BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam keadaan menguntungkan (profitable). Oleh karena itu pemilik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring bertambah dewasanya perusahaan, mereka harus dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998). Besarnya laba digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perekonomian merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan dari perusahaan adalah untuk mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terganjal oleh kualitas infrastruktur yang kurang. Industri semen mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan diproksikan melalui dimensi profitabilitas perusahaan. komposisi utang perusahaan (Harmono, 2011: ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUTAKA. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun

Difky Mashady Darminto Ahmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis rasio keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari

BAB II LANDASAN TEORI. bahwa Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi. Definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RASIO LAPORAN KEUANGAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Profitabilitas Rasio profibilitas merupakan faktor yang harus mendapat perhatian penting, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus dalam keadaan menguntungkan (profitable). Oleh karena itu pemilik perusahaan dan terutama sekali dari pihak manajemen harus berusaha meningkatkan keuntungan perusahaan demi kelangsungan masa depan perusahaan. Afrinda (2013) menyatakan bahwa Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dengan modal yang ditanamkan di dalam perusahaan tersebut. Pada rasio rasio profitabilitas, seluruh pengukuran rasio akan menunjukkan kondisi yang lebih baik jika jumlahnya atau angkanya semakin besar. Sebaliknya menunjukkan kondisi yang semakin jelek jika angka rasionya semakin kecil. Profitabilitas menurut Kasmir (2010:196) merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Guimaraes dan Nossa dalam Brazilian Business Review (2010) mengatakan bahwa Profitability measures the company s ability to generate profit. Mereka menjelaskan bahwa profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini dapat dilakukan dengan membandingkan berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama neraca dan laporan laba

rugi. Tujuannya untuk melihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan. Jenis jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah : 1. Return on investment Return on Investment atau return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Formulasi dari return on investment atau ROI adalah sebagai berikut : Return on investment = Laba Setelah Pajak Total aktiva xx100% 2. Gross profit margin Gross profit margin atau margin keuntungan kotor berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Formulasi gross profit margin adalah sebagai berikut :

Penjualan Harga Pokok Penjualan Gross profit margin = x 100% penjualan 3. Net profit margin Net profit margin menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain ratio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Formulasi dari net profit margin adalah sebagai berikut : Net profit margin = Laba Setelah Pajak penjualan x100% 4. Return on equity Return on equity adalah rasio yang membandingkan antara keuntungan setelah pajak atau laba bersih dengan total ekuitas perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekiutas perusahaan. Formulasi dari ROE yaitu : 2.1.2. Modal kerja Return on equity = 2.1.2.1. Pengertian modal kerja Laba setelah pajak Modal sendiri x100% Altman (1968, dikutip dari Guimaraes dan Nossa, 2010) menyatakan bahwa, One of the key indicators of the companies financial health is working capital. Ia menjelaskan bahwa salah satu indikator dari kesehatan keuangan perusahaan adalah modal kerja.

Menurut Mashady, Darminto dan Ahmad (2013), Modal kerja bersih adalah selisih antara asset lancar dan kewajiban lancar. Menurut Kasmir (2010: 250) Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1. Konsep kuantitatif Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital). 2. Konsep kualitatif Konsep kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih atau net working capital. 3. Konsep fungsional Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memeroleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan

perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba pun akan menurun. Akan tetapi, dalam kenyataannya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian. 2.1.2.2. Siklus modal kerja Proses pemutaran modal kerja akan selalu berjalan selama perusahaan masih beroperasi, modal kerja berputar terus-menerus dalam perusahaan karena dipakai untuk membiayai operasi seharihari. Proses pemutaran modal kerja itu dinamakan lingkaran modal kerja, yang akan selalu berputar selama perusahaan merupakan going concern atau masih berjalan (Tunggal, 1995: 91). Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Modal kerja yang terdiri dari kas, piutang, dan persediaan harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Analisis tentang lingkaran modal kerja dimulai dengan kas, uang kas ditanam dalam persediaan dan berbagai alat dan jasa, di samping dibiayai dari para pemasok dengan kredit, yang kemudian memerlukan pembiayaan dengan kas. Jadi, proses kas, persediaanpiutang-uang merupakan lingkaran modal kerja, dan akan berputar terus-menerus selama perusahaan itu berjalan. 2.1.2.3. Fungsi modal kerja Fungsi modal kerja adalah sebagai berikut :

1. Modal Kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan. 2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan tunai ; dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah yang akan dibayarkan uttuk pembelian barang menjadi berkurang. 3. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara Credit standing perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Disamping itu modal kerja yang mencukupi memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti dalam hal terjadi : pemogokan banjir dan kebakaran. 4. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada para pembelinya syarat kredit yang lebih lunak dalam usaha. 5. Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada suatu jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan lancar.

6. Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menyelenggarakan perusahaan lebih efisien dengan jalan menghindarkan kelambatan dalam memperoleh bahan, jasa dan alat-alat yang disebabkan karena kesulitan kredit. 7. Modal kerja yang mencukupi, memungkinkan pula perusahaan untuk menghadapi masa resesi dan depresi dengan baik. 2.1.3. Efisiensi modal kerja Efisiensi modal kerja adalah pemanfaatan modal kerja aktivitas operasional perusahaan secara optimal sehingga mampu meningkatkan kemakmuran perusahaan itu sendiri. Penggunaan modal kerja akan dinyatakan optimal jika jumlah modal kerja yang digunakan dalam perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang besar pula bagi perusahaan. Efisiensi modal kerja ini menunjukkan prestasi manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan secara optimal. Semakin efisien penggunaan modal kerja maka semakin baik kinerja manajemen perusahaan. Efisiensi dalam pengelolaan modal kerja juga sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan atau keberhasilan jangka panjang dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Dalam menghitung besarnya efisiensi modal kerja dapat digunakan rasio-rasio antara lain sebagai berikut: 1. Perputaran modal kerja (working capital turnover) Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Formulasi dari working capital turnover (WCT) adalah sebagai berikut :

WCT = Penjualan (Aktiva lancar hutang lancar ) 2. Perputaran persediaan (inventory turnover) Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisisensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manjemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Formulasi dari inventory turnover adalah sebagai berikut : Inventory Turnover = Harga pokok penjualan Rata rata persediaan 3. Perputaran piutang (receivable turnover) Rasio ini menunjukkan efisiensi pengelolaan piutang perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah. Formulasi dari receivable turnover (RT) adalah sebagai berikut : Receivable Turnover = 2.1.4. Likuiditas Piutang Penjualan per hari Rasio likuiditas menurut Fred Weston yang dikutip oleh Kasmir (2010:129) menyatakan bahwa, rasio likuiditas (liquiditiy ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Sedangkan menurut Munawir (2007:31) likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi. Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas perusahaan, yaitu : 1. Current ratio Current ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat megetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya kita, apabila memberikan kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa aman atau tidak. Dasar perbandingan tersebut dipergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan yang mandapat kredit itu kirakira akan mampu ataupun tidak untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan pada tanggal yang sudah ditentukan. (Tunggal, 1995: 154). Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran

persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih. Adapun formulasi dari current ratio adalah Current ratio = CCCCCCCCCCCCCC AAAAAAAAAAAA CCCCCCCCCCCCCC LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL xx 100% 2. Quick ratio Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu perbandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar (Munawir 2007: 74). Rasio ini merupakan ukuran kemampuan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena menganggap persediaan memerlukan waktu lama untuk direalisir menjadi kas, walaupun pada kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang. Rasio ini lebih tajam dari pada current ratio karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid. Adapun formulasi dari quick ratio adalah : Quick ratio = CCCCCCCCCCCCCC AAAAAAAAAAAA IIIIIIIIIIIIIIIIII CCCCCCCCCCCCCC LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL xx 100% 3. Cash ratio Kasmir (2008, 138) menjelaskan bahwa Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Adapun formulasinya ialah : Cash ratio = CCCCCCh oooo CCCCCCh eeeeeeeeeeeeeeeeeeee CCCCCCCCCCCCCC LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL xx 100%

2.1.5. Solvabilitas Menurut Kasmir (2008:151), rasio solvabilitas (leverage ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Menurut Munawir (2007: 32) solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Solvabilitas dapat dikukur dengan rasio antara lain : 1. Debt to equity ratio Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Formulasi untuk mencari rasio Debt to equity ratio sebagai berikut : DER = Total Utang Ekuitas xx 100% 2. Debt to total assets Menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang atau beberapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Formulasi rasio ini yaitu sebagai berikut : DAR = Total Utang Total Aktiva xx 100%

2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian 1. Difky Mashadi, Darmanto dan Working Capital Turnover (WTC) (X 1 ) Variabel WCT, CR, DTA secara simultan signifikan pengaruhnya terhadap Ahmad Current ROI dan variable Husaini Ratio (CR) WCT berpengaruh (2013) (X 2 ) 2. Azlan Syam (2013) 3. Aris Setia Noor (2012) Pengaruh Working Capital Turnover (WTC), Current Ratio (CR), dan Debt To Total Assets (DTA) Terhadap Return On Investment (ROI) (Studi Pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 2012) Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Keja, Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Industri Barang Konsumsi) Debt To Total Assets (DTA) (X 3 ) Return On Investment (ROI) (Y) Working Capital Turnover (X 1 ) Current Ratio (X 2 ) Debt To Equity Ratio (X 3 ) Return On Investment (Y) Working Capital Turnover (WTC) (X 1 ) Current Ratio (CR) (X 2 ) Debt To Total Assets (DTA) (X 3 ) Return On Investment (ROI) (Y) parsial terhadap ROI. Variabel CR dan DTA secara parisal tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI. Working capital turnover, current ratio, dan debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan baik secara simultan maupun secara parsial terhadap return on investment. Secara parsial efisiensi modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas dan likuiditas dan solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara simultan efisiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas tidak berpengaruh terhadap

4. Leo Benny (2011) 5. Setyo Budi Nugroho (2011) 6. Ima Hernawati (2007) Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk) Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, Dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Industri Barang Konsumsi di BEJ) Working Capital Turnover (X 1 ) Current Ratio (X 2 ) Debt To Total Assets (X 3 ) Return On Investment (Y) Working Capital Turnover (X 1 ) Current Ratio (X 2 ) Debt To Total Assets (X 3 ) Return On Assets (Y) Working Capital Turnover (X 1 ) Current Ratio (X 2 ) Debt To Total Assets (X 3 ) Return On Investment (Y) profitabilitas. Working Capital Turnover, Current Ratio dan Debt to Total Assets Ratio tidak berpengaruh terhadap return on investment secara bersama-sama, dan juga secara parsial tidak berpengaruh terhadap return on investment. Efisiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas secara bersama-sama dan secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Secara simultan efisiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas berpengaruh terhadap profitabilitas. Secara parsial efisiensi modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, namun likuiditas dan solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Sumber : Data diolah penulis

2.3. Kerangka Konseptual Efisiensi modal kerja Working Capital Turnover (X 1 ) H1 Likuiditas Quick Ratio (X 2 ) H2 H3 Return on Investment (Y) Solvabilitas Debt to Total Asset Ratio (X 3 ) H4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Tunggal (1995:165) menyebutkan indikasi pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja yang dapat dilihat dari perputaran modal kerja yang dimiliki dari asset kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Efisiensi modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), dan perputaran piutang (receivable turnover). Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas dinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode peputaran modal kerja makin cepat perputarannya, sehingga modal kerja semakin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas meningkat.

Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan untuk memperoleh laba. Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off) antara faktor likuiditas dan profitabilitas (Van Horne, 2012:127). Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang

tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyekproyek yang menguntungkan perusahaan (Tunggal, 1995). Selain masalah tersebut di atas perusahaan juga dihadapkan pada masalah penentuan sumber dana. Pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat dipenuhi dari sumber intern perusahaan, yaitu dengan mengusahakan penarikan modal melalui penjualan saham kepada masyarakat atau laba ditahan yang tidak dibagi dan digunakan kembali sebagai modal. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat juga dipenuhi dari sumber ekstern yaitu dengan meminjam dana kepada pihak kreditur seperti bank, lembaga keuangan bukan bank, atau dapat pula perusahaan menerbitkan obligasi untuk ditawarkan kepada masyarakat. Pemenuhan sumber dana melalui utang (pinjaman) akan mempengaruhi tingkat leverage atau solvabilitas perusahaan, karena solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang. Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dibanding modal sendiri maka tingkat solvabilitas akan menurun karena beban bunga yang harus ditanggung juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas. Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif, hal tersebut dapat

memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. Rasio profitabilitas adalah ukuran untuk mengetahui seberapa jauh aktivitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Efektifititas manajemen meliputi kegiatan fungsional manajemen, seperti keuangan, pemasaran, sumber daya manusia dan operasional. Jadi banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas yang kemudian meningkatkan atau menurunkan laba. Metode yang umum digunakan dalam evaluasi kinerja perusahaan adalah membandingkan seluruh sumber yang digunakan dengan laba yang diperoleh. Model pengukuran yang dipakai adalah analisis pengembalian investasi atau return on investment (ROI). Rasio ini membandingkan hasil yang dipeoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut. Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu apabila dikaitkan dengan teori yang diungkapkan oleh Tunggal dan Van Horne menunjukkan adanya suatu masalah atau gap antara teori dengan kenyataan. Masalah tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang tidak konsisten. 2.4. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H1 : Efisiensi modal kerja (working capital turnover) berpengaruh signifikan terhadap return on investment.

H2 : Likuiditas (quick ratio) berpengaruh signifikan terhadap return on investment. H3 : Solvabilitas (debt to total asset ratio) berpengaruh signifikan terhadap return on investment. H4 : Efisiensi modal kerja (WCT), likuiditas (QR), dan solvabilitas (DAR) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return on investment.