III. METODE PENELITIAN. Labu Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian ini

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa

BAB III METODE PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

SKRIPSI. Oleh : RIZKY RIDHANI RANGKUTI SEP / AGRIBISNIS

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

METODOLOGI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bahasa tersendiri yang membedakannya dengan suku lain. Bahasa

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Usaha sapi perah di Indonesia sebagian besar didominasi oleh peternakan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

KONDISI UMUM BANJARMASIN

Sekapur Sirih. Lubuk Pakam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik. Ir. Hulman Siagian, MM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pelelawan dengan luas daerah km2, yang terdiri dri 6 RW dan 27 RT,

III. METODE PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA. Hendrik 1) ABSTRAK

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR, BAGAN DAN PETA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu sample ditentukan secara sengaja didasarkan atas ciri atau sifat tertentu, yakni di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian ini merupakan salah satu sentra industri pengolahan ikan asin di kabupaten Deli Serdang dengan jumlah unit pengolahan ikan asin sebanyak 9 unit. 3.2. Metode Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha yang mengolah ikan asin di Kecamatan Pantai Labu dengan jumlah sebanyak 9 pengusaha. Penarikan sampel dilakukan secara sensus atau keseluruhan. Metode sensus dikenal juga sebagai metode pencacahan lengkap, yakni semua individu yang ada didalam populasi diselidiki atau diwawancarai sebagai responden, (Wirartha, I.M., 2006) 3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dengan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Sumatera Utara dan instansi atau lembaga yang terkait lainnya.

3.4. Metode Analisis Data Untuk masalah 1, mengenai biaya dan penerimaan dalam industri pengolahan dihitung dengan rumus : - Total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. TC = FC + VC Keterangan : TC FC VC = Total Cost /Total biaya (Rp) = Fixed Cost /Biaya tetap (Rp) = Variable Cost /Biaya variable (Rp) - Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Keterangan : TR = Py.Y TR Py Y = Total penerimaan (Rp) = Harga produksi (Rp/Kg) = Jumlah produksi (Kg) Untuk maasalah 2 atau hipotesis 1, mengenai besar pendapatan dihitung dengan rumus : Pd = TR TC Keterangan : Pd TR TC = Pendapatan / Keuntungan (Rp) = Total Penerimaan (Rp) = Total Biaya (Rp) (Soekartawi, 2006)

Untuk masalah 3 atau hipotesis 2, mengenai nilai tambah pada industri pengolahan ikan dihitung dengan menggunakan rumus : NT = NP (NBB + NBP) Keterangan : NT NP = Nilai Tambah (Rp/Kg) = Nilai produk hasil olahan (Rp/Kg) NBB = Nilai bahan baku (Rp/Kg) NBP = Nilai bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi (Rp/Kg) (Suryana, 1990) Dengan kaidah apabila diperoleh : - Nilai tambah > 50 % maka nilai tambah dikatakan besar. - Nilai tambah < 50 % maka nilai tambah dikatakan kecil. Untuk hipotesis 4, yaitu mengenai kesempatan kerja yang ada pada industri pengolahan ikan asin dianalisis secara deskriptif. Dengan mengamati seberapa banyak tenaga kerja tambahan yang digunakan pada industri pengolahan ikan asin pada saat hasil ikan meningkat. 3.5. Definisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka peneliti membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : Defenisi 1. Pengolahan ikan laut adalah proses pembuatan ikan segar menjadi produk baru seperti ikan asin.

2. Produksi ikan asin adalah produk hasil olahan dari ikan segar menjadi ikan asin yang dihitung dalam ukuran Kg dan jumlah ikan asin yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi. 3. Biaya Produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan pengolahan ikan seperti biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan yang dikeluarkan pengusaha sampai produk siap untuk dipasarkan. 4. Bahan baku adalah ikan laut segar ataupun yang kurang segar yang didapat dari nelayan atau pasar ikan. 5. Biaya pengolahan adalah biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk mengadakan proses pengolahan mulai dari pembelian bahan baku dan bahan penunjang, upah tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya sampai menghasilkan produk baru yang siap dipasarkan. 6. Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh pengusaha setelah dikurangi total biaya. 7. Penerimaan adalah sejumlah nilai yang diperoleh pengusaha ikan asin dari hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. 8. Kesempatan Kerja adalah peluang untuk bekerja pada lapangan kerja yang tercipta akibat kegiatan produksi pengolahan ikan asin. 9. Nilai Tambah adalah nilai produk akhir (olahan) dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan penunjang yang digunakan dalam proses produksi.

Batasan Operasional 1. Daerah penelitian adalah kecamatan Pantai Labu kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara 2. Sampel dalam penelitian ini adalah pengusaha ikan asin. 3. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2009.

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Luas Dan Topografi Kecamatan Kecamatan Pantai Labu merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Deli Serdang, dengan luas wilayah sekitar 83.63 km 2 (8.352 Ha) yang terdiri dari 19 desa dan 76 dusun dengan ibukota di Desa Kelambir. Keadaan alam kecamatan Pantai Labu adalah daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-8 meter diatas permukaan laut yang berbatasan denganb Selat Malaka. Daerah kecamatan Pantai Labu beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan suhu berkisar antara 23 0 C 34 0 C. Kedua musim ini sangat dipengaruhi oleh arah angin laut yang membawa hujan dan angin gunung yang membawa panas dan lembab. Curah hujan di wilayah kecamatan Pantai Labu yang paling menonjol adalah pada bulan maret, april, september hingga desember. Sedangkan musim kemarau paling menonjol yaitu pada bulan januari, februari, mei hingga agustus. Wilayah Pantai Labu berbatasan dengan : Sebelah Utara berbatasan dengan Sebelah Timur berbatasan dengan : Selat Malaka : Kecamatan Pantai Cermin Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Beringin Sebelah Barat berbatasan dengan : Kec. Batang Kuis dan Percut Sei Tuan

4.1.2. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk di kecamatan Pantai Labu adalah sebanyak 37.786 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 19. 166 jiwa dan perempuan sebanyak 18.620 jiwa yang mendiami 8.196 rumah tangga. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Dewasa dan Anak-anak di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2007 No Desa Dewasa Anak-anak Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita Jumlah 1 Sungai Tuan 288 293 105 126 812 2 Tengah 228 225 143 114 710 3 Kelambir 626 603 265 252 1.746 4 Durian 1.506 1.456 411 447 3.911 5 Kubah Sentang 339 326 151 156 972 6 Perk. Ramunia 631 661 343 293 1.929 7 Ramunia Dua 847 873 258 277 2.281 8 Ramunia Satu 319 294 141 144 898 9 Denai Sarang Burung 804 754 394 400 2.351 10 Denai Lama 821 654 390 426 2.291 11 Binjai Bakung 536 548 282 268 1.634 12 Denai Kuala 689 670 273 181 1.814 13 Paluh Sibaji 1.105 1.040 530 503 3.177 14 Pantai Labu Baru 198 221 96 93 607 15 Pantai Labu Pekan 1.374 1.284 372 517 3.547 16 Regemuk 779 784 417 321 2.301 17 Pematang Biara 1.235 1.194 350 408 3.187 18 Rantau Panjang 931 916 292 270 2.409 19 Bagan Serdang 368 371 215 256 1.209 Jumlah 13.740 13.166 5.426 5.454 37.786 Sumber : Kantor Kecamatan Pantai Labu, 2007 Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah orang dewasa untuk jenis kelamin laki-laki di daerah penelitian sebanyak 13.740 jiwa, dimana jumlah laki-laki untuk orang dewasa lebih besar dari jumlah wanita dewasa sementara itu jumlah anakanak laki-laki lebih sedikit dibandingkan jumlah anak-anak wanita. Dari tabel juga dapat diperhatikan bahwa jumlah anak-anak di kecamatan Pantai Labu sebanyak 10.880 jiwa atau 28,8 % dari jumlah penduduk yanhg ada di Pantai Labu sedangkan jumlah orang dewasa sebanyak 26.906 jiwa atau 71,2 % dari jumlah seluruh penduduk.

Sebagian besar (± 38,37 %) suku yang ada di kecamatan Pantai Labu adalah suku melayu. Suku-suku lain adalah Jawa, Batak, Cina dan Lainnya. Distribusi penduduk Pantai Labu menurut suku bangsa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Pantai Labu Tahun 2007 No Suku Bangsa Jumlah 1 Melayu 14.500 2 Jawa 14.233 3 Tapanuli/Toba 3.792 4 Mandailing 514 5 Simalungun 385 6 Cina 358 7 Karo 322 8 Minang 156 9 Aceh 134 10 Nias 45 11 Lainnya 3.347 Jumlah 37.786 Sumber : Kantor Kecamatan Pantai Labu, 2007 Seperti wilayah pesisir lainnya di Indonesia, mata pencarian utama penduduk di wilayah kecatan Pantai Labu adalah sektor pertanian, sub sektor perikanan laut (nelayan). Profesi nelayan mencapai 51% dari seluruh komposisi mata pencaharian penduduk kecamatan Pantai Labu. Komposisi mata pencaharian tersebut adalah: a. Nelayan b. Pertanian Tanaman Pangan c. Peternakan d. Pedagang e. Karyawan/pegawai negri/aparat Keamanan

4.2. Karakteristik Pengusaha Pengolah Sampel Yang termasuk karakteristik pengusaha pengolah sampel adalah umur nelayan, lama berusaha, jumlah tenaga kerja, produksi dan frekuensi olah. Karakteristik pengusaha dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Karakteristik Pengolah Ikan asin di Kecamatan Pantai Labu No Uraian Rata - rata Range 1 Umur (Tahun) 48 35 61 2 Lama Berusaha (Tahun) 15,5 1 40 3 Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 3 2 4 4 Produksi (Kg) 29.944,4 17.000 39.000 5 Frekuensi Olah (Hari) 27 20 30 Sumber : Data Primer (lampiran 1) Dari tabel di atas dilihat bahwa rata rata umur sampel adalah 48 tahun dengan rentang 35 61 tahun, rata-rata lama berusaha adalah 15,5 tahun dengan rentang 1 40 tahun, rata jumlah tenaga kerja adalah 3 orang dengan rentang 2 4 orang, rata rata produksi adalah 29.944,4 kg dengan rentang antara 17.000 39.000 kg dan rata rata krekuensi olah adalah 27 hari dengan rentang antara 20 30 hari.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan ikan segar di kecamatan Pantai Labu terdiri dari 4 tahap yaitu pembersihan, penggaraman, pencucian serta penjemuran ikan. Berikut ini skema proses pengolahan ikan asin : Ikan dipisahkan berdasarkan : - Jenis (Kassai, Gulama, Belana) - Ukuran Ikan disiangi dengan membersihkan : - Sisik - Insang - Isi Perut Ikan digarami Ikan dicuci dan dijemur hingga kering Ikan siap dijual Gambar 2. Skema Proses Pengolahan Ikan Asin

Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri perikanan dalam mengatasi kelebihan produk dari ikan segar. Penanganan ikan segar dilakukan dengan cara pengawetan melalui proses penggaraman. Adapun tujuan utama dari pengolahan ikan segar menjadi ikan asin untuk memperpanjang daya tahan, meningkatkan mutu, dan meningkatkan harga jual. Metode penggaraman yang dipakai terbagi 2 bagian yaitu metode penggaraman kering (dry salting) dan penggaraman basah (wet salting). Umumnya yang digunakan pengusaha di daerah penelitian adalah penggaraman kering. Penggaraman kering yang dimaksud dengan melakukan proses penggaraman ataupun penaburan garam di dalam bak dengan sejumlah garam sesuai dengan berat ikan yang akan diproses, dengan kisaran 10%-15% dari total berat ikan yakni untuk 100 kg ikan segar, digunakan garam sebanyak 10 kg-15 kg. Jenis ikan yang diolah menjadi ikan asin di daerah penelitian adalah ikan kassai, ikan gulama, dan ikan belana. Ikan yang diolah disusun di lapisan garam hingga seluruh permukaan tertutup garam hingga lapisan ikan dan garam tersebut mencapai permukaan bak. Kemudian bak ditutup dengan penutup bak dan lama proses penggaraman dapat berlangsung selama 3 malam. Selesainya proses penggaraman ditandai dengan perubahan tekstur, yaitu komposisi daging ikan telah menjadi kencang dan padat. Selanjutnya ikan dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan kemungkinan terdapatnya kotoran yang berasal dari garam. Kemudian ikan ditiriskan hingga benar-benar kering dan selanjutnya dilakukan penjemuran hingga kering. Berat ikan asin berkurang berkisar 39,90%, yaitu dari 100 kg ikan segar menghasilkan ikan asin sebanyak 60,1 kg.

5.1. Biaya dan penerimaan dalam industri pengolahan Biaya Biaya yang digunakan dalam usaha pengolahan ikan terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, biaya tenaga kerja, biaya peralatan, biaya pajak/ iuran dan biaya penyusutan. Total biaya diperoleh dari perkalian biaya tetap dan biaya variabel. Dimana biaya tetap terdiri dari biaya peralatan, biaya penyusutan, biaya tenaga kerja dan biaya pajak/iuran lahan pengolahan ikan asin sedangkan biaya variabel diperoleh dari penjumlahan biaya bahan baku, dan biaya bahan penunjang. berikut : Total Biaya produksi pengolahan ikan asin dapat dilihat pada tabel 6 Tabel 6. Total Biaya Produksi Pengolahan Ikan Asin di Kecamatan Pantai Labu Biaya (Rp) Biaya BB (Rp) Biaya BP (Rp) Biaya Peralatan (Rp) Biaya Penyusut an (Rp) Biaya TK (Rp) Biaya Pajak (Rp) Total Biaya (Rp) Total 340.653.000 25.912.600 83.881.500 535.652,8 42.557.400 31.665.250,05 525.205.402,8 Rataan 37.850.333,3 2.879.177,7 9.320.166,7 59.516,9 4.728.600 3.518.361,2 58.356.115,9 Sumber : Data Primer (lampiran 9) Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa total biaya pengolahan ikan asin adalah Rp. 525.205.402,8 dengan rataan sebesar Rp. 58.356.115,9 dengan total biaya bahan baku sebesar Rp. 340.653.000 dan nilai rataan adalah Rp. 37.850.333,3 total biaya bahan penunjang sebesar Rp. 25.912.600 dan nilai rataan bahan penunjang adalah Rp. 2.879.177,7. Total biaya peralatan sebesar Rp. 83.881.500 dengan nilai rataan sebesar Rp. 9.320.166,7 Total biaya penyusutan sebesar Rp. 535.652,8 dan nilai rataan sebesar Rp. 59.516,9. Total biaya tenaga

kerja sebesar Rp. 42.557.400 dengan nilai rataan sebesar Rp. 4.728.600 dan total biaya pajak sebesar Rp. 31.665.250,05 dengan nilai rataan sebesar Rp. 3.518.361,2. Penerimaan Penerimaan usaha pengolahan adalah nilai produksi fisik dari usaha pengolahan dan penerimaan dipengaruhi oleh harga jual dari produk olahan tersebut. Penerimaan diperoleh dari perkalian jumlah volume produk setelah diolah dengan harga jual ikan asin. Dimana volume produk setelah diolah mengalami penurunan berkisar 39,90% dari volume produk sebelum diolah. Artinya, dari 100 kg ikan segar, menghasilkan ikan asin sebanyak 60,1 kg. Penerimaan, volume produk setelah diolah dan harga jual hasil olahan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Penerimaan, Volume Produk Olahan dan Harga Jual di Kecamatan Pantai Labu Volume Produk Olahan (Kg) Harga Jual (Rp/Kg) Penerimaan (Rp) Total 65.800 79.300 580.505.000 Rataan 7.311,1 8.811,1 64.500.555,6 Sumber : Data Primer (lampiran 10) Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa total volume produk olahan sebesar Rp. 65.800 dengan nilai rataan sebesar Rp. 7.311,1 kg, dengan total harga jual sebesar Rp. 79.300 dengan nilai rataan sebesar Rp. 8.811,1 per kg dan total

penerimaan sebesar Rp. 580.505.000 dengan nilai rataan yang diperoleh sebesar Rp. 64.500.555,6. 5.2. Pendapatan Pendapatan diperoleh dari penerimaan pengolah ikan asin dari hasil penjualan ikan asin setelah dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Total biaya produksi rata-rata dalam pengolahan ikan asin terdiri dari biaya rata-rata pembelian ikan segar, biaya pembelian garam, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan peralatan. Penerimaan dihitung dari jumlah produksi olahan dikali dengan harga jual, setelah itu baru diketahui berapa jumlah pendapatan usaha pengolahan. Apabila penerimaan lebih besar dari total biaya produksi maka dikatakan usaha memperoleh pendapatan. Sebaliknya apabila total biaya lebih besar dibandingkan penerimaan maka usaha pengolahan mengalami kerugian. Pendapatan, penerimaan dan biaya produksi yang dikeluarkan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 8. Pendapatan, Penerimaan dan Biaya Produksi di Kecamatan Pantai Labu Penerimaan (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan (Rp) Total 580.505.000 525.205.402,8 55.299.597,2 Rataan 64.500.555,6 58.356.155,9 6.144.399,7 Sumber : Data Primer (lampiran 10)

Dari Tabel 8 dapat dilihat total penerimaan pada usaha pengolahan ikan asin sebesar Rp. 580.505.000 dengan nilai rataan sebesar Rp. 64.500.555,6 dan total biaya produksi sebesar Rp. 525.205.402,8 dengan nilai rataan sebesar Rp. 58.356.155,9. Sehingga diperoleh total pendapatan sebesar Rp. 55.299.597,2 dengan nilai rataan sebesar Rp. 6.144.399,7 per pengusaha, dimana nilai UMR ( Upah Minimum Regional ) Deli Serdang sebesar Rp. 895.000. Jadi, pendapatan yang diperoleh setiap pengusaha besar karena pendapatan yang diperoleh diatas nilai UMR. 5.3. Nilai Tambah Pengertian nilai tambah untuk pengolahan ini yaitu nilai produk olahan dikurangi dengan total nilai bahan baku dan bahan penunjang. Dimana nilai bahan baku diperoleh dari perkalian antara banyaknya bahan baku dikali dengan harga beli bahan baku, sedangkan untuk nilai bahan penunjang diperoleh dari hasil perkalian antara banyaknya bahan penunjang yang digunakan dikali dengan harga bahan penunjang. Nilai tambah yang diperoleh dalam usaha pengolahan ikan asin dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Nilai Tambah Pengolahan Ikan Asin di Kecamatan Pantai Labu Nilai Produk Nilai Bahan Nilai Bahan Nilai Tambah Olahan (Rp) Baku (Rp) Penunjang (Rp) (Rp) Total 580.505.000 340.653.000 25.912.600 213.939.400 Rataan 64.500.555,6 37.850.333,3 2.879.177,7 23.771.044,5 Sumber : Data Primer (lampiran 11)

Dari Tabel 9 diperoleh total nilai tambah sebesar Rp. 213.939.400 dengan nilai rataan sebesar Rp. 23.771.044,5 dengan total nilai produk olahan sebesar Rp. 580.505.000 dengan nilai rataan sebesar Rp. 64.500.555,6 dan total nilai bahan baku sebesar Rp. 340.653.000 dengan nilai rataan sebesar Rp. 37.850.333,3 serta total nilai bahan penunjang sebesar Rp. 25.912.600 dengan nilai rataan sebesar Rp. 2.879.177,7. Nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp. 213.939.400 dengan nilai produk olahan sebesar Rp. 580.505.000 sehingga diperoleh perbandingannya sebesar 36,8 %, maka nilai tambah yang diperoleh < 50 % dinyatakan kecil. 5.4. Kesempatan Kerja Tenaga kerja yang digunakan pada usaha pengolahan ikan asin adalah tenaga kerja luar keluarga dan tidak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, karena keluarga pengusaha tidak ikut serta dalam usaha tersebut. Hal ini terjadi karena berbagai sebab di antaranya tenaga potensial keluarga yang tersedia rata rata masih dalam usia sekolah sehingga tidak punya banyak waktu dalam menjalani usaha tersebut. Menurut Tjakrawiralaksana (1983), tenaga kerja mempunyai hubungan dengan pendapatan karena unsur ini merupakan penggerak semua kegiatan dalam usaha tani. Oleh karena itu semakin sedikit penggunaan tenaga kerja akan mengurangi penggunaan biaya upah untuk tenaga kerja dan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan.

Banyaknya kesempatan kerja yang tercipta sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi dan penggunaan mekanisasi dalam usaha tersebut. Angka jumlah tenaga kerja variabel digunakan merupakan jumlah tenaga kerja variabel rata rata/hari. Kesempatan kerja yang dapat dihasilkan pada suatu usaha pembuatan ikan asin sangat dipengaruhi oleh jumlah bahan baku yang ada, oleh karena itu jika bahan baku sulit didapatkan maka tenaga kerja tambahan tidak dapat bekerja. Adapun kesempatan kerja yang dapat dihasilkan dari industri pengolahan ikan asin yang diteliti adalah sebagai berikut : Tabel 10. Kesempatan Kerja Pengolahan Ikan Asin di Kecamatan Pantai Labu Tenaga Kerja Tetap (Orang) Tenaga Kerja Tambahan (Orang) Total Tenaga Kerja (Orang) Total 28 19 47 Rataan 3,1 2,1 5,2 Sumber : Data Primer (lampiran 12) Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa total kesempatan kerja pengolahan ikan asin sebanyak 47 orang dengan rataan tenaga kerja yang dihasilkan dari industri pengolahan ikan asin di daerah penelitian adalah sebanyak 5,2 orang. Dimana tenaga kerja tambahan sekitar 3 orang dan paling sedikit 1 orang. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapatnya kesempatan kerja akibat adanya kegiatan pengolahan dapat diterima.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Total biaya yang diperoleh pada industri pengolahan ikan asin di daerah penelitian adalah sebesar Rp. Rp. 525.205.402,8 dengan rataan total biaya produksi pada industri pengolahan ikan asin adalah sebesar Rp. 58.356.115,9 dan total penerimaan yang diterima pada industri pengolahan ikan asin sebesar Rp. 580.505.000 dengan rataan total penerimaan industri pengolahan ikan asin sebesar Rp. 64.500.555,6. 2. Pada industri pengolahan ikan asin diperoleh total pendapatan sebesar Rp. 55.299.597,2 dan rataan pendapatan yang diperoleh dari industri pengolahan ikan asin di daerah penelitian diatas nilai UMR Deli Serdang yakni sebesar Rp. 6.144.399,7. 3. Total nilai tambah yang diperoleh pada industri pengolahan ikan asin adalah sebesar Rp. 213.939.400 dan rataan nilai tambah yang diperoleh dari industri pengolahan ikan asin di daerah penelitian sebesar Rp. 23.771.044,5. 4. Kesempatan kerja yang tercipta pada industri pengolahan ikan asin di daerah penelitian cukup berarti bagi masyarakat sekitarnya, karena akan ada tenaga kerja tambahan yang dibutuhkan jika bahan baku yang akan diolah banyak/melimpah.

6.2. Saran Kepada Pengusaha Pengolah Ikan Asin 1. Agar pengusaha lebih meningkatkan usaha pengolahan ikan asin karena memberikan pendapatan yang lebih besar. 2. Untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih besar, pengusaha sebaiknya menambah bahan baku yang akan diolah agar memperoleh pendapatan yang lebih besar. 3. Pemasaran hasil produksi dari pengusaha pengolahan ikan asin masih cenderung berdiri sendiri-sendiri. Untuk dapat memaksimalkan harga jual maka perlu dibentuk wadah organisasi produsen di daerah penelitian yang berbentuk koperasi, dimana koperasi tersebut bertugas untuk menyediakan bahan baku dengan harga termurah, mencari pasar-pasar baru yang paling potensial dan menjadi pusat informasi dan teknologi bagi pengusaha pengolahan ikan asin. 4. Pengolahan ikan laut selain menjadi ikan asin sebaiknya dibuat menjadi produk pangan ikan laut olahan lain yang bernilai jual tinggi seperti ikan kaleng siap konsumsi, ataupun abon ikan yang berkualitas tinggi dan produk olahan ikan laut lainnya yang tahan lama dan sesuai dengan selera masayarakat. Kepada Pemerintah 1. Mensosialisasikan norma dan standar mutu produk olahan ikan kepada pengusaha, agar mutu hasil olahan ikan dapat lebih maksimal.

2. Pemerintah perlu memfasilitasi pembentukan aosiasi atau kelompok usaha bersama antar pengusaha agar posisi tawar pengusaha lebih kuat dalam menentukan harga jual. 3. Pemerintah perlu memfasilitasi penyediaan informasi pasar sehingga pengusaha dapat memperoleh informasi pasar lebih terbuka dan cepat. Kepada Peneliti Perlu dilakukan penelitian tentang produk olahan ikan lebih lanjut, sehingga produk olahan ikan lebih bervariasi dan dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar.