Dampak Kegiatan Outward Bound Terhadap Pengembangan Kecerdasan Emosi (EQ) Herman Subarjah Sumardiyanto ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dampak Kegiatan Outward Bound Terhadap Pengembangan Kecerdasan Emosi (EQ) Herman Subarjah Sumardiyanto ABSTRAK"

Transkripsi

1 Dampak Kegiatan Outward Bound Terhadap Pengembangan Kecerdasan Emosi (EQ) Herman Subarjah Sumardiyanto ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kegiatan outward bound memberikan dampak positif terhadap pengembangan kecerdasan emosi (EQ), dan untuk mengetahui seberapa besar dampak positif kegiatan Outward Bound terhadap pengembangan kecerdasan emosi (EQ). Metode penelitian yang digunakan adalah dengan ex-post facto dengan pendekatan static group comparisson. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kecerdasan emosi berupa angket (kuesioner). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh positif yang signifikan dari Outward Bound terhadap kecerdasan emosi. dan terdapat perbedaan yang signifikan dari kecerdasan emosi mahasiswa yang terlibat Outward Bound dengan frekuensi yang berbeda. Kata kunci : Outbond dan Kecemasan (Anxiety). PENDAHULUAN Masalah keberhasilan dan kesuksesan segala bidang sudah pasti menjadi dambaan dan tujuan yang diimpikan setiap orang. Keberhasilan ini tentunya harus ditunjang dengan berbagai faktor yang dapat mendukung keberhasilan tersebut. Banyak orang berasumsi bahwa kualitas kecerdasan intelektual (IQ) dipandang sebagai indikator utama kesuksesan tersebut. Faktor kecerdasan intelektual (IQ) ternyata tidak bisa dijadikan sebagai jaminan seratus persen dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang. Orangorang yang kecerdasannya sedang-sedang saja seringkali mampu mencapai kesuksesan yang luar biasa. Menurut Dr. Daniel Goleman dalam Patricia Patton (2002:2) menyatakan bahwa, prosentasi kontribusi IQ dalam menunjang kesuksesan seseorang tak lebih dari 20 %, sisanya yang 80 % didukung oleh faktor-faktor lainnya termasuk kecerdasan emosional. Khusus bagi mereka yang memiliki kecerdasan inelektualnya (IQ) tinggi, kecerdasan emosional (EQ) merupakan suatu asset yang sangat berharga yang dapat mendukung IQ yang dimilikinya. Bila seseorang EQ-nya rendah, maka dia kurang bisa mencapai kesuksesan pribadi walaupun memiliki IQ tinggi. Seandainya kita hanya menggunakan pikiran rasional sewaktu menghadapi

2 cobaan atau tantangan-tantangan, kita cenderung bersikap analitis dan lupa mempertimbangkan perasaaan-perasaan orang lain. Mengenai hubungan antara IQ, EQ, ESQ, Ary Agustian (2003:100) menerangkan bahwa: Emosi (EQ) lebih mudah tersentuh melalui panca indera, khususnya mata dan telinga yang lebih dipergunakan untuk melihat, mendengar, dan mengukur benda-benda konkret (IQ), hati adalah aspek spiritual (SQ). Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis, maka penulis juga akan sedikit menjabarkan mengenai outward bound yang juga merupakan bagian dari penelitian. Dewasa ini banyak perusahaan/instansi swasta, instansi negeri, instansi TNI bahkan sekolah-sekolah telah banyak menggunakan metode outward bound sebagai upaya untuk menentukan kenaikan jabatan atau pangkat, bahkan sebagai cara menyeleksi untuk menentukan penerimaan pegawai baru. Untuk pembinaan kepemimpinan pun metode ini sering dilaksanakan baik itu oleh instansi pemerintah maupun swasta, organisasi kemasyarakatan, organisasi professional, juga oleh sekolah-sekolah. Dengan metode ini, karakter dan sifat seseorang dapat terbina baik fisik maupun mentalnya, karena metode pembelajaran ini dilaksanakan di alam terbuka yang tidak terbatas. Ada beberapa alasan kenapa banyak instansi menggunakan metode ini, seperti diungkapkan Jamaluddin Ancok (3:2002) Ada berbagai alasan kenapa metode Outbound Management Training (OMT) ini dipakai, antara lain sebagai berikut: 1. Metode ini adalah sebuah simulasi kehidupan komplek menjadi simulasi kehidupan sederhana 2. Metode ini menggunakan pendekatan metode belajar melalui pengalaman (experiential learning) 3. Metode ini penuh kegembiraan karena dilakukan dengan permainan. Kecerdasan emosi (EQ) seseorang disini sangat berperan selain IQ. Banyak orang yang tidak dapat berhasil dalam melakukan kegiatan outward bound ini, yang terlihat sepele sekalipun. Berhasil yang dimaksud dalam hal ini adalah mau melakukan pembelajaran simulasi games sesuai dengan prosedur. Hal tersebut dapat dijadikan acuan dalam kehidupannya nyata sehari-hari. Orang yang mengikuti simulasi ini dengan berbagai sifat dan karakter, dalam metode outward bound ini akan terlihat evaluasi akhir (refleksi) dan itu juga akan menunjang apakah seseorang tersebut akan berhasil atau tidak dalam melaksanakan pelatihan di alam terbuka ini. Ketika orang tidak bisa mengendalikan emosinya dia akan sulit untuk untuk menyelesaikan masalah sepele sekalipun. Dia akan cenderung untuk menggunakan nafsu yang dimilikinya dibandingkan dengan akal sehat dan hati nuraninya. Orang yang selalu terkendali dalam menggunakan emosinya, dia akan cenderung untuk menyikapi semua permasalahan dengan bijaksana. Dengan pemaparan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh outward bound yang belakangan sering dilakukan oleh banyak perusahaan/instansi serta sekolah terhadap kecerdasan emosi (EQ). Pada penelitian ini akan mencoba menggali sampai sejauh mana peranan outward bound terhadap kecerdasan emosi (EQ) dalam kehidupan untuk keberhasilan.

3 Selain itu metode outbound dapat dengan menggunakan petualangan (adventure) yang menggunakan alam sebagai medianya. Didalamnya akan diberikan berbagai bentuk permainan yang disesuaikan dengan tujuan dari kegiatan outbound yang hendak dicapai oleh peserta kegiatan. Oleh karena itu sebelum dilaksanakannya outbound perlu diadakan survey awal mengenai tujuan peserta kegiatan untuk melakukan outbound. Beberapa pendapat mengatakan bahwa belajar dialam akan lebih efektif serta memerlukan tahapan, karena orang akan merasakan langsung apa yang dipelajarinya secara bertahap. Alam akan memberikan pengalaman yang secara nyata dapat dirasakannya secara langsung. Segala bentuk kejadian yang dialami di alam terbuka akan membekas dan menjadi pengalaman yang mungkin tidak bisa dilupakan. Berkaitan dengan proses belajar yang efektif serta memerlukan tahapan untuk lebih mudah mendapakan pengalaman secara langsung, Boyet dan Boyet (1998) dalam Ancok (2002:6), menguraikan sebagai berikut : 1. Tahapan pembentukan pengalaman (experience) 2. Tahapan perenungan pengalaman (reflect) 3. Tahapan pembentukan konsep (form concept) 4. Tahapan Pengujian Konsep (test concept) Experience Test Concept Reflect Form Concept Gambar 1. Siklus Belajar Efektif (Outbound Manajemen Trainning, Djamaludin Anchock 2002:6) Begitu pula dalam metodologi kegiatan outbound, konsep seperti yang dikemukakan diatas juga digunakan sebagai konsep dalam kegiatan ini. 1. Tahap Pembentukan Pengalaman (experience) Pada tahap ini peserta kegiatan diberikan suatu pengalaman yang langsung akan dirasakannya. Apa yang dikatakan orang lain tentang kegiatan outbound akan dirasakannya setelah dia mempraktekan dan mencobanya. 2. Tahap Perenungan Pengalaman (reflect)

4 Dala kegiatan outbound ada yang disebut dengan debrief (wawancara), yaitu mengemukakan pengalaman dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Seorang instruktur (facilitator) akan memancing peserta kegiatan untuk mengemukakan pengalaman apa yang dirasakan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. 3. Tahapan pembentukan konsep Selanjutnya setelah peserta mengemukakan pengalaman yang dirasakannya, ditanyakan mengenai makna dari kegiatan yang telah dilaksanakannya. Peserta dengan bantuan instruktur mengemukakan mengenai makna yang terkandung dalam kegiatan. 4. Tahapan pengujian konsep Dalam tahap ini peserta kegiatan diajak untuk merenungkan hasil kegiatan yang dilakukan dan dikaitkan dengan situasi lingkungannya, baik lingkungan kerja, sekolah, ataupun masyarakat luas. Tokoh aliran Empiristik yaitu : William James, Carl Lange, Canon, Brad, Schacter, dan Singer. Memaparkan bahwa aliran empiristik terdapat tiga teori emosi yaitu: a. teori James-Lange; b. teori Cannon Bard; c. teori Schachter-Singer. Isi dari keiga teori tersebut adalah sebagai berikut: a. Teori James Lange Carl Lange dan James mendefinisikan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. b. Teori Cannon-Bard Walter Cannon danbard menyatakan bahwa peranan emosi berada di thalamus atau cerebellum yang merupakan bagian inti pusat otak. Kemudian bahwa thalamus memberikan respon terhadap stimulus yang membangkitkan emosi dengan mengirimkan impuls secara serentak kebagian tubuh yang lain. c. Teori Schachter-Singer Schachter dan Singer mengemukakan bahwa emosi merupakan fungsi interaksi faktor kognitif dan keadaan keterbangkitan fisiologis. Individu menggunakan informasi dari pengalaman masa lampau dan persepsinya tentang keadaan saat ini menginterprestasi perasaanya. Interprestasi ini akan menentukan keadaan emosional mereka. Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Warna afektif adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi suatu situasi tertentu. Contohnya: gembira, bahagia, putus asa, terkejut atau benci. Goleman (1997:411), menggolongkan bentuk-bentuk emosi sebagai berikut: a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, tersinggung, bermusuhan dan yang paling hebat tindak kekerasan dan kebencian patologis.

5 b. Kesedihan: pedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesedihan ditolak, putus asa dan depresi berat. c. Rasa takut: takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, khawatir waspada, tidak senang, ngeri, takut sekali, fobia dan panik. d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, terhibur, bangga, takjub, terpesona, senang sekali dan mania. e. Cinta: persahabatan penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, rasadekat, bakti, hormat dan kasmaran. f. Terkejut: terpana dan takjub. g. Jengkel: hina, jijik, muak dan benci. h. Malu: rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur. Metode Penelitian Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode ex post facto dengan pendekatan static group commparisson. Desain Penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: X Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan gambar 3.1 : X = treatment berupa outward bound yang telah dilakukan oleh sampel O 1 = tes angket tentang kecemasan (anxiety) yang diberikan kepada sampel O 2 = tes angket (kuesioner) tentang kecemasan (anxiety) yang diberikan kepada kelompok kontrol Subyek penelitian adalah para mahasiswa Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Unversitas Pendidikan Indonesia. Objek penelitian yang digunakan adalah para mahasiswa program studi Pendidikan Olahraga angkatan 2005/2006 yang mengikuti perkuliahan outdoor education dan telah mengisi formulir kesediaan mengikuti aktivitas outward bound sebanyak 143 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan metode sederhana yaitu di undi untuk memperoleh sampel sebanyak 30 sampel. Selanjutnya peneliti mengambil mahasiswa lain yang tidak mengikuti program outward bond sebagai kelompok kontrol yang jumlahnya sama dengan jumlah objek/sampel yaitu 30 orang. Kelompok ini diambil datanya sebagai kelompok pembanding eksternal dari objek/sampel yang diteliti. Kelompok kontrol yang digunakan ini juga diambil dengan cara acak (random). O 1 O 2

6 Waktu penelitian 3 bulan terdiri dari satu bulan materi teori dan dua bulan materi praktek. Penelitian dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan November Setiap minggu 2 kali pertemuan yakni hari sabtu dan hari minggu. Adapun lokasi penelitian dilakukan di sekitar arena gelanggang olahraga Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket atau kuesioner sebagai alat pengumpul data. Adapun angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup, maksudnya adalah angket yang disusun dalam bentuk pernyataan terbatas, tegas, lengkap dan kongkret sehingga responden hanya diminta untuk mengisi jawaban pada halaman yang telah disediakan. Dengan demikian yang diperoleh dari responden tidak berupa uraian yang lebih rinci. Adapun instrument tes tentang kecemasan (anxiety) mencakup ; Kecemasan Komunikasi, Kecemasan Studi, Kecenderungan Menyendiri, Menghukum Diri sendiri, Terlalu Sensitif, Kejala keluhan jasmani, Perasaan khawatir, dan Mengikuti kata hati. Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada sampel sejenis yang tidak termasuk dalam penelitian sebagai kontrol. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil tes angket kecerdasan emosi dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Hasil Tes Kecerdasan Emosi Kelompok Outward Bound Kelompok Non Outward Bound (Kontrol) = 4069 = 3545 X = 132,2 X = 118,2 S = 9,208 S = 8,103 Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah skor yang didapatkan oleh objek/sampel yang terlibat dalam kegiatan outward bound adalah = Sedangkan rata-rata yang didapat adalah X = 132,2 dan simpangan bakunya adalah S = 9,208. Untuk kelompok yang tidak terlibat dalam kegiatan

7 outward bound adalah = 3545 dengan rata-rata X = 118,2 dan simpangan baku S= 8,103. Dari hasil penghitungan kriteria tingkat kecerdasan emosi, maka didapatkan hasil tes kecerdasan emosi pada sampel sebagai berikut: Tabel 4.2. Kriteria Hasil Tes Kecerdasan Emosi Kelompok Outward Bound Batas Skor Kriteria Jumlah 145 ke atas Sangat Tinggi 5 Orang Tinggi 12 Orang ke bawah Sedang Rendah Sangat Rendah 9 Orang 4 Orang - Tabel 4.3. Kriteria Hasil Tes Kecerdasan Emosi Kelompok Kontrol Batas Skor Kriteria Jumlah 145 ke atas ke bawah Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah - 1 Orang 6 Orang 11 Orang 12 Orang Hasil skor angket tes kecerdasan emosi yang telah diolah dan didapatkan hasilnya, selanjutnya dilaksanakan uji normalitas dengan Lelliefors. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kenormalan data yang diperoleh, serta untuk menentukan langkah selanjutnya mengenai rumus statistika apa yang digunakan untuk mengolah data tersebut. Adapun untuk hasil uji normalitas diperoleh data sebagai berikut pada tabel 4.4: Tabel 4.4 Data Hasil Uji Normalitas Dengan Lelliefors Sampel yang Mengikuti Kegiatan Outward Bound

8 X S Lo L-tabel Kesimpulan ,2 9,208 0,1512 0,161 Normal L Tabel pada taraf nyata 0,05 dengan n = 30 adalah Lα 0,161 dan Lo 0,1512 Dengan demikian Lo < Lα, hipotesa diterima. Dari hasil uji normalitas Lelliefors tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa data yang diperoleh dalam taraf distribusi normal. Tabel 4.5 Data Hasil Uji Normalitas Dengan Lelliefors Sampel Yang Tidak Mengikuti Kegiatan Outward Bound (Kontrol) X S Lo L-tabel Kesimpulan ,17 8,103 0,1389 0,161 Normal L Tabel pada taraf nyata 0,05 dengan n = 30 adalah α 0,161 dan Lo 0,1389 Dengan demikian Lo < Lα, hipotesa diterima. Dari hasil uji normalitas Lelliefors tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa data yang diperoleh dalam taraf distribusi normal. Langkah selanjutnya setelah dilaksanakan penghitungan uji normalitas adalah menguji homogenitas data yang kepentingannya adalah selain untuk mengetahui homogenitas data, juga sebagai langkah untuk menentukan rumus statistika yang akan dipergunakan untuk mengolah data. Rumus statistika yang dgunakan untuk menentukan homogenitas data, penulis menacu kepada buku (Nurhasan 1999: 49 ) dengan rumus uji kesamaan dua varians. Dari uji tersebut dapat diketahui data dari kedua variabel yang penulis teliti itu homogen atau tidak, yang dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi antara mahasiswa FPOK yang terlibat dalam kegiatan Outward Bound dengan yang tidak terlibat dalam kegiatan Outward Bound. Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: 2 2 Ho = σ = Ho = 1 σ σ 2 σ Hasil dari penghitungan uji homogenitas yang dilakukan adalah sebagai berikut pada tabel: Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varians

9 F-Hitung F-Tabel Kesimpulan 1,29 1,86 Homogen Pengujian dilakukan dengan taraf kepercayaan (α = 0,05) Tolak hipotesis jika nilai F hitung > F tabel ( 1 2α (n1-1, n2-1) dimana F tabel diperoleh dari tabel distribusi F dengan (α = 0,05) dan dk = (n 1-1, n 2 1). Berdasarkan pada tabel hasil uji homogenitas varians diperoleh nilai F hitung 1,29 dan nilai F tabel 1,86 artinya hipotesisnya diterima, dan artinya varians kedua variabel tersebut sama atau homogen. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa data tersebut normal dan homogen. Selanjutnya data dapat diolah dengan menggunakan pendekatan statistika parametrik. Pendekatan statistika yang digunakan untuk mengolah data yang nantinya diharapkan didapatkan kesimpulan dari hasil penelitian, penulis menggunakan meode statistika dengan uji kesamaan dua rata-rata (uji t satu pihak). Dengan menggunakan rumus ini diharapkan dapat memberikan jawaban mengenai rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian, yaitu (1). Apakah kegiatan outward bound memberikan dampak positif terhadap pengembangan kecerdasan emosi (EQ)? (2). Seberapa besar dampak positif kegiatan Outward Bound terhadap pengembangan kecerdasan emosi (EQ)? Adapun Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ho : µ 1 µ 2 tidak terdapat dampak yang signifikan antara outward bound terhadap kecerdasan emosi mahasiswa FPOK UPI. Ho : µ 1 µ 2 terdapat dampak yang signifikan antara outbound terhadap kecerdasan emosi mahasisa FPOK UPI. Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Uji Satu Pihak) Kecerdasan Emosi Kelompok Outbound dan Non Outbound t Hitung t Tabel (α 0,05) Kesimpulan 18,46 2,00 Ditolak Kriteria: Terima Ho jika t hitung < t 1 - α (n 1 + n 2-2)

10 Tolak Ho jika t hitun > t 1 - α (n 1 + n 2-2) Tolak hipotesis jika nilai t hitung > t tabel dimana diperoleh t tabel distribusi t dengan (α 0,05) dan dk n 1 + n 2 2. Berdasarkan penghitungan diatas diperoleh t hitung = 18,46 dan nilai t tabel = 2,00 artinya hipotesis ditolak yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kegiatan outward bound terhadap kecerdasan emosi mahasiswa FPOK - UPI. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa kegiatan outward bound memberikan dampak yang signifikan terhadap kecerdasan emosi para mahasiswa FPOK UPI. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data statistik dapat disimpulkan bahwa (a) Kegiatan Outward Bound memberikan dampak yang sangat positif dan signifikan terhadap pengembangan Kecerdasan Emosi (EQ), (b) Aspek kecerdasan emosi yang dominan dimiliki para mahasiswa setelah melakukan program outward bond adalah sebagai berikut; * Aspek kecerdasan emosi; amarah dan kenikmatan cenderung rendah dan sedang, * Sedangkan aspek kecerdasan emosi ; rasa takut dan kesedihan cenderung sangat tinggi dan tinggi. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ternyata program Kegiatan Outward Bound memberikan dampak yang sangat positif dan signifikan terhadap penurunan kecemasan (anxiety). Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan saran sebagai berikut: B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ternyata program Kegiatan Outward Bound memberikan dampak yang sangat positif dan signifikan terhadap pengembangan Kecerdasan Emosi (EQ) para mahasiswa.. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan saran sebagai berikut: 1. Diharapkan program outward bond dapat diberikan kepada seluruh mahasiswa FPOK-UPI karena melalui pogram outward bond yang terencana dan dipersiapkan dengan baik dapat memberikan dampak yang positif bagi para mahasiswa. 2. Perlu dikembangkan lagi model program outward bond yang lebih spesifik dan terencana dengan baik, untuk kebutuhan pengembangan aspek psikologis lainnya, seperti pengendalian kecemasan, peningkatan motivasi berprestasi, kerja sama kelompok dan sebagainya. 3. Program Outward bond hendaknya dijadikan salah satu program unggulan, dan menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah dalam meningkatkan keterampilan psikologis mahasiswa. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengembangan program outward bond sehingga dapat memberikn manfaat yang lebih baik bagi pesertanya.

11 DAFTAR PUSTAKA Ancok. Djamaludin, 2002, Outbound Manajemen Trainning, Yogyakarta: Uli Press. Gunarsa. D. Singgih, 2004, Psikologi Olahraga Untuk Meningkatkan Prestasi Atlet, dalam Simposium Psikologi Olahraga, Jakarta: Tidak diterbitkan. Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching, Jakarta: C.V. Tambak Kusuma. Hahn. Kurt, 1985, diakses tanggal 3 Oktober Herman, 1999, Program Outdoor Education Sebagai Model Pengembangan Kemampuan Berfikir Kreatif & Sikap Kreatif Siswa di SLTP, Tesis, Manajemen Pelatihan Olahraga, IKIP Bandung: tidak diterbitkan. Jeffers. Susan, 2004, dari Kelemahan Menuju Kekuatan, Strategi Mengatasi Kecemasan dan Menjadikannya Sebagai Kekuatan Jiwa, Yogyakarta: Tugu Publisher. Karlisch R Kenneth, 1979, The Role Of The Instructor In The Outwardbound Educational Process, Winconsin: Three Lakes. Kriswandaru, diakses tanggal 27 Agustus Kusumowidagdo. Joko, 2002, Outwardbound Indonesia, diakses tanggal 4 Juli Snow Harrison, 1992, The Power Of Team Building, San Diego California: Pfeiffer & Company. Sobur Alex, 2002, Psikologi Untuk Semua, Jurnal: Tidak diterbitkan. diakses tanggal 8 Juli diakses tanggal 3 Oktober 2005.

12

PENGARUH OUTBOUND TERHADAP KECEMASAN (ANXIETY) Sumardianto

PENGARUH OUTBOUND TERHADAP KECEMASAN (ANXIETY) Sumardianto PENGARUH OUTBOUND TERHADAP KECEMASAN (ANXIETY) ABSTRAK Sumardianto Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kegiatan outward bound memberikan pengaruh terhadap tingkat kecemasan (Anxiety),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau selalu membutuhkan orang lain dalam rangka

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114

ARTIKEL ILMIAH. Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114 ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA SD NEGERI NO. 95/1 DESA OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114 PROGRAM

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERCAYA DIRI DAN KEMAMPUAN MENGATASI STRES MELALUI AKTIVITAS OUTBOUND. Oleh: Komarudin*) Abstrak

PENINGKATAN PERCAYA DIRI DAN KEMAMPUAN MENGATASI STRES MELALUI AKTIVITAS OUTBOUND. Oleh: Komarudin*) Abstrak PENINGKATAN PERCAYA DIRI DAN KEMAMPUAN MENGATASI STRES MELALUI AKTIVITAS OUTBOUND Oleh: Komarudin*) Abstrak Outbound merupakan kegiatan yang memiliki tujuan terapi kejiwaan, dan meningkatkan kinerja seseorang

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Kecerdasan Emosional Dalam Kegiatan Belajar Siswa Kelas III. Di SMP Negeri 7 Kota Jambi. Oleh : DESWATI ERA1D08063

ARTIKEL ILMIAH. Kecerdasan Emosional Dalam Kegiatan Belajar Siswa Kelas III. Di SMP Negeri 7 Kota Jambi. Oleh : DESWATI ERA1D08063 ARTIKEL ILMIAH Kecerdasan Emosional Dalam Kegiatan Belajar Siswa Kelas III Di SMP Negeri 7 Kota Jambi Oleh : DESWATI ERA1D08063 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI, 2013 Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional 2.1.1 Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional sangat penting dalam kehidupan karena pada hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. kompetensi perilaku. Hal ini diperjelas Goleman (2006:56) yang

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. kompetensi perilaku. Hal ini diperjelas Goleman (2006:56) yang BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Konsep Dasar Kecerdasan Emosinal Di bawah ini akan dijelaskan konsep dasar kecerdasan emosional menurut para ahli sebagai berikut. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan Penelitian relevan berfungsi untuk menggambarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sesuai sehingga dapat dijadikan pijakan bagi penelitian selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Mengembangkan. Diri Siswa Di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Mengembangkan. Diri Siswa Di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung BAB V PEMBAHASAN A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional yang Menyangkut Kemampuan Memotivasi Diri Siswa Di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Jadi, variabel adalah

Lebih terperinci

2014 PENGARUH KEGIATAN OUTBOUND TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK UPI

2014 PENGARUH KEGIATAN OUTBOUND TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Percaya diri (self confidence) merupakan modal utama seseorang untuk mencapai sukses. Orang yang mempunyai kepercayaan pada diri sendiri berarti orang tersebut

Lebih terperinci

DESKRISPSI KEMAMPUAN SISWA MENGELOLA EMOSI PADA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DESKRISPSI KEMAMPUAN SISWA MENGELOLA EMOSI PADA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DESKRISPSI KEMAMPUAN SISWA MENGELOLA EMOSI PADA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Retno Suci Rahayu, Indri Astuti, Abas Yusuf Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email : retnosucirahayu@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang semakin maju dan berkembang.kondisi tersebut menuntut masyarakat pada setiap tahap rentang kehidupannya untuk meneruskan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI Dita Marisa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI thasamarisa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian dilatarbelakangi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KECERDASAN EMOSIONAL Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer pada Tahun 1990 (dalam Shapiro, 2001: 8), mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional ialah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sempurna perkembangan akal budinya (untuk berfikir, dan kemampuan mengolah tingkah laku dengan pola-pola baru sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sempurna perkembangan akal budinya (untuk berfikir, dan kemampuan mengolah tingkah laku dengan pola-pola baru sehingga 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosi 1. Pengertian Emosi dan Kecerdasan Emosi Kecerdasan secara harafiah berasal dari kata cerdas yang berarti sempurna perkembangan akal budinya (untuk berfikir,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keterampilan Sosial 2.1.1. Pengertian Keterampilan Sosial Penyesuaian sosial merupakan salah satu aspek psikologis yang perlu dikembangkan dalam kehidupan individu, mencakup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sekolah sepakbola PSBUM FPOK UPI jalan PHH. Mustopa Nomor 00 Bandung.. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI Loan Subarno*) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh latihan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN TES DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 1 CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT Mudjihartono (Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

terbentuknya perkumpulan-perkumpulan PENDAHULUAN bola atletik dari usia pemula/ dini sampai Atletik merupakan induk dari

terbentuknya perkumpulan-perkumpulan PENDAHULUAN bola atletik dari usia pemula/ dini sampai Atletik merupakan induk dari PENDAHULUAN Atletik merupakan induk dari semua cabang olaharaga, hal ini dikarenakan di dalamnya terdapat semua unsur gerak yang ada pada semua cabang olahraga. Selain itu pula cabang olahraga ateltik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran diperoleh data kemampuan lompat jauh gaya jongkok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran diperoleh data kemampuan lompat jauh gaya jongkok 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.3.1Data Hasil penelitian Dari hasil pengukuran diperoleh data kemampuan lompat jauh gaya jongkok baik pre-test dan post-test,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam pengumpulan data, tentu saja harus sesuai dengan sifat,

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam pengumpulan data, tentu saja harus sesuai dengan sifat, 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan cara yang digunakan atau ditempuh dalam suatu penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian merupakan hal yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahwa kecerdasan didefinisikan bermacam-macam antara lain 1 :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahwa kecerdasan didefinisikan bermacam-macam antara lain 1 : BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Sebelum membahas kecerdasan emosional, terlebih dulu akan dibahas pengertian kecerdasan dan emosional. Effendi mengemukakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk meneliti pengaruh Outdoor Education dengan permainan di alam

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk meneliti pengaruh Outdoor Education dengan permainan di alam 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Untuk meneliti pengaruh Outdoor Education dengan permainan di alam terbuka melalui experiential learning terhadap perubahan kepercayaan diri pada siswa,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan Data Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dan mutlak dilakukan. Data yang diperoleh dari hasil pre-test

Lebih terperinci

Pengaruh IQ, EQ dan SQ Terhadap Pengembangan Potensi Diri Oleh : Stevanus Thane

Pengaruh IQ, EQ dan SQ Terhadap Pengembangan Potensi Diri Oleh : Stevanus Thane Pengaruh IQ, EQ dan SQ Terhadap Pengembangan Potensi Diri Oleh : Stevanus Thane A. Pengembangan Potensi Diri Pengembangan potensi diri adalah suatu usaha atau proses yang terus menerus kearah personal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti yaitu: Penerapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Emosi 2.1.1 Definisi Emosi Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang ada di lapangan, maka peneliti mulai menyusun instrumen penelitian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang ada di lapangan, maka peneliti mulai menyusun instrumen penelitian yang 4.1 Proses Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses penelitian dalam penyusunan skripsi ini diawali dengan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui gambaran permasalahan dan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang mempunyai nilai luhur. Dalam perkembanganya hingga saat ini pencak silat sudah dipertandingkan

Lebih terperinci

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK

PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. Loan Subarno*) ABSTRAK PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP AKURASI JUMP SERVIS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI Loan Subarno*) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh latihan

Lebih terperinci

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 1-7 http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA Akbar Yuli Setianto *) ; Puji Hastuti

Lebih terperinci

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN. Populasi penelitian merupakan sebuah kumpulan individu atau objek

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN. Populasi penelitian merupakan sebuah kumpulan individu atau objek BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi penelitian merupakan sebuah kumpulan individu atau objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Dalam hal ini Arikunto (2002:102)

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan suatu usaha untuk menemukan kebenaran suatu ilmu untuk memecahkan suatu permasalahan yang ada. Metode penelitian merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan tempat dalam penelitian akan dilaksanakan pada : Jl. Raya Lembang No. 357 Kab. Bandung Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan tempat dalam penelitian akan dilaksanakan pada : Jl. Raya Lembang No. 357 Kab. Bandung Barat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Operasional Penelitian Secara operasional, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh metode pembelajaran demonstrasi dan metode pembelajaran tugas (latihan)

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT

PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT PENGARUH PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMA NEGERI 26 GARUT Carsiwan, Mira Sandrawaty Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain atau rancangan penelitian yang dipakai oleh penulis adalah sebagaimana. Sampel eksperimen hard games

BAB III METODE PENELITIAN. Desain atau rancangan penelitian yang dipakai oleh penulis adalah sebagaimana. Sampel eksperimen hard games BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain atau rancangan penelitian yang dipakai oleh penulis adalah sebagaimana pada gambar 3.1 Sampel eksperimen hard games Sampel eksperimen soft games Pre

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Limboto. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah "One Group Pre-Test and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Limboto. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pre-Test and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Limboto 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu Penelitian yaitu selama 3 Bulan, dari Januari

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20 DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA Purwati 19, Nurhasanah 20 Abstrak. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dijelaskan oleh Sugiyono (2010 : 2) bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode yang sesuai dan dapat membantu mengungkapkan suatu permasalahan yang akan dikaji kebenarannya, penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil tes masih merupakan skor mentah, supaya

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil tes masih merupakan skor mentah, supaya 50 BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil tes masih merupakan skor mentah, supaya data tersebut memiliki makna, maka harus diolah dan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN a. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian akan dilaksanakan di : Lokasi : SMAN 2 Ciamis Waktu : 2-28 September 2013 b. Populasi dan sampel Dalam tercapainya suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data Nilai Awal Kelas Eksperimen (VIIIA) Tes awal yang diberikan pada kelas eksperimen sebelum peserta didik diajar dengan model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian diperlukan langkah-langkah yang direncanakan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian diperlukan langkah-langkah yang direncanakan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan langkah-langkah yang direncanakan dan sistematis guna mendapatkan pemecahan atau jawaban-jawaban tertentu terhadap masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 3. 1. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Kolam Renang Villa Setiabudi yang berada di sebelah utara Kota

Lebih terperinci

n Rata-rata Simpangan baku Kepercayaan diri ,25 11,89 Penalti 20 13,45 4,25

n Rata-rata Simpangan baku Kepercayaan diri ,25 11,89 Penalti 20 13,45 4,25 A. Pemaparan Data BAB IV PEMAPARAN DAN ANALISIS DATA Tujuan dari penetitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepercayaan diri terhadap ketepatan tendangan penalti dalam olahraga sepakbola.

Lebih terperinci

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Belajar Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI DAN SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA DALAM PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI DAN SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA DALAM PEMBELAJARAN EKSPOSITORI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI DAN SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA DALAM PEMBELAJARAN EKSPOSITORI Acintya Pramudita Yashinta 1, Gregoria Ariyanti 2 Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik, dan mempersiapkan mereka

Lebih terperinci

Pengaruh Metode Pendekatan Bermain terhadap Partisipasi Belajar Pendidikan Jasmani pada Siswa Adaptif Tuna Grahita Ringan

Pengaruh Metode Pendekatan Bermain terhadap Partisipasi Belajar Pendidikan Jasmani pada Siswa Adaptif Tuna Grahita Ringan Pengaruh Metode Pendekatan Bermain terhadap Partisipasi Belajar Pendidikan Jasmani pada Siswa Adaptif Tuna Grahita Ringan Azhar Ramadhana Sonjaya Program Studi Manajemen, Universitas Garut Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

Pengaruh IQ, EQ dan SQ Terhadap Pengembangan Potensi Diri Oleh : Stevanus Thane. Abstrak

Pengaruh IQ, EQ dan SQ Terhadap Pengembangan Potensi Diri Oleh : Stevanus Thane. Abstrak 1 Pengaruh IQ, EQ dan SQ Terhadap Pengembangan Potensi Diri Oleh : Stevanus Thane Abstrak Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengembangkan potensi diri bukanlah semata-mata dipengaruhi oleh peran besar

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSI DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME SEKRETARIS. Oleh: Sri Utaminingsih, SH., MPd., MH.

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSI DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME SEKRETARIS. Oleh: Sri Utaminingsih, SH., MPd., MH. PENTINGNYA KECERDASAN EMOSI DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME SEKRETARIS Oleh: Sri Utaminingsih, SH., MPd., MH. (sriutaminingsih456@gmail.com) Abstrak Walaupun profesi sekretaris sering mendapatkan banyak

Lebih terperinci

METODE KESELURUHAN DAN METODE SAINTIFIK TERHADAP TEKNIK DASAR SERVIS ATAS

METODE KESELURUHAN DAN METODE SAINTIFIK TERHADAP TEKNIK DASAR SERVIS ATAS Erudio ( Journal of Educational Innovation), Volume 4, Nomor 1, Desember 2017 55 METODE KESELURUHAN DAN METODE SAINTIFIK TERHADAP TEKNIK DASAR SERVIS ATAS Muchamad Ishak Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu rangkaian studi penelitian diperlukan suatu metode yang sesuai dan dapat membantu mengungkapkan suatu permasalahan yang akan dikaji kebenarannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda,

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, Aceh Tamiang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu membangun integritas kepribadian manusia Indonesia seutuhnya dengan mengembangkan berbagai potensi secara terpadu. UU RI No.20

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo. Yang dilaksanakan pada semester genap pada tahun ajaran 2013/2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo. Yang dilaksanakan pada semester genap pada tahun ajaran 2013/2014 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri Batudaa yang terletak di Kabupaten Gorontalo. Yang dilaksanakan pada semester genap

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian memiliki kedudukan yang penting dalam suatu penelitian agar dapat memberikan gambaran kepada peneliti tentang masalah yang hendak diungkap.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN PASSING BAWAH BERPASANGAN DENGAN PASSING BAWAH KE DINDING TERHADAP KETERAMPILAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI

PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN PASSING BAWAH BERPASANGAN DENGAN PASSING BAWAH KE DINDING TERHADAP KETERAMPILAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN PASSING BAWAH BERPASANGAN DENGAN PASSING BAWAH KE DINDING TERHADAP KETERAMPILAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI (Eksperimen pada Siswa Ekstrakurikuler Bola Voli SMP

Lebih terperinci

R O 1 X O 2 R O 3 O 4

R O 1 X O 2 R O 3 O 4 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian eksperimen memiliki berbagai bentuk desain penelitian, penggunaan desain tersebut, disesuaikan dengan aspek penelitian serta masalah pokok

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN ISSN 5-73X PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN Ratni Sirait Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan skor-skor mentah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan skor-skor mentah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan skor-skor mentah yang perlu diolah dan dianalisis terlebih dahulu agar data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi merupakan

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi merupakan 46 BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian Menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG Arika Fitri, Linda Fitria Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Email : linda.fitria81@gmail.com,

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara Kecerdasan Emosi Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara DESKRIPSI SINGKAT Mata ajar ini membekali peserta dengan kemampuan menerapkan kecerdasan emosional melalui pembelajaran : Pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu cara atau teknik yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian. Surakhmad (1990, Hlm. 1) menjelaskan bahwa: Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI METODE OUT BOND DI KELOMPOK BERMAIN PUTRA BANGSA PASUNGAN, CEPER, KLATEN TAHUN AJARAN

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI METODE OUT BOND DI KELOMPOK BERMAIN PUTRA BANGSA PASUNGAN, CEPER, KLATEN TAHUN AJARAN UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI METODE OUT BOND DI KELOMPOK BERMAIN PUTRA BANGSA PASUNGAN, CEPER, KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Oleh : NUNIK AGUS

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING 35 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING fernandoricky@edu.uir.ac.id, kamarudin@edu.uir.ac.id Program Studi

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Dan tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian perlu menetapkan suatu metode yang sesuai dan dapat membantu mengungkapkan suatu rumusan masalah. Keberhasilan suatu penelitian tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Gorontalo pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis klasifikasi emosi tokoh dalam novel-novel yang lain mungkin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis klasifikasi emosi tokoh dalam novel-novel yang lain mungkin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Analisis klasifikasi emosi tokoh dalam novel-novel yang lain mungkin telah banyak diulas dalam bentuk penelitian, khususnya di Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH ANTARA LATIHAN BOX JUMP SINGLE LEG DENGAN DOUBLE LEG TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI

PERBANDINGAN PENGARUH ANTARA LATIHAN BOX JUMP SINGLE LEG DENGAN DOUBLE LEG TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI PERBANDINGAN PENGARUH ANTARA LATIHAN BOX JUMP SINGLE LEG DENGAN DOUBLE LEG TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI (studi eksperimen pada anggota ekstrakurikuler bola voli MAN Cipasung Kabupaten Tasikmalaya 2014/2015)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian M e t o d e p e n e l i t i a n a d a l a h s u a t u c a r a a t a u t e k n i k y a n g d i g u n a k a n u n t u k m e m e c a h k a n s u a t u m

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek atau variabel dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa yang

BAB III METODE PENELITIAN. Objek atau variabel dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa yang 57 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek atau variabel dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa yang menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Melalui Metode Diskusi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan suatu cara yang digunakan oleh peniliti untuk memperoleh suatu hasil kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Dalam

Lebih terperinci

ALBERT GULTOM, NIM : PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TEMBUNG T.A 2016/2017.

ALBERT GULTOM, NIM : PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TEMBUNG T.A 2016/2017. ABSTRAK ALBERT GULTOM, NIM : 1133111002 PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 101771 TEMBUNG T.A 2016/2017. SKRIPSI. FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2017.

Lebih terperinci

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 9 No 2 (2015) 1118-1124 ISSN (Print) : 1858-4985 http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jppi PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME SEKRETARIS DALAM MELAKSANAKAN TUGAS. O l e h :WALUYO: (waluyop4tkbispargmail.

PENTINGNYA KECERDASAN DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME SEKRETARIS DALAM MELAKSANAKAN TUGAS. O l e h :WALUYO: (waluyop4tkbispargmail. PENTINGNYA KECERDASAN DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME SEKRETARIS DALAM MELAKSANAKAN TUGAS O l e h :WALUYO: (waluyop4tkbispargmail.com) Abstrak Jabatan dan profesi sekretaris sering mendapatkan banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Tentang suatu metode dalam penelitian oleh Surakhmad (98: 3), dijelaskan bahwa: Memperoleh data yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan pokok masalah

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SDN SUMURBANDUNG LEBAK BANTEN. Ratna Sari Dewi, M. Pd

PENGARUH PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SDN SUMURBANDUNG LEBAK BANTEN. Ratna Sari Dewi, M. Pd PENGARUH PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SDN SUMURBANDUNG LEBAK BANTEN Ratna Sari Dewi, M. Pd Abstrak, Tujuan pendidikan nasional tidak akan dapat tercapai dengan maksimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan suatu kerangka kerja yang digunakan dalam melaksanakan suatu penelitian. Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Stadion Sepak Bola Olahraga Universitas Pendidikan Indonesiadan atau gedung Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..Deskrisi Hasil Penelitian.. Data Hasil Penelitian Dari hasil pengukuran diperoleh data tembakan bebas berupa angka pre-test dan post-test. Hasilnya sebagai mana

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Pada suatu penelitian penggunaan metode yang dipakai harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan sebuah penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat

Lebih terperinci