HUBUNGAN PENGALAMAN BERTANDING TERHADAPEMOTIONAL QUOTIENT ( EQ) PADA ATLET PENCAK SILAT PPL KATAGORI TANDING ( M.M.ENDANG SRI RETNO, FIK UNNES) Abstrak Penelitian ini bermaksud membuktikan bahwa pengalaman bertanding berhubungan dengan kecekapan Emosi (EQ). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey, design penelitiannya One Shot CaseStudy, populasi dalam penelitian ini adalah atlet PPLP Pencak silat Jawa Tengah katagori Tanding yang berjumlah 10 orang tahun 2016. Instrument tes ada 2 ialah 1) untuk pengalaman bertanding yaitu : Piagam, dimana dari piagam yang diperoleh diberi kode berdasarkan peringkat seperti : Kotamadya/Kabupaten, Propinsi, Nasional, internasional. 2) kecerdasan Emosi ( EQ) dengan angket, mempunyai validitas 0.893 dan reliabilitas 0.949. Tehnik analisis data dengan analisis regresi sederhana. Hasil Penelitian diperoleh nilai t hitung sebesar 3.638 dan nilai signifikansi sebesar 0.007 < 0.05 berarti signifikan. Dengan demikian H 1 yang menyatakan bahwa : Ada hubungan Antara Pengalaman Bertanding Terhadap Kecerdasan Emosi (EQ) pada atlet PPLP Pencak Silat katagori Tanding : adalah diterima. Kesimpulannya ialah Ada hubungan Antara Pengalaman Bertanding Terhadap Kecerdasan Emosi (EQ) pada atlet PLPP Pencak Silat katagori Tanding. Saran : bagi pelatih, paling tidak hasil penelitian ini sebagai acuan dan merupakan bukti pentingnya pengalaman bertanding dalam meningkatkatkan prestasi atlet. Bagi atlet bahwa pengalaman bertanding merupakan treatmen atlet untuk melatih mental dalam memanage emosi. Dengan demikian kecerdasan emosi meningkat. Sebab dikatakan oleh David Goelman bahwa prestasi atau kesuksesan atlet ditentukan 80% ditentukan oleh kecerdasan emosi (EQ). Key Ward : Emosi, Kecerdasan Prestasi, Olahraga.
Latar Belakang Masalah Berbicara masalah olahraga maka tidak lepas dengan istilah prestasi, dimana prestasi merupakan hal yang sangat didambakan oleh setiap pelaku olahraga khususnya pelaku olahraga prestasi. Banyak hal yang harus dilakukan manusia untuk mencapai prestasi dalam bidang olahraga, di antaranya dengan memanfaatkan berbagai macam hal yang berhubungan dengan peningkatan prestasi dalam bidang olahraga, baik itu teknologi, sumber daya manusia, penelitian-penelitian dalam bidang olahraga dan lain sebagainya. Dalam olahraga terdapat empat faktor yang mempengaruhi prestasi atlet, yaitu faktor pisik, tehnik, taktik dan mental ( Bompa, 1994 : 39 ). Agung Nugroho ( 2000 : 92) menjelaskan tentang ke empat faktor tersebut untuk cabang olahraga pencak silat bahwa : 1) faktor pisik merupakan faktor pertama dalam olahraga pencak silat, karena pisik yang baik akan mendukung aktifitas dalam mendukung pencapaian prestasi maksimal, 2) faktor tehnik adalah suatu proses gerakan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu maksud dan tujuan, 3) faktor taktik adalah siasat atau akal yang digunakan pada saat bertanding untuk mencapai kemenangan secara sportif, 4) faktor mental adalah watak dan kondisi kejiwaan serta kepribadian seorang atlet baik pada saat latihan. dalam atau pun pertandingan maupun saat kehidupan sehari-hari. Prestasi atlet tidak didapatkan dari langit, tetapi dihasilkan dari latihan yang sistematis, terprogram dan berkesinambungan. Seorang pelatih memegang peranan penting dalam peningkatan prestasi atlet. Hal yang perlu diketahui bagi pelatih olahraga sebelum melatih atlet adalah memahami aspek latihan. Ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian serta dilatih secara sistematis diantaranya adalah: aspek fisik, aspek teknik, aspek taktik, aspek mental. Keempat aspek tersebut harus dilatih secara sistematis dan terencana berdasarkan prinsipprinsip latihan yang benar. Mental skill pada intinya adalah kesiapan pikiran seseorang untuk memenuhi tuntutan psikologis dalam kegiatan olahraga. Mental yang tegar, sama
halnya dengan tehnik dan fisik akan didapat melalui latihan yang terencana, teratur dan sistematis. Tujuan utama seorang pelatih olahraga prestasi adalah berusaha meningkatkan prestasi atletnya semaksimal mungkin. Untuk itu pelatih harus selalu meningkatkan pengetahuan di dalam metodologi melatih dengan cara mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi secara intensif. Berkembang pesatnya teknologi khususnya internet semakin memudahkan pelatih dalam mengakses informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu kepelatihan. Berdasarkan urain diatas, terlihat betapa luas masalah yang menyangkut usaha peningkatan prestasi tersebut. Perlu dikemukakan disini bahwa suatu analisis strategi pembinaan olahraga yang masih jarang dilakukan, yaitu pendekatan secara psikologis dalam upaya mencapai prestasi puncak. Peranan kondisi kejiwaan mempunyai pengaruh yang penting dan menentukan, di dalam usaha olahragawan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Misalnya aspek dan peranan motivasi, emosi, frustasi, anxiety (kecemasan), arousal (kegairahan) dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Aspek-aspek tersebut perlu di pelajari dan diterapkan dalam kegiatan olahraga apabila ingin mencapai prestasi puncak. Salah satu masalah yang dapat mempengaruhi keberhasilan atlet dalam penampilannya adalah aspek emosi yang dialami oleh atlet. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran, sehingga emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. Sedangkan menurut Descrates, emosi terbagi atas: Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu: fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002: 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu: 1. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati. 2. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, Putus asa. 3. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, Waspada, tidak tenang, ngeri. 4. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga 5. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih. 6. Terkejut : terkesiap, terkejut. 7. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka. 8. Malu : malu hati, kesal. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Sehingga berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Sementara menurut Mayer (Goleman, 2002) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi, yaitu: sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang dijalani menjadi sia-sia. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah reaksi terhadap suatu peristiwa (baik nyata ataupun tidak nyata) yang
mengakibatkan perubahan organ dan otot seseorang, dialami secara subjektif, diungkapkan melalui cara-cara seperti perubahan wajah dan tindakan untuk merespon stimulus. Bertolak dari penjelasan inilah pentingnya melatih mental untuk memperkuat emosi ialah kecerdasan emosi dengan perlunya pelatih memberikan PENGALAMAN BERTANDING. Olahraga yang seharusnya menjunjung rasa sportifitas yang tinggi harus menerima sangsi hingga larangan untuk bermain. Sangat disayangkan apabila permasalah itu timbul hanya karena masalah kecil sehingga menimbulkan emosi yang meluap-luap dan menghambat olahragawan dalam mencapai prestasi puncak. Methode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey, design penelitiannya One Shot CaseStudy, populasi dalam penelitian ini adalah atlet PPLP Pencak silat Jawa Tengah katagori Tanding yang berjumlah 10 orang tahun 2016, penelitian ini termasuk penelitian populasi karena jumlah populasi terbatas maka seluruh populasi digunakan sebagai sampel ( Suharsimi, 2010 : 173). Instrument tes ada 2 ialah 1) untuk pengalaman bertanding yaitu : Piagam, dimana dari piagam yang diperoleh diberi kode berdasarkan peringkat seperti : kode 1 Kotamadya / Kabupaten, kode 3 Propinsi, kode 5 Nasional, kode 7 Internasional, 2) kecerdasan Emosi ( EQ) dengan angket, mempunyai validitas 0.893 dan reliabilitas 0.949. Tehnik analisis data dengan analisis regresi sederhana. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 3.638 dan nilai signifikansi sebesar 0.007 < 0.05 berarti signifikan. Dengan demikian H 1 yang menyatakan bahwa : Ada hubungan Antara Pengalaman Bertanding Terhadap Kecerdasan Emosi (EQ) pada atlet PPLP Pencak Silat katagori Tanding: adalah diterima.
Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan Antara Pengalaman Bertanding Terhadap Kecerdasan Emosi (EQ) pada atlet PLPP Pencak Silat katagori Tanding. Daftar Pustaka Goelman, Daniel. 2003. Working with Emotional Intelegence. Kecerdasan Emosional Untuk Mencapai puncak prestasi. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Gunarsa, Singgih.Dl. 2008. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta ; Gunung Mulia P.Dwi Sunar 2010. Tes IQ, Tes EQ Plus Jogyakarta : Buku Biru. Suharsimi.Arikunto 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Asdi Mhasatya