl. Jember No. 39 Kalibaru Kulon ABSTRAK Salah satu tujuan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah menjarangkan kehamilan dengan metode kontrasepsi. Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang jangka waktunya 3-5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh konseling terhadap motivasi PUS untuk menggunakan implant di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu PUS usia 20-25 di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibaru sebanyak 524 orang. Teknik sampling mempergunakan simple random sampling. Alat untuk pengumpulan data adalah lembar kuesioner, selanjutnya data dianalisa dengan uji statistik Wilcoxon dengan α = 0.05. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan Z hitung -4.893 pada taraf signifikansi (2-Tiled) 0.005, lebih kecil dari α 0.05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima yang artinya ada pengaruh konseling terhadap motivasi PUS untuk menggunakan implant di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi tahun 2013. Konseling memiliki peranan yang cukup penting untuk meningkatkan pengetahuan individu. Pengethuan sendiri memiliki peranan yang penting dalam membentuk motivasi seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang dan semakin matang usia seseorang maka diharapkan motivasi yang di miliki oleh individu tersebut dalam kategori tinggi. Kata kunci: Konseling, Motivasi, PUS PENDAHULUAN Program keluarga berencana (KB) merupakan salah satu usaha pemerintah Indonesia untuk menanggulangi masalah pertumbuhan penduduk. PKBI sebagai pelopor penggerakan Keluarga Berencana dan sampai sekarang masih aktif membantu program Keluarga Berencana Nasional salah satu tujuannya adalah menjarangkan kehamilan dengan metode kontrasepsi. Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang jangka waktunya 5 tahun, sangat efektif dan nyaman 17

untuk ibu menyusui, bila dilepas kesuburan akan segera kembali. Akan tetapi pada kenyataanya, pemilihan kontrasepsi implant oleh para akseptor KB masih relative rendah. Pemasangan implant sederhana dan dapat diajarkan dan efek sampingnya sedikit implant merupakan kontrasepsi yang paling tinggi daya gunanya. Kegagalan adalah 0.3 per 100 tahun tetapi mengapa PUS kurang berminat menggunakan alat kontrasepsi ini (Manuaba, 2010). Berdasarkan data target Kecamatan di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi bahwa program Keluarga Berencana (KB) adalah untuk pengaturan kelahiran menuju terbentuknya keluarga berkualitas sampai akhir bulan Desember 2013. Target dari Puskesmas Kalibaru pada bulan juli tahun 2013 adalah 203 akseptor dengan rincian target: IUD 13 akseptor, MOW 1 akseptor, Implant 28 Akseptor, suntik 102 akseptor, pil 52 akseptor dan kondom 28 akseptor Adapun hasil pencapaiannya adalah sebanyak 114 akseptor atau sebesar 56,16% dari target. Capaian tersebut dapat dirinci sebagai berikut; peserta, MOW 2,5%, implant 8,9 %, pil 9.9%, kondom 0.9% dan kontrasepsi suntik sebanyak 11,3% dan IUD sebesar 22,6%. Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis kontraspesi, hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Secara umum alas an utama wanita tidak menggunakan KB implant yang paling dominan. dikemukakan adalah merasa tak subur, alas an berikutnya yang cukup meenonjol adalah alas an telah mengaalami menopause, selain itu masih dijumpai alas an mengenai larangan suami dan budaya atau agama (BKKBN, 2011) Salah satu cara untuk meningkatkan keberhasilan gerakan Keluarga Berencana (KB) adalah dengan memberikan informasi yang benar dan akurat secara bertanggung jawab tentang pentingnya kontrasepsi implant sesuai dengan perkembangan ilmu. Untuk menambah ketrampilan / pengetahuan kepada para pelaksana maupun pelayanan di lapangan dalam rangka memberikan kenyamanan dan rasa puas bagi peserta KB (BKKBN, 2011). Berdasarkan uraian di atas tersebut, peneliti ingin mengetahui Pengaruh konseling terhadap motivasi ibu untuk menggunakan implant di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu PUS usia 20-25 di Wilayah Kerja Puskesmas Kalibaru sebanyak 524 orang dengan sampel sebanyak 226 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah probability jenis Simple Random Sampling. Dalam penelitian ini variabel independen adalah konseling dan variabel dependennya adalah motivasi ibu memakai implant. 18

Definisi Operasional Tabel 1 Definisi operasional konseling dengan motivasi ibu untuk menggunakan implant di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor Independen: adalah proses Proses Konseling Pedoman Konseling pemberian informasi 1. Tahap awal Konseling kepada ibu-ibu konseling tentang kontrasepsi 2. Tahap pertengahan implant (Tahap Kerja) 3. Tahap Akhir Dependen: Motivasi ibu menggunakan implant Dorongan yang membuat seeorang melakukan sesuatu sebagai respon Penelitian ini melakukan kajian status pada motivasi ibu untuk menggunakan implant. Bahan yang diperlukan adalah SAP, leaflet dan kuesioner. Instrumen yang digunakan dakam penelitian ini adalah kuisioner jenis Closed Ended Multiple Choce dengan pengukuran skala Likert. Lokasi diadakannya penelitian adalah di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi pada Juli 2013 Analisa data Untuk skor data motivasi: 1. Ya : 1 2. Tidak : 0 Selanjutnya analisa data yang dilakukan pada semua responden dilakukan scorimg dengan rumus: SP Skore (N) = X 100 SM Konseling Karakteristik orang yang memiliki motivasi tinggi: 1. Kemampuan untuk melakukan aktivitas 2. Kegigihan berusaha Kuesioner Ordin al Ya : 1 Tidak : 0 Motivasi rendah : 0-33 Motivasi sedang : 34-67 Motivasi tinggi 68-100 Keterangan: N : Menyatakan persentase SP : Skore diperoleh responden SM : Skore tertinggi yang diharapkan pada semua responden Kemudian data tersebut diinterprestasikan sebagai berikut 1. Motivasi ibu rendah : 0-33 2. Motivasi ibu sedang : 34-67 3. Motivasi ibu tinggi : 68-100 Analisis Data Menurut Djarwanto (2001; 216), dikarenakan data berskala ordinal dan sampel tunggal maka dilakukan analisis dengan uji Wilcoxon dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer (soft ware) SPSS versi 20.0 for windows. Untuk mengetahui tingkat signifikasi dan hubungan antara variabel dapat diketahui sebagai berikut: 1. Jika p value 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya terdapat pengaruh konseling 19

terhadap motivasi PUS untuk menggunakan implant di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi 2. Jika p value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya tidak ada pengaruh konseling terhadap motivasi PUS untuk menggunakan implant di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Motivasi PUS untuk menggunakan implant sebelum dilakukan konseling Berikut ini akan disajikan data motivasi PUS untuk menggunakan implant di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi sebelum dilakukan konseling: Tabel 2 Distribusi Motivasi PUS untuk menggunakan implant sebelum dilakukan konseling di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi Juli 2013 NO MOTIVASI FREKUENSI PERSENTASE 1 Tinggi 35 15.49% 2 Sedang 84 37.17% 3 Rendah 107 47.35% JUMLAH 226 100% Sumber : data primer 2013 Dari tabel di atas diketahui bahwa hampir setengah responden memiliki motivasi untuk menggunakan implant rendah sebanyak 107 orang (47,35%). Ini bisa kita lihat misalnya saja pada teori kompetensi dalam manajemen. Orang yang motivasinya rendah adalah orang yang baru melakukan sesuatu hanya berdasarkan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh job-desk atau atasannya. Maksudnya adalah miskin inisiatif untuk menyempurnkan, menginovasi atau memperbaiki performansi. Agak dibilang tidak lebih rendah adalah orang yang sudah punya dorongan untuk menginovasi atau mengimprovisasi tugas-tugasnya namun dengan cara yang kurang efektif atau kurang efisien atau bertentangan dengan nilai-nilai organisasi. Yang paling tinggi adalah orang yang punya dorongan atas dasar inisiatif, efektif, efisien dan sinkron dalam memilih cara, serta menghasilkan kinerja yang lebih bagus. Menurut Stevenson (2002: 2) Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon. Menurut Ahmad Sudrajat (2008: 19) kalau menelaah teori motivasi yang digagas ilmu pengetahuan dan agama, indikator tinggi-rendahnya motivasi seseorang itu terletak pada kemana ia membangun dependensi (ketergantungan). Semakin kuat seseorang menggantungkan sumber motivasinya pada faktor eksternal berarti semakin rendah. Sebaliknya, semakin kuat seseorang menggantung sumber motivasinya pada faktor internal berarti semakin kuat. Berdasar tingkat pendidikan lebih dari setengah responden memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 119 orang (53%). Pendidikan SD merupakan pendidikan dasar. Pendidikan dasar memiliki dasar 20

pengetahuan yang kurang. Pengetahuan yang kurang khususnya tentang implant menyebabkan motivasi untuk menggunakan implant juga dalam kategori kurang. 2. Motivasi PUS Untuk Menggunakan Implant sesudah konseling Berikut ini disajikan data motivasi ibu untuk menggunakan implant sesudah konseling di Puskesmas Tabel 3 Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi: Distribusi motivasi ibu untuk menggunakan implant sesudah konseling di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Juli 2013 NO MOTIVASI FREKUENSI PERSENTASE 1 Tinggi 64 28.32% 2 Sedang 109 48.23% 3 Rendah 53 23.45% JUMLAH 226 100% Sumber : data primer 2013 Tabel 3 di atas menunjukkan hampir setengah responden memiliki motivasi untuk menggunakan implant sedang sebanyak 109 orang (48,23%). Menurut Stevenson (2002: 2) Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon. Sedangkan menurut Widayatun (1999: 112) Motivasi adalah dorongan yang berasal dari bahasa latin movare yang berarti mendorong atau menggerakkan. Menurut Widayatun (1998: 114) motivasi terjadi karena adanya. kebutuhan seseorang yang harus segera dipenuhi untuk segera berakhir dan segera mencapai tujuan. Motivasi sebagai motor penggerak dan bahan bakarnya adalah kebutuhan atau need itu tadi. Dari data umur responden, keseluruhan responden memiliki umur 20-25 tahun. Pada umur tersebut individi memiliki tingkat penyerapan pengetahuan yang oprimal. Sehingga dapat mempengaruhi motivasi dari individu untuk menggunakan implant. 3. Pengaruh konseling terhadap motivasi PUS untuk menggunakan implant Berikut ini disajikan data pengaruh konseling terhadap motivasi PUS untuk menggunakan implant di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi 21

Tabel 4 Tabulasi silang pengaruh konseling terhadap motivasi PUS untuk menggunakan implant di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi tahun 2013 NO MOTIVASI MOTIVASI PRE MOTIVASI POST FREKUENSI PERSENTASE FREKUENSI PERSENTASE 1 Tinggi 35 15.49% 64 28.32% 2 Sedang 84 37.17% 109 48.23% 3 Rendah 107 47.35% 53 23.45% JUMLAH 226 100% 226 100% Nilai Z = -4.893 dengan Asymp. Sig (2 Tiled) 0.00 Dari tabel 4 di atas diketahui bahwa motivasi responden sebelum dilakukan konseling dengan kategori rendah, hampir setengah responden sebanyak 107 orang (47.35%). Sementara itu setelah dilakukan konseling KB Implant motivasi responden meningkat menjadi kategori motivasi sedang sebanyak 109 responden (48.23%). Dari analisis statistic dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan Z hitung -4.893 pada taraf signifikansi (2-Tiled) 0.005, lebih kecil dari α 0.05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima yang artinya ada pengaruh konseling terhadap motivasi PUS untuk menggunakan implant di Puskesmas Kalibaru Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi tahun 2013. Dari data diatas dapat di ketahui bahwa konseling memiliki peranan yang cukup penting untuk meningkatkan pengetahuan individu. Pengethuan sendiri memiliki peranan yang penting dalam membentuk motivasi seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang dan semakin matang usia seseorang maka diharapkan motivasi yang di miliki oleh individu tersebut dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan semakin tau seseorang maka individu akan memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan hal-hal yang baik yang berhubungan dengan kesehatanya. Menurut Widayatun (1998: 114) motivasi terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus segera dipenuhi untuk segera berakhir dan segera mencapai tujuan. Motivasi sebagai motor penggerak dan bahan bakarnya adalah kebutuhan atau need itu tadi. Menurut Widayatun (2009: 115) faktor pengaruh terhadap motivasi adalah: 1. Faktor psikis dan mental 2. Faktor herediter, lingkungan dan kematangan usia 3. Faktor intrinsik seseorang 4. Situasi dan kondisi 5. Program dan aktivitas 6. Fasilitas (sarana dan prasarana) KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagian besar responden memiliki motivasi untuk menggunakan implant sebelum konseling rendah sebanyak 107 orang (47.35%). 2. Sebagian besar responden memiliki motivasi untuk menggunakan implant sesudah konseling sedang sebanyak 109 orang (48,23%).). 3. Ada pengaruh konseling terhadap motivasi PUS untuk menggunakan implant di Puskesmas Kalibaru 22

Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi tahun 2013 SARAN Saran pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagi ibu akseptor KB Tingkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi khususnya implant, karena bisa menjadi pilihan kedua atau bahkan pilihan pertama untuk penggunaan alat kontrasepsi karena kefektifan, kemudahan dan keakuratanya. 2. Bagi tempat pelayanan Keluarga Berencana (KB). Berikan penjelasan tentang manfaat, cara pemasangan, cara melepas, kelebihan dan kekurangan kontrasepsi implant kepada aseptor KB. 3. Bagi peneliti yang akan datang Teliti factor yang lain yang dapat mempengaruhi motivasi ibu untuk menggunakan kontra sepsi implant, seperti factor dukungan suami untuk menggunakan kontrasepsi implant. DAFTAR PUSTAKA A.M, Sardiman. 2008. Motivasi. Jakarta: EGC Hidayat, A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta : Salemba Medika. Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. BKKBN, 2003. Pelatihan Penyegaran IUD dan Implan Jakarta. ------------, 2009. Buku Saku Kontrasepsi Pasca Persalinan Jakarta. Burns and Grove, Sk. 2011. The Practice Of Nursing Research; Conduct Critiques An Untilisation, 2 nd WB saunders co, Philadelpia Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2003. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman. Hartanto, Hanafi. 2006. KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Hasan, Zarkasji. 2001. Sekilas Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Dalam Program KB Nasional, Jakarta. Mansjoer, Arif et al. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga jilid 1 Jakarta: Media Aesculapius Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri Jilid 2 Jakarta: EGC Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rhineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta: Rhineka Cipta. Nursalam & Pariani, S. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto. Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Salemba Medika. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kandungan Jakarta. YBPSP. Speroff, Leon, et al. 2005. Pedoman Klinis Kontrasepsi Edisi 2. Jakarta: EGC Sudrajat, Ahmad. 2008. Mengukur Motivasi. Jakarta: EGC Sugiono. 2003. Statistik Untuk Penelitian. Jakarta: CV Alfabe Suliha, Uha. 2002. Pendidikan Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta Stevenson, Nancy. 2002. Penuntun 10 Menit Seni Motivasi. Jakarta: EGC Widayatun. 2009. Psikologi Pendidikan Dan Motivasi. Surabaya: IKM 23