PEMBAHASAN UMUM Tanaman nenas (Ananas Comosus (L) Merr.) merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi yang luas. Tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, bahkan pada tanah yang kurang subur masih bisa berproduksi, tetapi produksi yang tinggi dan kualitas terbaik hanya dapat diperoleh pada tanah yang kesuburannya tinnggi (Bartholomew et al. 2002). Di Indonesia tanaman nenas di tanam pada berbagai jenis tanah dengan tingkat kesuburan yang bervariasi. Tanah Inceptisol, Ultisol, dan Andisol merupakan tanah-tanah pertanian utama di Indonesia (Subagyo et al. 2000). Ketiga jenis tanah tersebut mempunyai tingkat kesuburan yang berbeda secara alami. Hasil penelitian evaluasi kesuburan tanah Inceptisol Darmaga, Inceptisol Ciawi, Ultisol Jasinga, dan Andisol Ciapus dengan uji Minus One Test untuk tanaman nenas, menunjukkan bahwa tanah-tanah tersebut mempunyai kesuburan yang berbeda yang ditunjukkan oleh adanya perbedaan pertumbuhan tanaman nenas. Pada tanah Inceptisol Darmaga dan Inceptisol Ciawi tanaman nenas menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman nenas pada tanah Ultisol Jasinga dan Andisol Ciapus. Hal ini disebabkan karena tanah Inceptisol Darmaga mempunyai kandungan pasir yang lebih tinggi yang merupakan kondisi tanah yang paling ideal untuk pertumbuhan tanaman nenas. Menurut Wee dan Thongthang (1997) bahwa, tanah liat ber pasir yang dapat dikeringkan dengan baik dan mengandung bahan organik tinggi dengan ph 4.5 sampai 6.5 merupakan tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman nenas. Kandungan liat dan Al serta Zn yang tinggi pada tanah Ultisol menjadi faktor penghambat pertumbuhan tanaman nenas pada tanah tersebut, sedangkan pada tanah Andisol disebabkan oleh tingginya kadar Mn yang mungkin sudah berada pada tingkat yang dapat meracuni tanaman nenas. Mengel dan Kirkby (1987) mengemukakan bahwa apabila terjadi kelebihan unsur hara Mn, dapat mengiduksi defisiensi unsur hara Fe, Mg, dan Ca. Sedangkan keracunan Zn mengiduksi defisiensi Fe, Mg, dan Mn (Marschner 1995). Pada tanah Ultisol yang mempunyai kandungan liat tinggi akan menyebabkan tingginya daya jerap tanah terhadap unsur hara K, sedangkan Al
108 yang tinggi dapat mengikat hara P sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Untuk dapat menyerap unsur hara P dan K pada tanah tersebut, tanaman nenas melakukan mekanisme dengan meningkatkan pertumbuhan akar yang lebih dominan. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya bobot kering akar tanaman nenas pada tanah Ultisol Jasinga. Namun demikian pertumbuhan akar yang dominan akan menyebabkan pertumbuhan bahagian atas (tajuk) tanaman menjadi terhambat, karena sebahagian besar karbohidrat hasil fotosintesis akan ditranslokasi ke akar untuk mendukung pertumbuhan akar. Terhambatnya pertumbuhan tajuk tanaman nenas akan menyebabkan terjadinya hambatan pertumbuhan daun, karena sebahagian besar (45%) akumulasi bahan kering tanaman adalah daun (Hanafi dan Halimah 2004). Hambatan pertumbuhan pupus atau daun pada tanaman nenas, akan menyebabkan hambatan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, karena daun merupakan organ utama tempat berlansungnya proses fotosintesis bagi tanaman. Pemupukan dengan hara N, P, K merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman nenas, karena ketiga unsur hara tersebut merupakan unsur hara makro primer bagi tanaman. Tetapi dalam pelaksanaannya masih kurang tepat karena dosis pupuk yang diberikan masih bersifat umum, belum memperhatikan status hara tanah dan kebutuhan tanaman akan hara tersebut. Kondisi status hara tanah yang berbeda akan menyebabkan pertumbuhan tanaman yang berbeda, hal ini akan menyebabkan respon tanaman terhadap pemupukan juga akan berbeda. Hasil penelitian Minus One Test menunjukkan bahwa status hara N, P, K tanah pada Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmaga dan Inceptisol Ciawi masih berada dibawah status hara optimal untuk pertumbuhan tanaman nenas. Tetapi pemupukan dengan dosis 400 kg N ha -1, 200 kg P 2 O 5 ha -1, dan 400 kg K 2 O ha -1 pada tanah Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, dan Inceptisol Ciawi sudah melebihi dosis optimal untuk pertumbuhan tanaman nenas. Sedangkan untuk tanah Inceptisol Darmaga, dosis pupuk tersebut belum melebihi dosis pupuk optimal untuk pertumbuhan tanaman nenas. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan secara umum bahwa diantara ketiga unsur hara tersebut, yang menjadi faktor pembatas utama bagi
109 pertumbuhan tanaman nenas adalah hara K kemudian diikuti oleh hara N dan faktor pembatas paling ringan adalah hara P. Tetapi kalau ditinjau berdasarkan jenis tanah, maka unsur hara yang menjadi faktor pembatas utama pertumbuhan tanaman nenas pada tanah Ultisol Jasinga dan Andisol Ciapus adalah kalium kemudian diikuti oleh fosfor dan faktor pembatas yang paling ringan adalah unsur hara nitrogen. Sedangkan unsur hara yang menjadi faktor pembatas utama pada tanah Inceptisol Darmaga adalah kalium, kemudian diikuti oleh nitrogen, dan unsur hara yang menjadi faktor pembatas paling ringan adalah fosfor. Pada tanah Inceptiol Ciawi unsur hara yang menjadi faktor pembatas utama pertumbuhan tanaman nenas adalah adalah nitrogen. Hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa pemberian pupuk yang tepat dan efisien hanya bisa dilaksanakan dengan baik apabila dosis pemupukan berdasarkan pada status hara tanah dan kebutuhan tanaman akan hara tersebut. Untuk mendukung program tersebut maka penelitian korelasi dan kalibrasi uji tanah perlu dilakukan. Penelitian korelasi uji tanah dimaksudkan untuk memperoleh metode ekstraksi yang sesuai untuk suatu hara dan tanaman tertentu, sedangkan kalibrasi uji tanah dimaksudkan untuk mengetahui status hara tanah dan dosis pupuk yang harus diberikan pada setiap status hara tanah tersebut. Hasil penelitian korelasi uji tanah hara P pada tanah Inceptisol Darmaga menunjukkan bahwa metode Bray-1 menunjukkan nilai korelasi dengan produksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode Morgan Wolf, HCl 25%, Olsen, Bray-2, Truog, dan Mehlich. Dengan demikian maka metode Bray-1 dapat digunakan untuk menduga kebutuhan pupuk P tanaman nenas. Hasil penelitian yang dilakukan pada tanah Inceptisol Sukabumi menunjukkan bahwa pengekstrak Truog, HCl 25%, Bray-1, dan Cowel terpilih dalam menduga kebutuhan pupuk P untuk tanaman jagung (Nursyamsi 2002). Menurut Tan (1996) bahwa metode Bray-1 dan Bray-2 mempunyai pereaksi HCl dan NH 4 F umumnya sesuai untuk menduga status P pada tanah-tanah masam yang banyak mengandung P dalam bentuk Al-P dan Fe-P. Ion F - dalam pengekstrak tersebut dapat membebaskan P dari Al-P dan Fe-P pada permukaan mineral membentuk ikatan komplek AlF6 3- atau FeF6 3-. Selain itu ion H + juga berperan dalam meningkatkan kelarutan P yang berasal dari kedua bentuk tersebut.
110 Hasil penelitian korelasi uji tanah hara K untuk tanaman nenas pada tanah Inceptisol Darmaga diperoleh hasil bahwa metode Bray-1, Bray-2, HCl 25%, Olsen, NH 4 OAc ph 7.0, Mehlich, dan NH 4 OAc ph 4.8 (Morgan Venema) dapat digunakan untuk menduga kebutuhan pupuk K untuk tanaman nenas. Diantara metode ekstraksi tersebut, metode Bray-1 dinyatakan sebagai pengekstrak terbaik, karena mempunyai nilai korelasi tertinggi dengan produksi dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya. Penelitian korelasi uji tanah hara K yang dilakukan pada tanah Inceptisol oleh Nursyamsi (2002) dilaporkan bahwa pengekstrak Mehlich, HCl 25%, Bray-1, Bray-2, NH 4 OAc ph 4.8, dan NH 4 OAc ph 7.0 merupakan pengekstrak terpilih dalam menduga kebutuhan pupuk K untuk tanaman jagung pada Inceptisol Sukabumi. Pada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui metode ekstraksi hara K untuk tanaman kedelai pada tanah Inceptisol Subang, pengekstrak terbaik untuk menduga kebutuhan pupuk K adalah pengekstrak Bray-1 dan Bray-2 (Sutriadi dan Nursyamsi 2002). Metode uji hara N tanah adalah yang paling sulit dikembangkan karena mobilitas N-NO 3 sangat tinggi sehingga mudah berubah dari waktu ke waktu. Metode Kjeldahl adalah metode yang paling sering digunakan untuk mengukur kapasitas N tanah sebagai dasar menentukan ketersediaan N bagi tanaman (Leiwakabessy 1996). Pada penelitian pemupukan nitrogen untuk tanaman nenas, kadar hara N tanah dianalisis dengan menggunakan Metode Kjeldahl sebelum aplikasi pupuk N untuk mengetahui kadar hara N tanah yang digunakan dalam penelitian. Dengan demikian maka rekomendasi pemupukan N yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian pemupukan N dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat rekomendasi pemupukan N untuk tanaman nenas pada tanah-tanah yang mempunyai kondisi tanah yang hampir sama dengan tanah yang digunakan dalam penelitian. Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman nenas dalam jumlah yang lebih banyak dari pada hara lainnya kecuali kalium (Malezieux dan Bartholomew 2003), oleh karena itu untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman nenas perlu dilakukan pemupukan N, tetapi pemberian N dalam jumlah yang berlebihan dapat menurunkan produksi dan kualitas buah tanaman nenas.
111 Tanaman nenas membutuhkan unsur hara N untuk memacu pertumbuhan vegetatif seperti pertambahan tinggi tanaman, tetapi dosis pupuk N yang dibutuhkan bervariasi tergantung pada fase pertumbuhan tanaman dan kadar hara N dalam tanah. Pada tanah Inceptisol yang mempunyai kandungan hara N 0.14%, tanaman nenas membutuhkan hara nitrogen sebanyak 300 kg N ha -1 untuk menghasilkan daun yang banyak, demikian juga terhadap tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 6 bulan dan sembilan bulan sesudah tanam. Tetapi pada saat tanaman berbunga, untuk memperoleh tanaman yang lebih tinggi maka diperlukan hara N sebanyak 450 kg N ha -1. Malezieux dan Bartholomew (2003) mengemukakan bahwa tanaman nenas membutuhkan sedikit hara N selama awal pertumbuhan, oleh karena itu hubungan antara N tanah dan pertumbuhan awal adalah sedikit. Tetapi pada pertumbuhan selanjutnya, tanaman nenas membutuhkan hara N yang lebih banyak. Peningkatan laju pertumbuhan jumlah daun dan tinggi tanaman sebagai akibat adanya suplai hara N yang cukup bagi tanaman, akan mempercepat saat berbunga dan saat panen tanaman nenas. Py et al. (1987) mengemukakan bahwa pembungaan pada tanaman nenas secara alami selain dipengaruhi oleh faktor eksternal lingkungan tumbuh, juga dipengaruhi oleh faktor tanaman terutama ukuran tanaman. Nenas Smooth Cayenne harus mencapai berat tanaman minimum sebelum induksi secara alami terhadap pembungaan bisa terjadi. Dengan demikian maka pemupukan N yang dapat memacu pertumbuhan tanaman juga akan mempercepat waktu pembungaan dan saat panen. Tetapi pemupukan N dengan dosis yang lebih tinggi akan memperlambat saat berbunga dan saat panen pada tanaman nenas. Peningkatan kadar hara nitrogen tanah akan meningkatkan serapan hara N tanaman nenas. Adanya pertumbuhan tanaman yang baik akibat pemberian N, akan merangsang aktivitas dan perkembangan akar sehingga dapat membantu penyerapan unsur-unsur hara lainnya (Olson dan Kurtz 1985). Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pemupukan N meningkatkan serapan hara N dan K tetapi menurunkan serapan hara P tanaman nenas. Mengel dan Kirkby (1987) mengemukakan bahwa semua amonium yang diberikan ke dalam tanah akan berubah menjadi nitrat dalam waktu 14 hari. Berarti bahwa sebahagian besar
112 nitrogen yang diserap oleh tanaman nenas adalah dalam bentuk nitrat. Jones (1998) menyatakan bahwa pengambilan NO - 3 merangsang pengambilan kation. Hal ini menyebabkan pengambilan kalium meningkat karena tanaman mengambil kalium dalam bentuk ion K + (Ahn 1993). Sebaliknya akan menurunkan pengambilan hara P tanah yang diserap dalam bentuk H 2 PO - 4 karena akan terjadi kompetisi dalam penyerapannya oleh tanaman nenas. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dan produksi tanaman nenas akan berkurang pada pemberian N yang lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pemupukan N yang optimum untuk tanaman nenas pada tanah Inceptisol yang mempunyai kadar hara N 0.14% adalah 578 kg N ha -1, sedangkan batas kritis kadar hara N daun tanaman nenas adalah 0.7% bobot kering. Peningkatan dosis pemupukan nitrogen sampai 600 kg N ha -1 menyebabkan pertumbuhan dan produksi tanaman menurun. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk N pada dosis tersebut dapat menurunkan kadar P daun tanaman nenas sampai 0.14% bobot kering. Malezieux dan Bartholomew (2003) mengemukakan bahwa apabila tanaman nenas kekurangan P, dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan seluruh bagian tanaman. Hal ini disebabkan karena P merupakan hara makro esensial yang memegang peranan penting dalam berbagai proses hidup tanaman seperti; fotosintesis, metabolisme karbohidrat dan proses transfer energi di dalam tubuh tanaman (Buchanan et al. 2000). Untuk memenuhi kebutuhan hara P tanaman nenas maka perlu dilakukan pemupukan. Tetapi pemupukan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan status hara P tanah karena pemupukan yang berlebihan dapat menurunkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemupukan yang rasional dan berimbang dapat tercapai apabila memperhatikan status dan dinamika hara tanah serta kebutuhan tanaman akan hara tersebut untuk mencapai pertumbuhan dan produksi maksimum. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan apabila rekomendasi pemupukan dilandasi oleh hasil penelitian uji tanah. Hasil penelitian kalibrasi uji tanah hara P untuk tanaman nenas menunjukkan bahwa tanaman nenas mempunyai pertumbuhan daun dan tinggi tanaman tertinggi pada tanah yang mempunyai kadar hara P 20.67 ppm P 2 O 5.
113 Peningkatan kadar hara tanah diatas kadar hara tersebut (83.33 ppm P 2 O 5 ) menyebabkan penurunan jumlah daun dan tinggi tanaman, juga menyebabkan saat berbunga dan saat panen terlambat. Hal ini menunjukkan bahwa kadar P tanah 20.67 ppm P 2 O 5 dapat memenuhi kebutuhan tanaman nenas untuk pertumbuhan daun dan pertambahan tinggi tanaman, sehingga aplikasi pupuk P tidak akan memberikan pengaruh terhadap perbaikan pertumbuhan daun dan tinggi tanaman, sedangkan pada kadar hara P tanah 83.33 ppm P 2 O 5 sudah melebihi kadar hara P tanah yang optimum untuk pertumbuhan tanaman nenas. Hasil tersebut di atas masih perlu dikaji lebih lanjut pada parameter produksi, karena menurut Kelly (1993), serapan hara P tanaman nenas pada saat inisiasi pembungaan meningkat 100% jika dibandingkan dengan serapan hara P tanaman nenas pada saat fase vegetatif. Hal ini memberi indikasi bahwa kebutuhan P tanaman nenas meningkat 100% setelah mamasuki fase generatif, dengan demikian maka kebutuhan suplai pupuk P juga akan semakin meningkat jika dibandingkan dengan kebutuhan P pada saat fase vegetatif. Hal ini bisa terjadi karena pada saat fase generatif, tanaman nenas membutuhkan lebih banyak suplai hara dan karbohidrat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan buah, serta pertumbuhan tunas baru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa batas kritis hara P daun tanaman nenas adalah 0.13% bobot kering. Walaupun pertumbuhan daun dan tinggi tanaman mengalami perununan akibat peningkatan kadar hara P tanah dan pemupukan P, tetapi serapan hara N, P dan K tanaman nenas meningkat seiring dengan peningkatan dosis pemupukan P pada setiap taraf kadar hara P tanah. Havlin et al. (1999) mengemukakan bahwa suplai hara P yang baik berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan akar. Perkembangan akar yang baik akibat pemberian P akan meningkatkan kemampuan tanaman nenas menyerap unsur hara N, P dan K Untuk memperoleh produksi buah yang maksimum pada tanah yang mempunyai kadar hara 20.67 ppm P 2 O 5 perlu dilakukan pemupukan dengan pupuk P dengan dosis 300 kg P 2 O 5 ha -1. tetapi secara statistik pemupukan P tidak menujukkan pengaruh yang nyata produksi. Hal ini menjadi indikator bahwa kadar hara P tanah dengan 20.67 ppm P 2 O 5 sudah dapat menyedeiakan kara P yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hara P untuk tanaman nenas, dengan
114 demikian maka pemupukan P tidak perludilakukan. Menurut Kelly (1993) bahwa P tanah adalah petunjuk utama yang digunakan untuk menaksir kebutuhan P bagi tanaman nenas, dan kadar 20 ppm P atau lebih tinggi dibutuhkan untuk menyokong pertumbuhan nenas. Gejala defisiensi P nampak pada tanah yang mempunyai kadar P dibawah 5.0 ppm P atau 11.45 ppm P 2 O 5. Selain hara nitrogen dan fosfor, tanaman nenas juga membutuhkan hara kalium, bahkan unsur hara tersebut merupakan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak untuk mendukung pertumbuhan tanaman nenas (Malezieux dan Bartholomew 2003). Tetapi disisi lain kandungan K tanah pada tanah-tanah tropika sangat cepat mengalami penurunan. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan hara K tanaman nenas perlu dilakukan pemupukan kalium. Namun demikian pemupukan harus dilakukan secara efisien sesuai kebutuhan tanaman dan status hara K tanah, karena pemberian K yang berlebihan selain dapat menurunkan produksi juga dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Hasil penelitian kalibrasi uji tanah hara K untuk tanaman nenas menunjukkan bahwa, peningkatan kadar K tanah dapat meningkatkan pertambahan jumlah daun dan tinggi tanaman, percepatan saat berbunga dan saat panen serta meningkatkan produksi tanaman nenas. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan hara K tanah, sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hara K bagi tanaman nenas. Untuk meningkatkan kadar hara K tanah, perlu dilakukan pemupukan dengan kalium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk K sampai 800 kg K 2 O ha -1 masih diikuti oleh peningkatan pertumbuhan dan produksi buah tanaman nenas. Hal ini disebabkan karena dengan adanya peningkatan kadar K tanah, tanaman nenas dapat menyerap unsur hara K yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Peningkatan serapan hara K tersebut juga diikuti oleh peningtan serapan hara N dan P. Hasil tersebut diatas disebabkan karena unsur hara kalium merupakan aktivator dari banyak enzim-enzim untuk berlansungnya respirasi dan fotosintesis (Taiz dan Zeiger 1991). Untuk berlangsungnya berbahagai aktivitas tersebut, tanaman nenas menyerap hara N dan P dalam jumlah yang banyak, karena kedua unsur hara tersebut merupakan unsur penyusun ATP yang sangat dibutuhkan
115 dalam berbagai proses metabolisme tanaman. Kalium diperlukan untuk akumulasi dan translokasi karbonat yang baru saja dibentuk oleh tanaman dari hasil fotosintesis (Banuelos et al. 2002). Dengan demikian, maka ketersediaan kalium yang cukup akan menjamin translokasi karbohidrat ke akar dan daun yang sedang aktif melakukan pertumbuhan, juga translokasi karbohidrat untuk pertumbuhan dan perkembangan buah tanaman nenas. Tanaman yang kekurangan K akan mengalami hambatan pertumbuhan dan rendahnya produksi buah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa batas kritis kadar hara K daun tanaman nenas adalah 1.71% bobot keing. Berdasarkan respon hasil relatif tanaman nenas terhadap kadar hara K tanah, maka kelas ketersedian hara K tanah untuk tanaman nenas dapat dibagi menjadi tiga kelas sebagai berikut: 1. status hara K tanah rendah, apabila kadar hara K tanah lebih rendah dari 14 ppm K 2 O, 2. status hara K sedang, apabila status kadar hara K tanah berada pada kisaran 14-50 ppm K 2 O, dan 3. status hara K tinggi apabila kadar hara K tanah lebih besar dari 50 ppm K 2 O. Perbedaan status hara tersebut akan menyebabkan perbedaan jumlah pupuk K yang dibutuhkan untuk memperoleh produksi buah tanaman nenas yang optimum pada setiap status hara K tanah. Pada tanah yang berstatus hara K rendah diperlukan dosis pemupukan K sebanyak 634 kg K 2 O ha -1, dan pada tanah yang bestatus hara K sedang dibutuhkan dosis pemupukan K sebanyak 529 kg K 2 O ha -1, sedangkan pada tanah yang berstatus hara K tinggi dibutuhkan dosis pemupukan K sebanyak 425 kg K 2 O ha -1. Pada tanah yang mempunyai status hara K sedang dan tinggi, tidak perlu dilakukan pemupukan K, karena pemupukan K pada tanah yang mempunyai status hara K sedang dan tinggi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan produksi buah tanaman nenas. Secara umum, dapat dikemukakan bahwa melalui penelitian ini telah memberikan arahan dalam menyusun rekomendasi pemupukan pada tanaman nenas berdasarkan uji tanah dan analisis tanaman. Sumbangan yang paling signifikan dari hasil penelitian ini adalah ditemukannya metode ekstraksi hara P dan K yang sesuai untuk menduga kebutuhan pupuk P dan K untuk tanaman nenas pada tanah Inceptisol. Sumbangan lainnya adalah telah diketahui status hara P dan K tanah untuk tanaman nenas, walaupun dalam penelitian ini baru
116 mendapatkan satu kelas status hara untuk hara P tanah dan tiga kelas status hara untuk hara K tanah, juga telah memperkaya informasi tentang kadar hara kritis hara N, P, K daun D tanaman nenas serta dosis pupuk N, P, K yang optimum untuk tanaman nenas.