BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI SOPHIA FEBRIANY NIM :

Lampiran 1. Kromatogram GC Komposisi Asam Oleat Campuran

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

STUDI INHIBISI KOROSI BAJA 304 DALAM 2 M HCl DENGAN INHIBITOR CAMPURAN ASAM LEMAK HASIL HIDROLISA MINYAK BIJI KAPUK (Ceiba petandra)

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

4 Pembahasan Degumming

EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT. Abstralc

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB III. METODE PENELITIAN

SKRIPSI ROYMPUS MANALU DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

I. PENDAHULUAN. elektrokimia (Fontana, 1986). Korosi merupakan masalah besar bagi peralatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

3. Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

4. Hasil dan Pembahasan

P E N D A H U L U A N

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kendaraan bermotor di Indonesia telah mencapai lebih dari

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

SAT. Ekstraksi Daun Gambir Menggunakan Pelarut Metanol-Air Sebagai Inhibitor Korosi. Rozanna Sri Irianty dan Komalasari. 1.

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

4 Hasil dan Pembahasan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin

BAB III METODE PENELITIAN

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

4. Hasil dan Pembahasan

SOAL DAN PEMBAHASAN TRY OUT 1 KOMPETISI KIMIA NASIONAL 2017

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

Oleh: Arifta Henda Kurniatullah Dosen Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc Arif Fadlan, M.Si

BAB III METODE PENELITIAN. Secara umum, metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi aspek

Bab III Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Sintesis Cairan Ionik Turunan Imidazolin. Dalam penelitian ini, cairan ionik turunan imidazolin yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. NaOH dalam metanol dengan waktu refluks 1 jam pada suhu 60 C, diperoleh

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

Gambar 1.1. Struktur eugenol.

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

3. Metodologi Penelitian

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungan (Trethewey dan Chamberlain, 1991). Korosi merupakan masalah besar bagi peralatan yang menggunakan material dasar logam seperti mobil, jembatan, mesin kapal dan lain sebagainya (Riegher, 1992). Bahan logam ini mudah mengalami kerusakan dan kehilangan fungsi karena terjadi korosi, dimana terjadinya korosi pada peralatan ini tidak dapat dicegah tetapi lajunya dapat dikurangi (Callister, 1991). Pada kondisi alam, korosi logam kebanyakan disebabkan oleh uap air, lingkungan yang bersifat asam, garam dan suhu lingkungan yang sangat tinggi. Lingkungan dengan kadar garam tinggi seperti air laut akan menyebabkan korosi lebih cepat, karena air yang mengandung garam mempunyai sifat elektrolit, yang akan memberikan suasana yang mendukung terjadinya reaksi oksidasi-reduksi (Sulaiman, 1978). Pencegahan korosi telah banyak dilakukan, antara lain dengan pelapisan (coating), proteksi katiodik mapun anodik, dan dapat juga dicegah dengan cara penambahan inhibitor korosi (Widharto, 2004). Sejauh ini penggunaan inhibitor merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah korosi, hal ini dikarenakan biayanya yang relatif murah dan proses yang lebih sederhana (Hermawan, 2007). Umumnya inhibitor korosi yang digunakan berasal dari senyawa organik dan anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron bebas seperti nitril, kromat, fosfat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawasenyawa amina (Umoren et al, 2011).

Basa Schiff merupakan senyawa organik produk kondensasi dari amina primer dengan senyawa karbonil. Basa Schiff dilaporkan pertama kali oleh seorang bernama Hugo Schiff pada tahun 1986. Basa Schiff tersebut memperlihatkan karakteristik berupa gugus imin (-HC=N-) dalam strukturnya (Cimerman et al, 1997). Beberapa hasil penelitian sebelumnya telah mengkaji bahwa Basa Schiff yakni senyawa yang mengandung gugus RCH=NR sebagai inhibitor korosi diantaranya Basa Schiff hasil kondensasi sinamaldehid dengan 2-aminofenol dan mengujikan Basa Schiff terhadap logam besi dalam media HCl 0,5N dan diperoleh nilai efisiensi inhibitor sebesar 92% (Qasim, 2011).Singh and Quraishi (2012) menguji efisiensi inhibitor korosi Basa Schiff etilendiamin bis-isatin terhadap logam lunak dalam HCl 1N dan diperoleh nilai efisiensi inhibitor sebesar 93%. Menurut (Munir,1985), terdapat perbedaan hasil pada pengggunaan amina primer alifatis dan amina primer aromatis dalam pembuatan Basa Schiff. Basa Schiff yang memiliki cincin aromatis dalam strukturnya memiliki sistem konjugasi yang lebih efektif karena bersifat lebih stabil dibandingkan menggunakan senyawa rantai alifatis. Basa Schiff turunan minyak kedelai sebagai sumber aldehida telah digunakan sebagai inhibitor korosi pada baja lunak dalam media asam HCl 2N dimana minyak kedelai mengandung asam lemak tak jenuh yang kemudian diozonolisis untuk menghasilkan senyawa aldehida turunan minyak kedelai diikuti dengan reaksi kondensasi dengan benzilamina sebagai penyumbang gugus amina primer. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa korosi pada logam dapat dihambat sehingga mencegah pengeroposan logam (Gravier et al,2012).

Peneliti lainnya juga telah memanfaatkan asam lemak tidak jenuh dari minyak nabati sebagai sumber aldehida melalui reaksi ozonolisis yang selanjutnya dikondensasikan dengan amina primer, diantaranya Basa Schiff hasil kondensasi antara aldehida turunan minyak kelapa sawit dengan kitosan sebagai sumber amina primer dimana pengujiannya digunakan sebagai inhibitor korosi terhadap logam seng dalam media HCl 0,5N memberikan nilai efisiensi inhibisi korosi sebesar 76% pada konsentrasi 20.000 ppm (Parry, 2013). Demikian juga Basa Schiff hasil kondensasi anilina dengan aldehida turunan minyak kemiri dimana pengujian digunakan sebagai inhibitor korosi terhadap logam seng dalam media H 2 SO 4 0,1N memberikan nilai efisiensi inhibisi korosi sebesar 69,57% pada konsentrasi 5.000 ppm (Ginting, 2013). Penelitian lainnya yaitu Basa Schiff hasil kondensasi aldehida turunan minyak jarak dengan etilendiamin sebagai sumber amina primer dimana pengujian digunakan sebagai inhibitor korosi terhadap logam seng dalam media HCl 0,1N memberikan nilai efisiensi inhibisi korosi sebesar 77,37% pada konsentrasi 7.000 ppm (Sinulingga, 2013). Pengujian Basa Schiff biasanya dilakukan pada logam seng. Lempeng seng digunakan karena logam seng adalah suatu logam aktif dengan banyak aplikasi industri dan sebagian besar digunakan untuk perlindungan korosi terhadap baja (Shah et al, 2011). Komponen logam yang terdapat pada seng yaitu terdiri dari 45% Zn dan 55% logam Al. Lempeng seng bersifat melapisi material baja untuk memberikan ketahanan yang lebih baik terhadap korosi, namun ketika berada pada udara yang lembab, seng cepat berkarat dengan membentuk suatu produk korosi yang dikenal sebagai karat putih. Hal serupa juga terjadi pada pembersihan seng dengan menggunakan larutan asam menyebabkan seng lebih mudah berkarat. Oleh karena itu proteksi terhadap logam seng bersifat sangat penting (Eddy et al, 2010).

Dari uraian yang dikemukaan diatas peneliti tertarik untuk mensintesis Basa Schiff dengan memanfaatkan asam lemak tak jenuh yaitu asam oleat campuran dimana asam oleat campuran diesterkan terlebih dahulu membentuk metil oleat campuran. Metil oleat campuran kemudian diozonolisis dan diikuti reaksi kondensasi dengan membandingkan dua jenis senyawa sumber amina yaitu etilendiamin dan anilina diikuti uji efisiensi Basa Schiff yang diperoleh sebagai inhibitor korosi terhadap logam seng dalam media HCl 0,1N. 1.2.Permasalahan 1. Apakah Basa Schiff dapat disintesis melalui kondensasi anilina dan etilendiamin dengan senyawa aldehida yang diperoleh dari hasil ozonolisis metil oleat campuran. 2. Bagaimanakah nilai efisiensi inhibitor korosi kedua jenis Basa Schiff yang dihasilkan sebagai inhibitor korosi terhadap logam seng dibandingkan dengan bahan baku sintesa yaitu: a. asam oleat campuran b. metil oleat campuran c. campuran aldehida turunan metil oleat d. etilendiamin dan e. anilina. dan pemilihan Basa Schiff yang paling efisien digunakan sebagai inhibitor pada logam seng. 1.3. Pembatasan Masalah 1. Sampel yang digunakan adalah asam oleat campuran. 2. Sumber amina primer yang digunakan adalah etilendiamin dan anilina.

3. Material yang digunakan adalah plat seng yang dibeli dipasaran dan dibentuk dengan ukuran 5 x 1,5 cm. 4. Inhibitor korosi yang digunakan diaplikasikan pada larutan HCl 0,1 N. 5. Metode penentuan effisiensi inhibitor yang digunakan adalah metode kehilangan berat. 6. Konsentrasi inhibisi korosi yang digunakan dengan beda penambahan masing-masing yaitu 0 ppm, 1000 ppm, 3000 ppm, 5000 ppm, 7000 ppm. 7. Waktu perendaman yang digunakan adalah 24 jam, 48 jam, 72 jam, 96 jam, 120 jam pada temperatur ruangan. 1.4. Tujuan Penelitian 1. Untuk mensintesis Basa Schiff campuran yang diperoleh melalui ozonolisis metil oleat campuran yang diikuti kondensasi dengan etilendiamin dan anilina. 2. Untuk mengetahui Basa Schiff campuran yang dihasilkan berpotensi sebagai efisiensi inhibitor korosi terhadap logam seng dibandingkan dengan asam oleat campuran, metil oleat campuran, campuran aldehida turunan metil oleat, etilendiamin dan anilina dan pemilihan Basa Schiff yang paling efisien digunakan sebagai inhibitor pada logam seng. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai cara mensintesis Basa Schiff melalui ozonolisis metil oleat campuran yang diikuti kondensasi dengan anilina dan etilendiamin serta memberikan informasi tentang potensi Basa Schiff sebagai efisiensi inhibitor korosi terhadap logam seng.

1.6. Lokasi Penelitian Penelitian untuk pembuatan metil oleat campuran, ozonolisis metil oleat campuran, pembuatan Basa Schiff dan penimbangan berat spesimen seng dilakukan di Laboratorium Kimia Organik FMIPA USU Medan, analisis Kromatografi Gas dan uji bilangan iodin dilakukan di salah satu Laboratorium perusahaan swasta di Medan, analisa Spektroskopi FT-IR dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM Yogyakarta. 1.7. Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen laboratorium. Asam oleat campuran diesterifikasi dengan metanol absolut membentuk metil oleat campuran. Metil oleat campuran kemudian diozonolisis dengan menggunakan ozonisator selama 20 jam dimana hasil reaksi direduksi dengan serbuk Zn dan asam asetat encer dan diaduk hingga merata. Campuran disaring untuk memisahkan endapan Zn(CH 3 COO) 2, selanjutnya dicuci dengan aquadest dan didestilasi vakum untuk memisahkan sisa asam asetat dan air. Aldehida dari metil oleat campuran kemudian dipisahkan menjadi dua bagian. Bagian pertama direaksikan dengan etilendiamin dengan cara direfluks selama 4 jam pada suhu 115-120⁰C dalam pelarut toluena. Hasilnya kemudian didestilasi vakum untuk menguapkan sisa etilendiamin dan pelarut toluena sehingga diperoleh Basa Schiff I. Bagian kedua direaksikan dengan anilina dengan cara direfluks selama 4 jam pada suhu 115-120⁰C dalam pelarut toluena. Hasilnya kemudian didestilasi vakum untuk menguapkan sisa anilina dan pelarut toluena sehingga diperoleh Basa Schiff II. Kedua Basa Schiff tersebut kemudian diuji efisiensi inhibitor korosinya terhadap logam seng dalam media HCl 0,1 N.

Adapun variabel-variabel untuk penentuan effisiensi inhibitor korosi dalam penelitian ini adalah 1. Variabel terikat a. Kehilangan berat seng akibat korosi. 2. Variabel tetap a. Volume campuran (50 ml) b. Temperatur (temperatur ruangan) c. Berat seng tanpa inhibitor (HCl 0,1 N) 3. Variabel bebas a. Konsentrasi inhibitor (1000 ppm, 3000 ppm, 5000 ppm, 7000 ppm) b. Waktu perendaman (24,48,72,96,120 jam).