VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

BAB VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN. Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan melaksanakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

KONSTRUKSI KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TAHUN 2006

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

JUSTIFIKASI DAN RESIKO PENINGKATAN HARGA DASAR GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

matematis. Formulasi matematis ini menunjukkan keterkaitan antara setiap variabel yang saling berinteraksi.

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

PROSPEK TANAMAN PANGAN

Efektifitas Subsidi Pupuk: Implikasinya pada Kebijakan Harga Pupuk dan Gabah

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS BESARAN SUBSIDI PUPUK DAN POLA DISTRIBUSINYA

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI RIAU

DAMPAK KEBIJAKAN TARIF IMPOR BERAS TERHADAP KINERJA EKONOMI BERAS DI INDONESIA THE IMPACTS OF IMPORT TARIFF POLICY ON THE INDONESIAN RICE ECONOMY

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

IV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN ALTERNATIF MODEL BANTUAN BENIH DAN PUPUK UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

Adityas Ismawati NRP Dosen Pembimbing Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAMPAK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN PERLUASAN AREAL PANEN TERHADAP UPAYA KEMANDIRIAN PANGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI ABSTRACT

Analisis Penawaran dan Permintaan Pupuk di Indonesia

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

TINJAUAN PUSTAKA Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia. Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

Tahun Harga Kakao Harga Simulasi

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER

ANALISIS DAMPAK ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI INDONESIA FAHMI ABDURAHMAN

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERTANIAN RI

Gambar 2.5: Hasil uji sensitivitas 2.4. HASIL ANALISIS

II. TINJAUAN PUSTAKA Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia. beras. Perkembangan dari hal-hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

VII. ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN FAKTOR EKONOMI TERHADAP KESEJAHTERAAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRAK RINGKASAN

I. PENDAHULUAN. sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah

KAJIAN KEMUNGKINAN KEMBALI KE KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH, KENAIKAN HARGA GABAH DAN TARIF TAHUN 2007

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI

ANALISIS KELAYAKAN PENGALIHAN SUBSIDI PUPUK MENJADI PENJAMINAN HARGA GABAH : Subsidi Input vs Output *

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

4. KEBIJAKAN KEDELAI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

ANALISIS DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS PADI, JAGUNG, KEDELAI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI GORONTALO (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA. Muhammad Firdaus Dosen STIE Mandala Jember

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Sumatera Utara ( )

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji

Transkripsi:

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI INDONESIA 6.1. Validasi Model Hasil validasi model tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 20. Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata RMSPE sebesar 26.65 persen dan statistik U-Theil sebesar 0.07. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar persamaan di dalam model memiliki daya prediksi yang baik. Model yang dibangun juga mempunyai daya prediksi yang cukup valid untuk melakukan simulasi historis. Tabel 20. Hasil Validasi Model Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia Variabel RMSPE R UM UR UD US UC U LAP 2.42 0.96 0.65 0.16 0.18 0.22 0.13 0.01 PRDV 0.92 0.99 0.46 0.06 0.48 0.09 0.45 0.00 TPP 2.13 0.99 0.35 0.42 0.23 0.46 0.19 0.01 PB 2.13 0.99 0.35 0.42 0.23 0.46 0.19 0.01 HRGTP 9.20 0.96 0.01 0.04 0.95 0.00 0.99 0.04 QDBR 4.49 0.63 0.00 0.05 0.95 0.06 0.94 0.02 QSBR 3.55 0.97 0.70 0.07 0.23 0.11 0.19 0.02 HRBER 17.97 0.66 0.11 0.07 0.81 0.47 0.42 0.11 HRIMB 6.76 0.99 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.03 JIMB 211.20 0.55 0.58 0.04 0.37 0.01 0.40 0.33 MPB 32.41-0.50 0.10 0.62 0.28 0.02 0.88 0.21 Rata-rata 26.65 0.74 0.30 0.18 0.52 0.17 0.53 0.07 Sumber : Data diolah (2011) 6.2. Simulasi Historis Evaluasi dilakukan dengan lima skenario simulasi historis pada tahun 2000 sampai dengan 2009. Variabel yang disimulasikan pada penelitian ini, yaitu tarif impor, harga riil pembelian pemerintah, harga riil pupuk urea, dan total kredit usahatani. Tujuan dari skenario simulasi untuk mengetahui bagaimana dampak perubahan faktor eksternal berupa penurunan tarif impor atau bahkan tarif impor beras menjadi nol sebagai komitmen dalam AFTA, terhadap kesejahteraan petani

padi di Indonesia. Berikut ini disajikan hasil simulasi dari masing-masing skenario pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Simulasi Historis terhadap Model Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia Perubahan Dari Setiap Skenario Nilai Keterangan Simulasi (%) Dasar I II III IV V Luas Areal Panen Padi (000 Ha) 12148.8-0.11-0.55 0.64 1.10 1.75 Produktivitas Padi (Ton/Ha) 4.5828-0.05-0.23 0.27 0.26 0.84 Total Produksi Padi (000 Ton) 55719.2-0.16-0.79 0.93 1.38 2.65 Produksi Beras (000 Ton) 35103.1-0.16-0.79 0.93 1.38 2.65 Harga Riil Gabah Tingkat Petani (Rp/Kg) 18.5269-0.86-4.32 5.47 5.31 4.88 Permintaan Beras (Ton) 31437.2 0.00-0.01 0.01 0.02 0.04 Penawaran Beras (Ton) 36337.9-0.11-0.55 1.11 1.55 2.78 Harga Riil Beras Indonesia (Rp/Kg) 39.5553 0.12 0.57-1.16-1.61-2.88 Harga Riil Beras Impor Indonesia (US$/Ton) 2.7274-2.58-12.94-12.94-12.94-12.94 Jumlah Impor Beras Indonesia (000 Ton) 1296.4 1.20 6.01 6.01 6.01 6.01 Marjin Pemasaran Beras (Rp/Kg) 21.0284 0.98 4.89-6.99-7.71-9.73 Surplus Produsen Rp miliar -8.92-44.47 56.69 55.18 51.06 Sumber : Data diolah (2011) Keterangan : I II III IV V :Tarif impor turun 20 persen :Tarif impor nol :Harga riil pembelian pemerintah naik 10 persen dan tarif impor nol :Harga riil pembelian pemerintah naik 10 persen, harga riil pupuk urea turun 10 persen, dan tarif impor nol :Total kredit usahtani naik 15 persen, harga riil pembelian pemerintah naik 10 persen, dan tarif impor nol 6.2.1. Penurunan Tarif Impor Sebesar 20 Persen Berdasarkan Tabel 21 dampak penurunan tarif impor menyebabkan penurunan paling besar terhadap harga riil beras impor Indonesia sebesar 2.58 persen sehingga jumlah impor beras yang masuk ke Indonesia akan semakin meningkat sebesar 1.20 persen. Selain itu jika harga riil beras impor Indonesia menurun, maka harga riil beras Indonesia tidak akan mampu bersaing dengan beras impor sehingga memungkinkan terjadinya penyulundupan beras. Penurunan 70

harga riil gabah tingkat petani sebesar 0.86 persen merupakan disinsentif bagi petani sehingga produksi padi menurun sebesar 0.16 persen. Hal tersebut merugikan petani karena dengan turunnya harga riil gabah tingkat petani dan produksi padi menyebabkan surplus produsen padi menjadi berkurang sebesar Rp 8.92 miliar. 6.2.2. Tarif Impor Nol Tabel 21 menunjukkan bahwa tarif impor menjadi nol dapat menyebabkan penurunan paling besar pada harga riil beras impor Indonesia sebesar 12.94 persen sehingga jumlah impor beras yang masuk ke Indonesia akan semakin meningkat sebesar 6.01 persen. Simulasi ini juga menurunkan harga riil gabah tingkat petani sebesar 4.32 persen dapat merugikan petani, karena surplus produsen padi menurun sebesar Rp 44.47 miliar. 6.2.3. Skenario Simulasi Kebijakan Pemerintah dalam Menghadapi Tarif Impor Beras Menjadi Nol Sesuai dengan Perjanjian AFTA Dalam studi ini dilakukan alternatif simulasi kebijakan pemerintah dalam menghadapi tarif impor beras menjadi nol dengan dilakukan tiga skenario simulasi yaitu : (1) menaikkan harga riil pembelian pemerintah, (2) menaikkan harga riil pembelian pemerintah dan menurunkan harga riil pupuk urea, (3) menaikkan total kredit usahatani dan harga riil pembelian pemerintah. Berikut ini dikemukakan hasil simulasi pada masing-masing skenario. 6.2.3.1.Menaikkan Harga Riil Pembelian Pemerintah Sebesar 10 Persen dan Tarif Impor Nol Simulasi kebijakan menaikkan harga riil pembelian pemerintah dimaksudkan untuk melindungi petani padi agar mendapatkan harga yang layak. Hal ini dilakukan karena peningkatan harga riil pembelian pemerintah sebesar 10 persen dapat menyebabkan harga riil gabah tingkat petani meningkat sebesar 5.47 71

persen. Peningkatan harga riil gabah tingkat petani tersebut menyebabkan total produksi padi meningkat sebesar 0.93 persen. Peningkatan harga riil gabah tingkat petani dan total produksi padi tersebut menyebabkan surplus produsen meningkat sebesar Rp 56.69 milliar. Walaupun pemerintah tidak diperkenankan membatasi jumlah impor, tetapi dengan adanya kebijakan harga pembelian pemerintah dapat memberikan insentif kepada petani agar tetap mempertahankan dan meningkatkan total produksi padinya. 6.2.3.2.Menaikkan Harga Riil Pembelian Pemerintah Sebesar 10 Persen, Menurunkan Harga Riil Pupuk Urea Sebesar 10 Persen, dan Tarif Impor Nol Peningkatan harga riil pembelian pemerintah dapat menyebabkan peningkatan harga riil gabah tingkat petani dan total produksi padi. Adapun penurunan harga riil pupuk urea karena (subsidi pupuk) menyebabkan luas areal panen padi meningkat selanjutnya meningkatkan total produksi padi. Kombinasi peningkatan harga riil pembelian pemerintah sebesar 10 persen dan penurunan harga riil pupuk urea sebesar 10 persen dapat menyebabkan total produksi padi meningkat sebesar 1.38 persen. Peningkatan total produksi padi dapat menyebabkan surplus produsen yang diterima petani meningkat sebesar Rp 55.18 miliar. 6.2.3.3.Menaikkan Total Kredit Usahatani Sebesar 15 Persen, Menaikkan Harga Riil Pembelian Pemerintah Sebesar 10 Persen, dan Tarif Impor Nol Peningkatan total kredit usahatani dapat meningkatkan luas areal panen padi maupun produktivitas padi yang pada akhirnya total produksi padi meningkat Sementara peningkatan harga riil pembelian pemerintah dapat meningkatkan harga riil gabah tingkat petani dan total produksi padi. Oleh karena itu kombinasi peningkatan total kredit usahatani sebesar 15 persen dan harga riil pembelian 72

pemerintah sebesar 10 persen dapat meningkatkan total produksi padi sebesar 2.65 persen, yang selanjutnya dapat meningkatkan surplus produsen sebesar Rp 51.06 milliar. 6.2.3.4. Ringkasan Berdasarkan hasil simulasi yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diketahui bahwa peningkatan harga riil pembelian pemerintah merupakan kebijakan yang memberikan dampak positif paling besar (peningkatan surplus produsen paling besar yaitu sebesar Rp 56.69 milliar) dibandingkan dengan kebijakan yang lain. 73