KARYA TULIS ILMIAH PENERAPAN PENDIDIKAN EMOSI SEJAK DINI PADA ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER POSITIF DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS AKHIR SEMESTER
|
|
- Vera Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KARYA TULIS ILMIAH PENERAPAN PENDIDIKAN EMOSI SEJAK DINI PADA ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER POSITIF DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS AKHIR SEMESTER MATA KULIAH BAHASA INDONESIA DOSEN PENGAMPU : ALFU NIKMAH, M. Pd DISUSUN OLEH : NAMA : ADELINA MAHARANI NIM : KELAS : BKI C PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS 2014/2015
2 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah mata kuliah Bahasa Indonesia ini yang berjudul Penerapan Pendidikan Emosi Sejak Dini Pada Anak Dalam Membentuk Karakter Positif dengan baik. Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan mampu menambah wawasan pembaca mengenai pentingnya pendidikan emosi sejak dini pada anak dalam rangka membentuk karakter yang positif dan juga berbagai metode penerapannya. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam karya tulis ilmiah ini terdapat kekurangan dan belum sempurna. Oleh sebab itu saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan karya tulis ilmiah yang telah saya buat di masa yang akan datang. Semoga pembaca berkenan memberikan saran yang membangun. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenan membaca Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi para orang tua yang sedang dalam tahap mendidik anaknya. Amin. Kudus, Juni 2015 Penulis ii
3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR..ii DAFTAR ISI iii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan..1 BAB 2 KAJIAN TEORI Pendidikan Emosi Penerapan Pendidikan Emosi Orang Tua Kunci Utama Pola Pendidikan Emosi Kunci Kematangan Emosional Pelajaran Emosi Dalam Prestasi Pentingnya Pendidikan Emosi...6 BAB 3 PENUTUP Kesimpulan Saran. 7 DAFTAR PUSTAKA iii
4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah yang paling umum dihadapi anak adalah bagaimana mengekspresikan emosi dengan cara yang dapat diterima orang lain. Emosi adalah bentuk perasaan yang memiliki peranan khusus dalam perkembangan anak menuju jati dirinya sebagai manusia dewasa yang bahagia dan berhasil. Berkembangnya emosi anak kea rah yang positif sangat tergantung pada cara orang tua menyikapi perasaana anak. Anak-anak yang disebut dengan cerdas secara emosi akan lebih mudah mengatasi permasalahan hidup dan meraih keberhasilan dibandingkan mereka yang tidak dapat mengelola emosinya dengan baik dan tepat. Pendidikan emosi sejak dini akan membantu anak untuk lebih mengenal diri sendiri dan perasaannya, mampu mengungkapkan perasaan pada oranag lain serta dapat mempelajari cara orang lain bereaksi terhadap perasaannya tersebut. Pada akhirnya, diharapkan anak mampu menggunakan perubahan emosinya untuk mengarahkan diri ke hal-hal yang positif dan membangun. Orang tua adalah pengajar utama dalam pendidikan emosi. Mereka berperan penting dalam membentuk karakter anak. Oleh karena itu, penerapan pendidikan emosi harus dilakukan secara benar mengingat manfaat pendidikan emosi dalam pembentukan karakter anak RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan emosi? 2. bagaimana cara menerapkan pendidikan emosi pada anak? 3. mengapa penerapan pendidikan emosi pada anak dapat membentuk karakter positif? 1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan emosi. 2. Untuk menjelaskan metode-metode yang digunakan dalam menerapkan pendidikan emosi. 3. Untuk mengetahui pentingnya pendidikan emosi dalam membentuk karakter positif anak. iv
5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Emosi Menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, pengertian pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Sedangkan menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Pendidikan emosi adalah pendidikan untuk membentuk kecerdasan emosional yang bertujuan untuk mengendalikan berbagai macam bentuk emosi yang ada pada diri manusia. Dengan pendidikan emosi, manusia diharapkan lebih pandai menempatkan diri, berpikir untuk mengatasi perasaan yang muncul tiba-tiba sehingga terhindar dari perilaku negatif karena luapan emosi yang tak terkendali. Penerapan pendidikan emosi sejak dini pada anak sangat diperlukan untuk membentuk karakter anak. Ketika seorang anak memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka pribadinya cenderung positif. Karena anak tersebut mampu menyeimbangkan dan mengendalikan segala macam emosi yang ada pada dirinya. Pada dasarnya setiap orang tua menginginkan masa depan yang terbaik untuk anaknya. Oleh karena itu, orang tua sangat berperan dan bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya dengan baik. Orang tua memegang peranan penting untuk menciptakan lingkungan yang dapat merangsang segenap potensi anak agar dapat berkembang secara optimal. Beberapa ahli mengatakan bahwa generasi sekarang cenderung mulai banyak yang mengalami kesulitan emosional, contohnya mudah merasa kesepian, sering ketakutan tanpa sebab dan lebih mudah murung. Hal-hal semacam itu bisa diantisipasi dengan menerapkan pendidikan emosi. 2.2 Penerapan Pendidikan Emosi Orang Tua Menerapkan pendidikan emosi harus dilakukan secara benar agar hasil yang didapat pun bisa maksimal. Orang tua adalah kunci utama dalam menerapkan pendidikan emosi. Banyak anak mengalami perkembangan emosional yang lamban karena salah satu dari orang tua mereka belum matang secara emosional. Sebagai contoh ketika anak mengamuk karena permintaannya tidak dituruti, sang ayah bereaksi dengan ikut v
6 mengamuk juga. Lalu permasalahan tersebut akan memuncak dan menjadi amarah yang semakin besar. Reaksi ini bukan saja tidak memecahkan masalah, tapi juga mengajari sang anak bahwa kemarahan yang tidak matang secara emosional juga merupakan cara orang dewasa menghadapi konflik. Anak anda bisa belajar kebiasaan emosionalnya dari anda dengan mengamati cara anda bereaksi dalam situasi emosional. Kebiasaan emosional yang anda miliki sangat memungkinkan akan terjadi pula pada anak anda. Jadi sebagai orang tua sangat diperlukan pengendalian emosional matang terlebih dahulu, setelah itu ajarkan pendidikan emosi yang tepat kepada anak. Orang tua sebagai pemegang kendali emosi anak harus mampu mengajarkan kepada anak bagaimana cara mengatasi emosinya Kunci Utama Pola Pendidikan Emosi Menurut Psikolog Anak, Seto Mulyadi, dalam bukunya Membantu Anak Balita Mengelola Ketakutan ada 5 kunci utama dalam menerapkan pendidikan emosi, yaitu : 1. Tidak ada perasaan bersalah Sangatlah penting untuk membantu anak memahami bahwa tidak ada perasaan yang salah. Perasaan atau emosi adalah bentuk reaksi kimiawi yang diberikan oleh tubuh terhadap suatu stimulant. Emosi sama halnya dengan reaksi tubuh umumnya, sepeti rasa lapar, haus, dan kenyang. Reaksi tersebut wajar dirasakan, yang membedakan adalah bagaimana cara menghadapinya. Reaksi di dalam tubuh terjadi dalam beberapa detik saja. Sulit bagi kita untuk menahan tubuh agar tidak bereaksi tertentu, apalagi bagi anak-anak. Contohnya bila anak merasa takut, tubuhnya secara otomatis akan memproduksi adrenalin sehingga ia berada dalam kondisi tegang, berkeringat, sakit perut, atau bahkan merinding. Itu adalah hal wajar karena orang dewasa pun sering mengalaminya. Kesadaran bahwa dirinya tengah merasa takut adalah fonasi awal bagi seorang anak untuk mengatasinya. Disini peran orang tua dibutuhkan untuk memotivasi anak agar berani menghadapi serta menguasai ketakutannya, dan bukan menyembunyikan atau justru membiarkan ketakutannya menang. 2. Perasaan harus diungkapkan dengan bijak. Karena perasaan berkaitan dengan reaksi kimiawi yang terjadi didalam otak, maka munculnya pun tak bisa disalahkan. Namun demikian, perbedaan sikap ketikan menunjukkan perasaan akan menghasilkan dampak yang berbeda. vi
7 Kemammpuan anak untuk mengungkapkan perasaannya akan tergantung pula pada lingkungan keluarga tau lingkungan social budaya tempat ia dibesarkan. Dalam keluarga yang biasa membahas dan mengungkapkan perasaan secara terbuka anak akan lebih mudah mengembangkan kata dan mengungkapkan perasaannya. Ysng psling prnting disini adalah orang tua selalu mengerti perasaan anak dengan mengamati perilaku anak. Orang tua harus bisa mengetahui perasaan anak agar bisa mengarahkan anak ke kondisi positif ketika ia merasakan emosi. 3. Harapan kita harus sesuai dengan kemampuan anak. Anak itu tetaplah anak. Ia memiliki daya nalar dan kacamata berpikir yang masih hijau. Menuntut anak untuk menjadi orang dewasa mini hanya akan mengecawakan, bahkan akan berdampak buruk untuknya. Orang tua harus mengharapkan anak berperilaku baik sesuai usianya. Bukan untuk bisa berpikir dewasa seperti kehendak orang tua mereka. 4. Sikap yang konsekuen. Pola pendidikan yang konsekuen dapat membantu orang tua untuk menanamkan nilai-nilai dan membiasakan disiplin diri pada anak. Sejumlah orang tua menyebutnya sebagai peraturan di dalam rumah. Dengan demikian anak akan mengetahui hal-hal apa saja yang disetujui atau tidak disetujui oleh orang tuanya. Namun, perlu diketahui bahwa sikap konsekuen tidak sama dengan konsisten. kita sebaiknya justru menghindri penerapan peraturan yang kaku dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Ingatlah bahwa manusia bukan hdup untuk peraturan, melainkan peraturanlah yang dibuat untuk memudahkan hidup manusia. 5. Menjadi contoh Anak-anak adalah imitator kecil orang tuanya. Apa yang mereka katakan, lakukan, dan yakini biasanya tidak jauh dari apa yang dikatakan, dilakukan dan diyakini orang tuanya. Bagi buah hati, orang tua dalah idola atau pahlawan yang menjadi panutan dalam hidup mereka. Maka orang tua harus bisa menjadi dan memberikan contoh yang baik bagi anak. Agar anak tersebut pun dapat berkembang dengan baik pula. Kematangan emosional orang tua juga menjadi factor yang penting dalam memberi pendidikan emosi. Contoh yang bisa dilakukan orang tua adalah, ketika menghadapi ketakutan ajarkan anak untuk menghadapinya. Ketika anak merasa marah, ajarkan dia untuk meredam kemarahannya dengan cara yang positif, bukan malah ikut memarahinya. vii
8 2.2.3 Kunci Kematangan emosional 1. Keyakinan. Rasa mengendalikan dan menguasai tubuh, perilaku dan dunia sendiri. Rasa seorang anak bahwa ia lebih berpeluang untuk berhasil dalam usahanya dan orang dewasa akan membantunya. 2. Keingintahuan. Rasa bahwa mencari tahu tentang berbagai hal adalah sesuatu yang positif dan membawa kesenangan. 3. Kesengajaan. Keinginan dan kemampuan untuk menimbulkan dampak dan untuk menindaklanjutinya dengan kegigihan. Ini berkaitan dengan rasa kemampuan dan menjadi efektif. 4. Pengendalian diri. Kemampuan untuk mengatur dan mengendalikan perbuatan sendiri dengan cara yang sesuai usia. 5. Keterkaitan. Kemampuan untuk terlibat dengan orang lain berdasarkan rasa mengerti dan dimengerti oleh orang lain. 6. Kemampuan untuk berkomunikasi. Keinginan dan kemampuan untuk secara verbal bertukar gagasan, perasaan dan konsep dengan orang lain. Ini berkaitan dengan rasa percaya kepada orang lain, termasuk orang dewasa. 7. Sikap bekerja sama. Kemampuan menyeimbangkan kebutuhan sendiri dan orang lain dalam sebuah kegiatan kelompok Pelajaran Emosi Dalam Prestasi Dalam buku karya Jun Taylor, sedikitnya ada 7 pelajaran emosi yang harus orang tua berikan kepada anak. viii
9 1. Belajar menghadapi kegagalan. 2. Mengembangkan rasa komitmen. 3. Menanggulangi rasa takut. 4. Menanggulangi rasa frustasi. 5. Menanggulangi rasa malu. 6. Menanggulangi persaingan. 7. Menanggulangi penyesuaian. 2.3 Pentingnya Pendidikan Emosi Pendidikan emosi harus orang tua ajarkan kepada anak untuk bekalnya menuju kedewasaan. Dengan hal tersebut, anak mempunyai fondasi kuat ketika menghadapi masalah. Anak bisa mengendalikan emosinya dan berpikir matang langkah apa yang akan ia lakukan. Keberhasilan penerapan pendidikan emosi akan berpengaruh pada karakter anak. Jika pengajaran emosi yang dilakukan orang tua berhasil, maka anak tersebut akan berkarakter positif seperti yang diinginkan orang tua. Apa yang anak dapat ketika ia kecil, maka itulah yang membentuk karakternya ketika dewasa. Sebagai contoh, ketika kecil anak selalu mendapatkan apa yang dia mau. Maka sampai dewasa pun anak tersebut merasa bahwa ia juga harus mendapatkan semua yang ia mau. Anak tersebut menjadi seorang pribadi yang manja dan cenderung egois. Padahal tidak semua hal bisa didapatkan, apalagi dengan mudah. Berbeda halnya dengan anak yang waktu kecil diajarkan orang tuanya untuk mengendalikan emosi ketika tidak bisa memiliki seuatu. Ketika dewasa, ia sudah terbiasa untuk bekerja keras mendapatkan apa yang ia inginkan. ix
10 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan. Pendidikan emosi adalah pendidikan untuk membentuk kecerdasan emosional yang bertujuan untuk mengendalikan berbagai macam bentuk emosi yang ada pada diri manusia. Dengan pendidikan emosi, manusia diharapkan lebih pandai menempatkan diri, berpikir untuk mengatasi perasaan yang muncul tiba-tiba sehingga terhindar dari perilaku negatif karena luapan emosi yang tak terkendali. Penerapan pendidikan emosi sejak dini pada anak sangat diperlukan untuk membentuk karakter anak. Ketika seorang anak memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka pribadinya cenderung positif. Karena anak tersebut mampu menyeimbangkan dan mengendalikan segala macam emosi yang ada pada dirinya. Orang tua adalah kunci utama dalam pendidikan emosi. Kematangan emosional orang tua juga mempengaruhi pembentukan karakter anak. 3.2 Saran Penerapan pendidikan emosi diharapkan bisa menjadi salah satu cara membentuk moral anak bangsa dengan jiwa nasionalis. Oleh karena itu pendidikan emosi harus diajarkan dengan cara yang benar karena akan berpengaruh pada sikapnya di masa yang akan datang. x
11 DAFTAR PUSTAKA Mulyadi, Seto Membantu Anak Balita Mengelola Ketakutan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Gunarsa, Singgih D Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia Taylor, Jun Memberi Dorongan Positif Pada Anak Agar Berhasil Dalam Hidup. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. xi
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai orang tua harus mempersiapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia, salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan adalah pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan kemampuan dan motivasi manusia sehingga dapat hidup layak, baik sebagai hidup pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering
Lebih terperinciPENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak
PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kesuksesan (keberhasilan, keberuntungan) yang berasal dari dasar kata sukses yang berarti berhasil, beruntung (Kamus Bahasa Indonesia,1998), seringkali menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan salah satunya perubahan emosi. Menurut Goleman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya akan melalui beberapa tahap perkembangan, salah satunya yaitu masa remaja. Masa ini merupakan masa peralihan dari masa anak menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional 2.1.1 Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional sangat penting dalam kehidupan karena pada hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak pendidikan Indonesia, jauh jauh waktu sebelum Indonesia merdeka sudah mengisyaratkan pentingnya sebuah pendidikan. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja di harapkan dapat berkembang secara optimal agar tugas-tugas perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja dapat diselesaikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan dengan tuntutan perkembangan zaman. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mendaki gunung adalah suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendaki gunung adalah suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka menuju ke tempat yang lebih tinggi ke puncak gunung. Sesuai dengan pendapat sumitro dkk (1997:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana utama dalam membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik melalui pendidikan informal maupun pendidikan formal. Pendidikan
Lebih terperinciBE SMART PARENTS PARENTING 911 #01
BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01 Coffee Morning Global Sevilla School Jakarta, 22 January, 2016 Rr. Rahajeng Ikawahyu Indrawati M.Si. Psikolog Anak dibentuk oleh gabungan antara biologis dan lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Karya sastra tersebut harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah hasil pemikiran dan imajinasi pengarang yang menyentuh hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Karya sastra tersebut harus dipahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, tenang, penuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Tetapi seringkali manusia menghadapi berbagai cobaan,
Lebih terperinciPERUBAHAN DALAM TAHAPAN HARGA DIRI Harga diri itu adalah sangat tinggi selama masa awal kanak-kanak kanak. Kemudian jatuh pada tahun pertama dari seko
Harga diri dihitung sebagai aspek terpenting dari pengembangan diri, sejak evaluasi dari kemampuan kita sendiri mempengaruhi pengalaman emosional, perilaku masa depan, dan penyesuaian psikologis yang jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
Lebih terperinciRemaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Pertemuan Orang Tua Masa perkembangan setelah masa anak-anak dan menuju masa dewasa, yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial, moral, dan kesadaran beragama. REMAJA Batasan Usia Remaja
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIK
BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya IPTEK di era modern ini memberikan kesadaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Sistem pendidikan yang baik dapat memajukan segala aspek kehidupan dalam
Lebih terperinciRENDAHNYA MINAT BACA SISWA MASA KINI
MAKALAH BAHASA INDONESIA RENDAHNYA MINAT BACA SISWA MASA KINI Oleh : Ita Sulistia Ningsih Nurlita Amril Zain MADRASAH ALIYAH AL-ISHLAH BUNGAH GRESIK Tahun Pelajaran 2014/2015 i Kata Pengantar Puji syukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang mempunyai nilai luhur. Dalam perkembanganya hingga saat ini pencak silat sudah dipertandingkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEKERASAN EMOSI 1. Pengertian Kekerasan Emosi Kekerasan emosi didefinisikan sebagai bentuk kekerasan yang dilakukan secara sengaja tujuan untuk mempertahankan dan menguasai individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sikap pasif siswa sering ditunjukan dalam sebuah proses belajar, hal ini terlihat dari perilaku siswa dalam sebuah proses belajar yang cenderung hanya berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123
ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana Psikologi S-1 Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di era jaman sekarang pendidikan sangatlah penting. Bukan hanya untuk mendapatkan ijasah namun juga mendapat pengetahuan, pengalaman, serta mendapatkan
Lebih terperinciPerkembangan Emosi Pada Bayi
Perkembangan Emosi Pada Bayi Oleh Sutji Martiningsih Wibowo Sumbangan tulisan untuk Buletin Akhwat Yayasan Islam Paramartha Pilihan topik bahasan kali ini adalah Perkembangan emosi pada bayi yang mungkin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia olahraga, motivasi berprestasi, lebih populer dengan istilah competitiveness merupakan modal utama dalam mencapai keberhasilan penampilan. Tidak mengherankan
Lebih terperinciMASALAH SISWA YANG MEROKOK DI SMP NEGERI 3 KERTAK HANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016
STRATEGI GURU BIMBINGAN dan KONSELING dalam MENANGANI MASALAH SISWA YANG MEROKOK DI SMP NEGERI 3 KERTAK HANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 OLEH ROBY KUSMADANI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran bahwa faktor inteligensi merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut. Lingkungan yang mendukung perkembangan individu adalah lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada seorang individu pun yang sama persis satu sama lain didunia ini sekalipun mereka kembar pasti memiliki perbedaan. Individu terlahir dengan beragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik sumber daya manusia menjadi lebih baik, memiliki pengetahuan yang berguna bagi semua pihak dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Layanan Konseling Individual Bagi Siswa Kelas Akselerasi. a. Guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling individual
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari uraian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Layanan Konseling Individual Bagi Siswa Kelas Akselerasi a. Guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena
Lebih terperinciKeterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM
KeterkaitanKecerdasanEmosionaldenganKinerjaSDM Oleh: Dra. Maria F.Lies Ambarwati, M.M. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejak dulu hingga saat ini tidak pernah surut sedikitpun. Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN PADA SISWA KELAS 4 SD 4 JATI WETAN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN PADA SISWA KELAS 4 SD 4 JATI WETAN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Muria Kudus untuk Memnuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying 1. Pengertian perilaku bullying Randall (2002) berpendapat bahwa Bullying dapat didefinisikan sebagai tindakan atau perilaku agresif yang disengaja untuk menyebabkan
Lebih terperinciBAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK PRASEKOLAH? Oleh Kartika Nur Fathiyah Dosen PPB FIP UNY
BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK PRASEKOLAH? Oleh Kartika Nur Fathiyah Dosen PPB FIP UNY A. Pendahuluan Masa pra sekolah merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harga diri adalah penilaian seseorang mengenai gambaran dirinya sendiri yang berkaitan dengan aspek fisik, psikologis, sosial dan perilakunya secara keseluruhan.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN AFEKTIF
PERKEMBANGAN AFEKTIF PTIK PENGERTIAN AFEKTIF Afektif menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang
Lebih terperinciKecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara
Kecerdasan Emosi Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara DESKRIPSI SINGKAT Mata ajar ini membekali peserta dengan kemampuan menerapkan kecerdasan emosional melalui pembelajaran : Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Banyak ahli mengakui bahwa kepercayaan diri merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang
Lebih terperinciDESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20
DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA Purwati 19, Nurhasanah 20 Abstrak. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Peserta didik merupakan pewaris bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosi negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Emosi sangat mendukung dalam kehidupan, apakah itu emosi positif atau emosi negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena seseorang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu generasi harapan bangsa dimana masa depan yang dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa mahasiswa
Lebih terperinciSTUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR UNTUK MEMBANTU PEMILIHAN JURUSAN PESERTA DIDIK KELAS X MAN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012
STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR UNTUK MEMBANTU PEMILIHAN JURUSAN PESERTA DIDIK KELAS X MAN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh TRISNA KUSUMA DEWI NIM 200831013 PROGRAM STUDI BIMBINGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas manusia berkaitan erat dengan kualitas pendidikan, yang merupakan rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai lembaga
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG
LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG Disusun Oleh : Nama : Esti imaniatun NIM : 7101409296 Prodi : Pend. Ekonomi Akuntansi FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Lebih terperinciNILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN :
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN : ERLANGGA TAHUN 2008 SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan
Lebih terperinciCHAPTER EIGHT Emotional Determinants. (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock)
CHAPTER EIGHT Emotional Determinants (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan,
Lebih terperinciSikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3
Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Pengenalan Diri Instropeksi SALAH Dilazimkan Menyalahkan: Orang lain Lingkungan akibatnya Tidak percaya diri Tidak
Lebih terperinciBUPATI PEMALANG SAMBUTAN BUPATI PEMALANG. pada acara PERSIAPAN PENGUKUHAN IKATAN PURNA KARYAWAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN PEMALANG
BUPATI PEMALANG SAMBUTAN BUPATI PEMALANG pada acara PERSIAPAN PENGUKUHAN IKATAN PURNA KARYAWAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN PEMALANG Rabu, 29 Januari 2014 Assalamu alaikum, Wr. Wb Ysh. Kepala Dinas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5) Manfaat Penelitian, dan (6) Penegasan Istilah. 1.1. LATAR BELAKANG
Lebih terperinci2015 KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA DI DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD KELAS III
BAB I A. Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Pada jaman sekarang ini manusia dituntut untuk tidak hanya cerdas dalam intelektual, tapi dituntut juga untuk berkarakter, sebab karakter sebagai kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat menjamin kelangsungan dan perkembangan suatu bangsa yang bersangkutan.
Lebih terperinciIMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK MUHAMMADIYAH 3 BANJARMASIN
IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK MUHAMMADIYAH 3 BANJARMASIN OLEH AHMAD HUMAIDI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015/1437 H i IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 KecemasanPada Mahasiswa Dalam Menyusun Proposal Skripsi 2.1.1 Pengertian kecemasanmahasiswa dalam menyusun proposal Skripsi Skripsi adalah tugas di akhir perkuliahan yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain dibutuhkan komunikasi yang
Lebih terperinciBUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya Buku Kode Etik dan Tata tertib dosen Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil dalam masyarakat, tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear
Lebih terperinciSTRATEGI COPING PADA MAHASISWA KORBAN BROKEN HOME (STUDI KASUS ATAS EMPAT MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM ANGKATAN 2011)
STRATEGI COPING PADA MAHASISWA KORBAN BROKEN HOME (STUDI KASUS ATAS EMPAT MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM ANGKATAN 2011) OLEH HARTATI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
Lebih terperinciMENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK
MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK KARAKTER YANG BAIK dan KARAKTER SEPERTI KRISTUS, apa bedanya? Oleh : G.I. Magdalena Pranata Santoso, D.Min. Pendahuluan Meskipun akhir-akhir ini semakin banyak orang tua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang
15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,
Lebih terperinciHUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak utama kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara yang dapat digunakan
Lebih terperinciRAPAT KERJA CABANG MUSLIMAT NU KABUPATEN KULONPROGO
BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara RAPAT KERJA CABANG MUSLIMAT NU KABUPATEN KULONPROGO 5 Maret 2011 Assalamu alaikum Wr. Wb. Yang kami hormati, Ì Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Kulonprogo,
Lebih terperinciOleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN
Kontribusi kecerdasan emosional dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kimia dalam metode pembelajaran GI (group investigation) dan STAD (student teams achievement division) materi pokok laju reaksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak
Lebih terperinci