VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI INDONESIA 6.1. Validasi Model Hasil validasi model tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 20. Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata RMSPE sebesar 26.65 persen dan statistik U-Theil sebesar 0.07. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar persamaan di dalam model memiliki daya prediksi yang baik. Model yang dibangun juga mempunyai daya prediksi yang cukup valid untuk melakukan simulasi historis. Tabel 20. Hasil Validasi Model Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia Variabel RMSPE R UM UR UD US UC U LAP 2.42 0.96 0.65 0.16 0.18 0.22 0.13 0.01 PRDV 0.92 0.99 0.46 0.06 0.48 0.09 0.45 0.00 TPP 2.13 0.99 0.35 0.42 0.23 0.46 0.19 0.01 PB 2.13 0.99 0.35 0.42 0.23 0.46 0.19 0.01 HRGTP 9.20 0.96 0.01 0.04 0.95 0.00 0.99 0.04 QDBR 4.49 0.63 0.00 0.05 0.95 0.06 0.94 0.02 QSBR 3.55 0.97 0.70 0.07 0.23 0.11 0.19 0.02 HRBER 17.97 0.66 0.11 0.07 0.81 0.47 0.42 0.11 HRIMB 6.76 0.99 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.03 JIMB 211.20 0.55 0.58 0.04 0.37 0.01 0.40 0.33 MPB 32.41-0.50 0.10 0.62 0.28 0.02 0.88 0.21 Rata-rata 26.65 0.74 0.30 0.18 0.52 0.17 0.53 0.07 Sumber : Data diolah (2011) 6.2. Simulasi Historis Evaluasi dilakukan dengan lima skenario simulasi historis pada tahun 2000 sampai dengan 2009. Variabel yang disimulasikan pada penelitian ini, yaitu tarif impor, harga riil pembelian pemerintah, harga riil pupuk urea, dan total kredit usahatani. Tujuan dari skenario simulasi untuk mengetahui bagaimana dampak perubahan faktor eksternal berupa penurunan tarif impor atau bahkan tarif impor beras menjadi nol sebagai komitmen dalam AFTA, terhadap kesejahteraan petani
padi di Indonesia. Berikut ini disajikan hasil simulasi dari masing-masing skenario pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Simulasi Historis terhadap Model Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia Perubahan Dari Setiap Skenario Nilai Keterangan Simulasi (%) Dasar I II III IV V Luas Areal Panen Padi (000 Ha) 12148.8-0.11-0.55 0.64 1.10 1.75 Produktivitas Padi (Ton/Ha) 4.5828-0.05-0.23 0.27 0.26 0.84 Total Produksi Padi (000 Ton) 55719.2-0.16-0.79 0.93 1.38 2.65 Produksi Beras (000 Ton) 35103.1-0.16-0.79 0.93 1.38 2.65 Harga Riil Gabah Tingkat Petani (Rp/Kg) 18.5269-0.86-4.32 5.47 5.31 4.88 Permintaan Beras (Ton) 31437.2 0.00-0.01 0.01 0.02 0.04 Penawaran Beras (Ton) 36337.9-0.11-0.55 1.11 1.55 2.78 Harga Riil Beras Indonesia (Rp/Kg) 39.5553 0.12 0.57-1.16-1.61-2.88 Harga Riil Beras Impor Indonesia (US$/Ton) 2.7274-2.58-12.94-12.94-12.94-12.94 Jumlah Impor Beras Indonesia (000 Ton) 1296.4 1.20 6.01 6.01 6.01 6.01 Marjin Pemasaran Beras (Rp/Kg) 21.0284 0.98 4.89-6.99-7.71-9.73 Surplus Produsen Rp miliar -8.92-44.47 56.69 55.18 51.06 Sumber : Data diolah (2011) Keterangan : I II III IV V :Tarif impor turun 20 persen :Tarif impor nol :Harga riil pembelian pemerintah naik 10 persen dan tarif impor nol :Harga riil pembelian pemerintah naik 10 persen, harga riil pupuk urea turun 10 persen, dan tarif impor nol :Total kredit usahtani naik 15 persen, harga riil pembelian pemerintah naik 10 persen, dan tarif impor nol 6.2.1. Penurunan Tarif Impor Sebesar 20 Persen Berdasarkan Tabel 21 dampak penurunan tarif impor menyebabkan penurunan paling besar terhadap harga riil beras impor Indonesia sebesar 2.58 persen sehingga jumlah impor beras yang masuk ke Indonesia akan semakin meningkat sebesar 1.20 persen. Selain itu jika harga riil beras impor Indonesia menurun, maka harga riil beras Indonesia tidak akan mampu bersaing dengan beras impor sehingga memungkinkan terjadinya penyulundupan beras. Penurunan 70
harga riil gabah tingkat petani sebesar 0.86 persen merupakan disinsentif bagi petani sehingga produksi padi menurun sebesar 0.16 persen. Hal tersebut merugikan petani karena dengan turunnya harga riil gabah tingkat petani dan produksi padi menyebabkan surplus produsen padi menjadi berkurang sebesar Rp 8.92 miliar. 6.2.2. Tarif Impor Nol Tabel 21 menunjukkan bahwa tarif impor menjadi nol dapat menyebabkan penurunan paling besar pada harga riil beras impor Indonesia sebesar 12.94 persen sehingga jumlah impor beras yang masuk ke Indonesia akan semakin meningkat sebesar 6.01 persen. Simulasi ini juga menurunkan harga riil gabah tingkat petani sebesar 4.32 persen dapat merugikan petani, karena surplus produsen padi menurun sebesar Rp 44.47 miliar. 6.2.3. Skenario Simulasi Kebijakan Pemerintah dalam Menghadapi Tarif Impor Beras Menjadi Nol Sesuai dengan Perjanjian AFTA Dalam studi ini dilakukan alternatif simulasi kebijakan pemerintah dalam menghadapi tarif impor beras menjadi nol dengan dilakukan tiga skenario simulasi yaitu : (1) menaikkan harga riil pembelian pemerintah, (2) menaikkan harga riil pembelian pemerintah dan menurunkan harga riil pupuk urea, (3) menaikkan total kredit usahatani dan harga riil pembelian pemerintah. Berikut ini dikemukakan hasil simulasi pada masing-masing skenario. 6.2.3.1.Menaikkan Harga Riil Pembelian Pemerintah Sebesar 10 Persen dan Tarif Impor Nol Simulasi kebijakan menaikkan harga riil pembelian pemerintah dimaksudkan untuk melindungi petani padi agar mendapatkan harga yang layak. Hal ini dilakukan karena peningkatan harga riil pembelian pemerintah sebesar 10 persen dapat menyebabkan harga riil gabah tingkat petani meningkat sebesar 5.47 71
persen. Peningkatan harga riil gabah tingkat petani tersebut menyebabkan total produksi padi meningkat sebesar 0.93 persen. Peningkatan harga riil gabah tingkat petani dan total produksi padi tersebut menyebabkan surplus produsen meningkat sebesar Rp 56.69 milliar. Walaupun pemerintah tidak diperkenankan membatasi jumlah impor, tetapi dengan adanya kebijakan harga pembelian pemerintah dapat memberikan insentif kepada petani agar tetap mempertahankan dan meningkatkan total produksi padinya. 6.2.3.2.Menaikkan Harga Riil Pembelian Pemerintah Sebesar 10 Persen, Menurunkan Harga Riil Pupuk Urea Sebesar 10 Persen, dan Tarif Impor Nol Peningkatan harga riil pembelian pemerintah dapat menyebabkan peningkatan harga riil gabah tingkat petani dan total produksi padi. Adapun penurunan harga riil pupuk urea karena (subsidi pupuk) menyebabkan luas areal panen padi meningkat selanjutnya meningkatkan total produksi padi. Kombinasi peningkatan harga riil pembelian pemerintah sebesar 10 persen dan penurunan harga riil pupuk urea sebesar 10 persen dapat menyebabkan total produksi padi meningkat sebesar 1.38 persen. Peningkatan total produksi padi dapat menyebabkan surplus produsen yang diterima petani meningkat sebesar Rp 55.18 miliar. 6.2.3.3.Menaikkan Total Kredit Usahatani Sebesar 15 Persen, Menaikkan Harga Riil Pembelian Pemerintah Sebesar 10 Persen, dan Tarif Impor Nol Peningkatan total kredit usahatani dapat meningkatkan luas areal panen padi maupun produktivitas padi yang pada akhirnya total produksi padi meningkat Sementara peningkatan harga riil pembelian pemerintah dapat meningkatkan harga riil gabah tingkat petani dan total produksi padi. Oleh karena itu kombinasi peningkatan total kredit usahatani sebesar 15 persen dan harga riil pembelian 72
pemerintah sebesar 10 persen dapat meningkatkan total produksi padi sebesar 2.65 persen, yang selanjutnya dapat meningkatkan surplus produsen sebesar Rp 51.06 milliar. 6.2.3.4. Ringkasan Berdasarkan hasil simulasi yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diketahui bahwa peningkatan harga riil pembelian pemerintah merupakan kebijakan yang memberikan dampak positif paling besar (peningkatan surplus produsen paling besar yaitu sebesar Rp 56.69 milliar) dibandingkan dengan kebijakan yang lain. 73