BAB I PENDAHULUAN. xiv

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsipprinsip

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut undang undang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Nur aini Dwiandini, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayati Dwiguna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan warga negara Indonesia menjadi manusia yang berkualitas

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang IPA yang juga telah berlangsung dengan pesat

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

didik. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa diharuskan aktif- mencari sendiri dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pada kurikulum ini siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Hamid, 2009: 1). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si.

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data hasil belajar di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung kelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maya Noor Fulaillah, 2015

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

S, 2014 KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA SUB-KONSEP PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Metodi DIdaktik Vol. 10, No. 2, Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya ingin merubah perilaku, intelektual, moral maupun sosial agar bisa mandiri dalam kehidupan di masyarakatnya. Dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut, siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru melalui proses pembelajaran. Lingkungan belajar yang diatur oleh guru meliputi; tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metodologi pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan dalam rangka melaksanakan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan sehingga dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru sekolah dasar, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru sekolah dasar adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing dijaman pesatnya perkembangan teknologi. Dalam setiap pembelajaran, guru sekolah dasar selalu dituntut untuk menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan, diantaranya adalah materi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat erat hubungannya dengan alam sehingga dalam pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta dapat menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. xiv

15 IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA SD sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara lngsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 tahun 2006 merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Menyadari akan tugasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA yang telah diatur demikian, guru perlu memiliki pemahaman teoritik tentang model pembelajaran, tetapi juga perlu memiliki pengalaman praktis menerapkan model pembelajaran tersebut. Agar ini terjadi, guru perlu terus bereksperimen dengan berbagai metode pembelajaran yang diketahuinya selama ini. Percobaanpercobaan ini dimaksudkan agar guru dapat mengetahui sekaligus memahami dengan pasti pada situasi seperti apa metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Sadjono (dalam Slamet: 2006), pembelajaran IPA di sekolah dasar masih banyak dilakukan secara konvensional/tradisional (pembelajaran berpusat pada guru). Dalam metodologi pembelajaran ada dua aspek yang menonjol, yakni; metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu

16 pembelajaran. Agar guru bersedia untuk terus bereksperimen dengan berbagai model pembelajaran, satu hakikat yang perlu terus disadari adalah bahwa ukuran keberhasilan seorang guru, ditentukan dengan ukuran keberhasilan seorang siswa. Guru sebaiknya membuang paradigma lama bahwa semakin membingungkan materi yang diajarkan, atau semakin tidak mengerti siswa terhadap pelajaran, itu berarti bahwa guru berhasil. Tidak demikian, karena jika itu yang terjadi itu artinya bahwa guru telah gagal menjadi pendidik. Guru hadir untuk membebaskan siswa dari ketidaktahuan. Karena itu menjadi tantangan bagi guru adalah bagaimana membangun jembatan (metode) agar apa yang diketahuinya juga dapat diketahui oleh peserta didiknya. Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas IV di SD Negeri Sidorejo Lor 04 Salatiga yang berjumlah 42 siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas IV ini, siswa lebih suka bermain dengan temannya sehingga pada saat guru menjelaskan mereka tidak memperhatikan dengan baik apa yang disampaikan oleh guru. Berulang kali guru sudah memberi penegasan kepada siswa supaya memperhatikan pelajaran namun siswanya tetap tidak memperdulikan guru dan tetap sibuk sendiri serta berbicara dengan teman di sebelahnya. Untuk itu guru perlu berupaya memilih metode pembelajaran yang digunakan supaya siswa dapat lebih aktif dan memperhatikan pelajaran dengan baik. Keadaan ini dapat di sadari oleh guru bahwa siswa mengalami kejenuhan dengan metode pembelajaran yang digunakan. Untuk itu guru harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar interaktif dengan temannya. Artinya pembelajaran lebih baik berpusat pada siswa dan guru hanya membimbing siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan mengacu pada pemahaman sebelumnya tentang mata pelajaran IPA, bahwa mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang sebenarnya mengharuskan siswa lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan alam sekitar, terlebih lagi bahwa siswa dituntut untuk tidak saja mengenal dan menghafal fakta-fakta, tetapi juga dituntut untuk menjadi penemu, maka dengan demikian metode guided discovery menjadi tepat untuk diterapkan sebagai salah satu metode pembelajaran dalam mata pelajaran ini. Ketepatannya terletak dimana

17 metode guided discovery memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk terlibat menyelidiki dan secara bebas dapat menemukan hasil melalui pengambilan kesimpulan pada apa yang ditemukan dalam penyelidikannya. Metode guided discovery ini adalah suatu metode yang menghadapkan siswa pada suatu masalah-masalah dilingkungan sekitar yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran ini siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan sedangkan guru mengarahkan siswa untuk membuat dugaan/hipotesa dan mencoba-coba. Dalam metode pembelajaran ini perlu adanya kerjasama beberapa siswa untuk saling membantu teman agar dapat berpikir kritis, sehingga dapat lebih mudah dalam menemukan penyelesaian masalah. Metode guided discovery bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan dapat menemukan kesimpulan dari jawaban permasalahan yang ada. Dengan dilibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran maka siswa akan fokus pada pembelajaran yang sedang berlangsung, selain itu konsep akan tertanam dengan baik pada siswa karena siswa melakukan sendiri dan memahami konsep bukan sekedar menghafal. Berdasarkan uraian di atas, adanya masalah ketidakefektifan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian penerapan metode pembelajaran salah satunya yaitu metode guided discovery. Hal ini dikarenakan metode guided discovery merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan melibatkan siswa secara langsung melalui kegiatan percobaan. Untuk itu, siswa akan mendapat pengalaman tentang apa yang dipelajari sehingga akan tersimpan lebih lama dalam ingatan siswa. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah metode guided discovery efektif untuk digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD di SD Negeri Sidorejo Lor 04 Salatiga semester II tahun pelajaran 2011/2012?

18 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan keefektifan penggunaan metode guided discovery dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD di SD Negeri Sidorejo Lor 04 Salatiga semester II tahun pelajaran 2011/2012. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian tentang model pembelajaran dalam pembelajaran IPA SD. 1.4.2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Dapat meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan metode pembelajaran, khususnya metode guided discovery dalam pembelajaran IPA SD. b. Bagi sekolah Dapat meningkatkan kualitas pelajaran di sekolah sehingga mutu sekolah meningkat. c. Bagi peneliti Mendapat pengalaman menerapkan pembelajaran IPA dengan metode guided discovery yang kelak dapat diterapkan saat mengajar/menjadi guru SD.