BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penetapan Daerah Penelitian Penetapan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling), purposive maksudnya dalam hal ini pengambilan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan tertentu (Sudjana, 2005). Penelitian dilakukan di Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga. Alasan memilih daerah penelitian ini karena merupakan salah satu sentra produksi dan pemasaran ikan asin terbesar di Kota Sibolga dengan jumlah produsen ikan asin terbanyak. Tabel 3.1 Jumlah Produsen Ikan Asin di Kota Sibolga per Kecamatan No. Kecamatan Kelurahan Jumlah Produsen 1. Sibolga Kota Pasar Belakang Sibolga Sambas Pancuran Bambu 2 3. Sibolga Selatan Aek Habil 5 Sumber: Data Primer, Metode Penetapan Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah produsen ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga. Berdasarkan hasil penelitian dalam penetapan subjek penelitian, peneliti menggunakan metode sensus yaitu seluruh produsen ikan asin dijadikan responden dalam penelitian, karena jumlah populasi hanya sedikit. Seluruh populasi yang ada di daerah penelitian dijadikan subjek penelitian. Jumlah populasi sebagai responden dalam penelitian ini adalah 15 produsen ikan asin. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan produsen ikan asin yang 18

2 19 berpedoman pada daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah dan literatur yang mendukung penelitian ini. 3.4 Metode Analisis Data Untuk membuktikan hipotesis 1, terdapat proses produksi yang sederhana dengan menggunakan tenaga kerja dan biaya produksi ikan asin, digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara produsen ikan asin didaerah penelitian. Untuk membuktikan hipotesis 2, terdapat pendapatan bersih produsen ikan asin di daerah penelitian lebih tinggi dari Upah Minimum Regional Kota Sibolga digunakan analisis pendapatan. Menurut Soekartawi (2003), pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, yaitu dengan rumus: I = TR TC dimana, I (Income) = Pendapatan (Rp) TR (Total Revenue) = Total penerimaan (Rp) TC (Total Cost) = Total biaya (Rp) Menurut Suratiyah (2009), penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: TR = P x Q dimana, TR (Total Revenue) = Penerimaan total (Rp) P (Price) = Harga (Rp) Q (Quantity) = Jumlah Produksi (Kg)

3 20 Kriteria pengujian: Jika I > UMK Sibolga maka pendapatan produsen ikan asin tinggi Jika I < UMK Sibolga maka pendapatan produsen ikan asin rendah Untuk membuktikan hipotesis 3, ada viabilitas finansial usaha produsen ikan asin di daerah penelitian, digunakan analisis viabilitas finansial. Ainsworth dan Danies (2010) menggunakan persamaan berikut: I I K K + + C C dimana, I (Income) = Pendapatan (Rp) K (Capital) = Modal (Rp) C (Consumption) = Konsumsi (Rp) Kriteria pengujian: I K + C maka usaha produsen ikan asin viabel I< K + C maka usaha produsen ikan asin tidak viabel Apabila pendapatan (income) lebih besar atau sama dengan modal (kapital) dan biaya konsumsi (comsumption) maka dikatakan viabel. Apabila pendapatan lebih kecil dari modal (kapital) dan biaya konsumsi (comsumption) maka dikatakan tidak viabel.

4 Definisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut: Definisi 1. Produsen ikan asin adalah orang yang melakukan kegiatan mengolah dan memproduksi ikan menjadi barang yang lebih tinggi nilainya seperti ikan asin dengan maksud untuk dijual. 2. Usaha ikan asin adalah usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah dan memproduksi ikan asin untuk dijual, dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan yang paling banyak 19 orang termasuk pengusaha. 3. Proses produksi ikan asin merupakan suatu kegiatan yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang ada untuk menghasilkan produk ikan asin. 4. Biaya produksi adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi dihitung dalam satuan Rp/kg. 5. Output adalah jumlah akhir yang dihasilkan dari proses produksi. 6. Penerimaan adalah jumlah yang diperoleh dari penjualan output dihitung dalam satuan Rp/kg. 7. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi di hitung dalam satuan Rp/kg. 8. Konsumsi adalah suatu kegiatan mengurangi atau menghabiskan nilai guna barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan, baik secara berangsur-angsur maupun sekaligus. 9. Viabilitas finansial adalah kemampuan penyedia keuangan mikro untuk menutupi seluruh biaya yang diperlukan.

5 Batasan Operasional 1. Penelitian dilakukan di Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga, Provinsi Sumatera Utara. 2. Subjek penelitian adalah seluruh produsen ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga. 3. Waktu penelitian tahun 2017.

6 BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga dan yang menjadi daerah penelitian adalah Kelurahan Pasar Belakang. Berikut deskripsi daerah penelitian: Letak dan Kondisi Geografis Kelurahan Pasar Belakang berada di Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah seluas 1,08 km 2. Jarak kelurahan Pasar Belakang dengan Kecamatan Sibolga Kota adalah 0,6 km. Secara administrasi Kecamatan Sibolga Kota mempunyai batas-batas sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sibolga Utara. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sibolga Sambas. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah. 4. Sebelah Barat berbatasan Dengan Kecamatan Sibolga Utara. Iklim di kelurahan ini dipengaruhi oleh iklim musim yaitu, musim hujan dan musim kemarau dengan suhu udara antara 18 o C-35 o C. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan Agustus hingga Desember setiap tahun dengan curah hujan terbanyak pada bulan September dan Oktober. 23

7 Keadaan Penduduk a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Penduduk di Kelurahan Pasar Belakang berjumlah jiwa dengan KK rumah tangga yang tersebar di setiap lingkungan. Jumlah penduduk Kelurahan Pasar Belakang berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Pasar Belakang Tahun 2016 Jenis Kelamin Penduduk (Jiwa) Jumlah Persentase (%) Laki-Laki Perempuan ,61 48,39 Total ,00 Sumber: Kantor Kelurahan Pasar Belakang, 2017 Dari Tabel 4.1 penduduk di Kelurahan Pasar Belakang pada tahun 2016 berjumlah jiwa. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa (51,61%) dan penduduk perempuan sebanyak jiwa (48,39%). b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia produktif di Kelurahan Pasar Belakang cukup besar. Berikut gambaran jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kelurahan Pasar Belakang: Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Pasar Belakang Tahun 2016 Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) (Tahun) > ,98 41,16 29,75 16,11 Total ,00 Sumber: Kantor Kelurahan Pasar Belakang, 2017

8 25 Tabel 4.2 di atas menjelaskan bahwa kelompok umur yang mempunyai jumlah paling besar adalah kelompok umur tahun yaitu dengan jumlah jiwa (41,16%) dari total jiwa penduduk. Sementara itu, Jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok umur >60 tahun yaitu sebesar 690 jiwa (12,98%). c. Jumlah Penduduk Menurut Agama Jumlah penduduk menurut agama di Kelurahan Pasar Belakang dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Pasar Belakang Tahun 2016 Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Islam Kristen Protestan Katolik Hindu Buddha ,31 2,25 0,85 0 6,59 Total ,00 Sumber: Kantor Kelurahan Pasar Belakang, 2017 Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa penduduk di Kelurahan Pasar Belakang mayoritas beragama islam dengan jumlah jiwa (90,31 %). Beragama Kristen Protestan sebanyak 120 jiwa (2,25 %), Katolik sebanyak 45 jiwa (0,85 %), Hindu sebanyak 0 jiwa (0 %) dan Buddha sebanyak 350 jiwa (6,59 %). d. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan, rata-rata penduduk di Kelurahan Pasar Belakang hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Berikut tabel jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Pasar Belakang:

9 26 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Pasar Belakang Tahun 2016 Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Belum Sekolah TK Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Diploma Sarjana ,87 9,65 4,87 19,28 23,01 28,97 5,59 2,76 Total ,00 Sumber: Kantor Kelurahan Pasar Belakang, 2017 Dari Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk yang paling banyak adalah tamatan SLTA yaitu sebesar Jiwa (28,97 %) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di suatu kelurahan sangat dibutuhkan demi perkembangannya. Untuk mencapai kelurahan ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Di Kelurahan Pasar Belakang, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk penduduk seperti sarana ibadah, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lain-lain telah tersedia. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

10 27 Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana Kelurahan Pasar Belakang Tahun 2016 No Sarana dan Prasarana Jumlah Satuan 1 Pendidikan a. TK b. SD c. SMP d. SMA 2 Kesehatan a. Puskesmas b. Balai Pengobatan/Klinik c. Posyandu d. Apotek/Toko Obat 3 Rumah Ibadah a. Masjid b. Mushola c. Gereja d. Vihara 4 Transportasi a. Jalan Tanah b. Jalan Berbatu c. Jalan Aspal Sumber:Kantor Kelurahan Pasar Belakang, Karakteristik Responden Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Meter Meter Meter Karakteristik responden yang dimaksud adalah mengenai umur, jumlah tanggungan keluarga produsen, pengalaman berusaha dan jumlah produksi ikan asin yang dihasilkan. Adapun jumlah responden yang diperoleh dari data survei yaitu 15 produsen ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang. Berdasarkan hasil wawancara mengenai karakteristik responden di Kelurahan Pasar Belakang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Karakteristik Responden di Kelurahan Pasar Belakang No Uraian Total Rataan Umur (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Lama Berusaha (Tahun) Jumlah Produksi Kering (Kg) Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 1)

11 28 Dari Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata umur produsen ikan asin yaitu 46 tahun, rata-rata banyaknya jumlah tanggungan produsen ikan asin yaitu 4 jiwa, ratarata lama berusaha ikan asin di daerah penelitian yaitu selama 16 tahun, dan jumlah produksi kering ikan asin di daerah penelitian adalah Kg Umur Produsen Ikan Asin Berdasarkan hasil wawancara terhadap produsen ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang diperoleh rata-rata umur produsen adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Tingkat Umur Produsen Ikan Asin Kisaran Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentasi (%) > , ,3 Total ,00 Sumber: Lampiran 1 Dari Tabel 4.7 menunjukkan bahwa produsen ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang yang berumur kisaran dan tahun yaitu sebesar 6 jiwa, umur >60 tahun yaitu sebanyak 2 jiwa sedangkan umur tahun yaitu sebanyak 1 jiwa Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan adalah orang yang berada di dalam keluarga atau rumah tangga yang masih ditanggung oleh kepala keluarga. Dapat diketahui pada Tabel 4.6 bahwa rata-rata jumlah tanggungan yang dimiliki produsen ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang adalah sebanyak 4 jiwa.

12 Pengalaman Berusaha Tingkat pengalaman menggambarkan lamanya produsen ikan asin telah berkecimpung di usaha ikan asin. Berikut tabel lama pengalaman berusaha produsen ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang adalah sebagai berikut: Tabel 4.8 Lama Pengalaman Berusaha Kisaran Pengalaman (Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) Total ,00 Sumber: Lampiran 1 Tabel 4.8 Menunjukkan bahwa rata-rata lama berusaha yang dimiliki produsen ikan asin adalah 1-10 dan tahun yaitu 6 jiwa dan tahun yaitu 3 jiwa Jumlah Produksi Ikan Asin Jumlah produksi menggambarkan banyaknya ikan asin yang dihasilkan dalam proses produksi yang dilakukan. Dapat diketahui pada Tabel 4.6 bahwa jumlah produksi kering ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang adalah Kg yang terdiri dari berbagai jenis ikan.

13 30 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proses dan Biaya Produksi Usaha Ikan Asin Hasil Uji Hipotesis 1. Terdapat proses produksi yang sederhana dengan menggunakan tenaga kerja dan biaya produksi ikan asin di daerah penelitian Proses Produksi Ikan Asin Di daerah penelitian, mayoritas produsen ikan asin masih menggunakan tahapan proses produksi sederhana. Seluruh tahapan proses terangkai dalam satu kegiatan yang berkesinambungan dan membutuhkan waktu selama 1 atau 2 hari (apabila matahari normal). Tahapan paling penting dalam proses pembuatan ikan asin adalah penggaraman, kegiatan ini membutuhkan ketelitian dalam pengukuran bahan baku. Tahap penjemuran merupakan kegiatan yang bersifat depending, artinya kegiatan ini tidak dapat dikontrol produsen, dan sinar matahari merupakan satu-satunya faktor eksternal yang mempengaruhi proses pembuatan ikan asin. Pengolahan ikan basah segar di daerah penelitian membutuhkan proses yang relatif panjang, yang terdiri dari 6 tahapan alur, diantara: 1) Pembelahan, 2) Pencucian pertama, 3) Penggaraman, 4) Pencucian kedua, 5) Penjemuran dan, 6) Pengemasan. 30

14 31 Berikut disajikan alur proses produksi pengolahan ikan basah segar menjadi ikan asin: Pembelahan Pencucian Pertama Penggaraman Pencucian Kedua Penjemuran a. Gambar 5.1 Alur Proses Produksi Ikan Asin Pengemasan a. Pembelahan Ikan Kegiatan pembelahan ikan dalam proses pembuatan ikan asin merupakan kegiatan pertama dan sangat penting. Pembelahan ini dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan tubuh ikan sehingga penggaraman, pencucian dan pengeringan bisa berjalan secara efisien dan efektif. Kegiatan pembelahan ikan ini memerlukan input tenaga kerja yang cukup besar. b. Pencucian Pertama Ikan yang telah dibelah selanjutnya dimasukkan ke dalam keranjang dan dicuci sampai bersih. Mayoritas produsen ikan asin di daerah penelitian melakukan pencucian pertama dengan menggunakan air laut. c. Proses Penggaraman

15 32 Kegiatan penggaraman merupakan kegiatan penambahan garam kepada bahan baku ikan basah segar. Penambahan garam ini dimaksudkan untuk memberikan daya tahan. Dengan kata lain, penggaraman bertujuan untuk mengawetkan daging ikan selama proses penyimpanan sampai ke konsumen akhir. Bahan dasar yang digunakan untuk kegiatan ini adalah berupa garam butiran biasa. Kebutuhan penggunaan garam berbeda-beda sesuai dengan ketebalan daging ikan. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata penggunaan garam dalam satu kali produksi adalah 430 Kg. d. Pencucian Kedua Setelah ikan mengalami proses penggaraman, maka selanjutnya dilakukan pencucian kedua. Pencucian ini tidak seintensif pada pencucian pertama, dimana tujuannya adalah hanya untuk membersihkan bahan baku dari kemungkinan kotoran-kotoran yang ada selama proses penggaraman. e. Penjemuran Penjemuran merupakan kegiatan yang sangat strategis dalam proses pembuatan ikan asin. Melalui penjemuran akan diperoleh ikan asin dengan tingkat kekeringan dengan kadar air mendekati 7%. Tingkat kadar air ini berbeda-beda menurut produsen. Kadar air yang mencapai 7% dimaksudkan agar struktur daging ikan tidak mengalami oksidasi selama proses penyampaian. Kegiatan penjemuran dengan matahari normal membutuhkan waktu 6-7 jam dan jika cuaca buruk maka penjemuran membutuhkan waktu 2-3 hari. f. Pengemasan Pengemasan adalah merupakan kegiatan akhir dari seluruh proses produksi pembuatan ikan asin. Pengemasan adalah merupakan kegiatan memasukkan ikan asin

16 33 yang sudah jadi kedalam goni bersih maupun karton besar guna dipasarkan keluar kota dan ada juga dikemas dalam plastik guna dipasarkan secara langsung atau dijajahkan pada kios-kios kecil penjual ikan asin Biaya Produksi Usaha Ikan Asin Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha ikan asin selama satu bulan. Apabila biaya produksi yang dikeluarkan terlalu besar maka pendapatan yang diperoleh kecil. Begitu juga sebaliknya apabila biaya produksi yang dikeluarkan kecil maka pendapatan yang diperoleh besar. Biaya dalam suatu usaha ikan asin dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Adapun biaya produksi yang ada pada usaha ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga yaitu: Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan produsen ikan asin untuk sarana produksi dan berkali-kali digunakan. Komponen biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha ikan asin terdiri dari biaya penyusutan peralatan dan pajak. Yang rata-rata besar komponen biaya tetap yaitu biaya penyusutan peralatan sebesar Rp ,20/bulan/produsen dan biaya pajak sebesar Rp 3.800/bulan/produsen. a. Biaya Penyusutan Alat Pada Lampiran 22. dapat dilihat total biaya penyusutan alat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebesar Rp /bulan/produsen, yang terdiri dari: pisau yaitu sebesar Rp 2.153/bulan/produsen, ember yaitu sebesar Rp 8.625/bulan/produsen, keranjang sebesar Rp ,30/bulan/produsen, gerobak sorong sebesar Rp ,78/bulan/produsen, tong kayu sebesar

17 34 Rp /bulan/produsen, tong plastik sebesar Rp ,20/bulan/produsen, rinti sebesar Rp /bulan/produsen, plastik sebesar Rp /bulan/produsen, tali sebesar Rp 992/bulan/produsen, dan timbangan sebesar Rp ,90/bulan/produsen. Dimana dalam menghitung penyusutan peralatan didapat rumus sebagai berikut: Keterangan: P = Nilai Penyusutan (Rp) Hb = Harga pembelian alat (Rp) Hs = Harga sisa alat (Rp) Lp = Lama penggunaan/ Umur ekonomis (Tahun) b. Pajak Pajak yang berupa PBB yang rata-rata dikenakan pada usaha ikan asin di daerah penelitian yaitu sebesar Rp 3.800/bulan. Jumlah biaya yang dikenakan tiap tahunnya tergantung seberapa besar luas area yang digunakan dalam mengusahakan ikan asin di daerah penelitian. Hb - Hs P= Lp x Jumlah Barang Biaya Variabel Pada daerah penelitian biaya variabel yang dikeluarkan adalah biaya garam, biaya ikan basah segar dan biaya tenaga kerja. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan secara berulang. a. Biaya Garam Garam (NaCl) merupakan senyawa ionik sebagai bahan pendukung utama pada pembuatan ikan asin. Sistem penggaraman yang dilakukan di daerah penelitian yaitu

18 35 dengan cara menyusun ikan yang telah dibelah di dalam tong kayu atau tong plastik, selanjutnya pada susunan ikan pertama ditaburi garam dan diberikan air lalu ditekan dengan batu besar, begitu selanjutnya. Dari hasil penelitian biaya garam yang dikeluarkan produsen ikan asin yaitu Rp /sak, dimana 1 sak tersebut berisi 50 Kg garam. Semua produsen ikan asin mengaku mengeluh dengan tingginya harga garam yang semakin melonjak. b. Biaya Ikan Basah Segar Dari hasil penelitian biaya ikan basah segar yang dikeluarkan produsen ikan asin berbeda-beda. Ada 19 jenis ikan yang diolah di daerah penelitian, diantaranya: Palu belah yaitu berkisar Rp Rp 9.000/Kg, Perak yaitu berkisar Rp Rp 9.000/Kg, Dendeng Jabung yaitu sebesar Rp /Kg, Tambun Asin yaitu sebesar Rp 4.000/Kg, Kekek yaitu berkisar Rp Rp 6.000/Kg, Teri yaitu sebesar Rp 9.000/Kg, Beledang yaitu berkisar Rp Rp /Kg, Maco yaitu berkisar Rp Rp 8.000/Kg, Pinang yaitu sebesar Rp 6.000/Kg, Belato Aceh yaitu sebesar Rp /Kg, Aso-aso yaitu sebesar Rp /Kg, Tenggiri yaitu sebesar Rp /Kg, Kapas yaitu sebesar Rp /Kg, Kerong yaitu sebesar Rp 5.000/Kg, Teter yaitu berkisar Rp Rp 9.000/Kg, Selar yaitu sebesar Rp 8.000/Kg, Maning yaitu sebesar Rp 7.000/Kg, Tui yaitu sebesar Rp 6.000/Kg, dan Campur-campur yaitu sebesar Rp 6.000/Kg. c. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja luar keluarga yang semuanya dilakukan oleh pria ataupun wanita. Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja yang diupah umumnya untuk membelah ikan dan mengolah ikan. Untuk biaya/upah tenaga kerja yang dikeluarkan produsen ikan asin untuk membelah ikan basah segar biasanya

19 36 berkisar Rp Rp /orang untuk sekali produksi, sedangkan untuk mengolah ikan berkisar Rp Rp Rp /orang untuk sekali produksi. Berikut tabel analisis dari hasil uraian rincian biaya produksi usaha ikan asin: Tabel 5.1 Biaya Produksi Usaha Ikan Asin (1 Bulan) No Jenis Biaya Rataan biaya (Rp/Bulan) 1 Biaya Tetap 1. Biaya Penyusutan a. Pisau b. Ember c. Keranjang d. Gerobak Sorong e. Tong Kayu f. Tong Plastik g. Rinti h. Plastik i. Tali j. Timbangan 2. PBB Total Biaya Tetap 2 Biaya Variabel 1. Garam 2. Ikan Basah Segar 3. Tenaga Kerja Total Biaya Variabel , , , ,9 3800, Total Biaya Sumber: Data diolah dari lampiran Dari hasil analisis data primer pada Tabel 5.1 diperoleh rataan total biaya yang dikeluarkan oleh produsen ikan asin yaitu Rp /bulan. Dengan demikian, hipotesis 1, terdapat proses produksi yang sederhana dengan menggunakan tenaga kerja dan produksi ikan asin di daerah penelitian diterima Pendapatan Usaha Ikan Asin Hasil Uji Hipotesis 2. Terdapat pendapatan bersih produsen ikan asin di daerah penelitian lebih tinggi dari Upah Minimum Regional Kota Sibolga. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha dengan biaya produksi usaha ikan asin. Apabila selisih antara penerimaan dengan biaya produksi positif berarti usaha

20 37 ikan asin tersebut memperoleh keuntungan, sebaliknya apabila selisih antara penerimaan dengan biaya produksi negatif berarti usaha tersebut mengalami kerugian. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota diperoleh uraian penerimaan dan rataan pendapatan dari masing-masing usaha ikan asin dapat dilihat sebagai berikut ini: Penerimaan Usaha Ikan Asin Penerimaan usaha ikan asin merupakan total hasil yang diperoleh petani ikan asin dari usaha yang dilaksanakan. Penerimaan usaha ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga bersumber dari hasil penjualan ikan asin. Total rata-rata penerimaaan produsen ikan asin di daerah penelitian adalah sebesar Rp /bulan/produsen. a. Penjualan Ikan Asin Besarnya penerimaan tergantung pada banyaknya ikan asin yang diproduksi dan yang terjual. Dari hasil penelitian yang dilakukan, tingkat harga penjualan ikan asin berbeda-beda sesuai dengan jenis ikan, diantaranya: Palu Belah yaitu berkisar Rp Rp /Kg, Perak yaitu berkisar Rp Rp /Kg, Dendeng Jabung sebesar Rp /Kg, Tamban Asin sebesar Rp /Kg, Kekek sebesar Rp /Kg, Teri sebesar Rp /Kg, Maco yaitu berkisar Rp Rp /Kg, Beledang yaitu berkisar Rp Rp /Kg, Pinang yaitu berkisar Rp Rp /Kg, Belato Aceh sebesar Rp /Kg, Aso-Aso sebesar Rp /Kg, Tenggiri sebesar Rp /Kg, Kapas sebesar Rp /Kg, Kerong yaitu berkisar Rp Rp /Kg, Teter yaitu berkisar Rp Rp

21 /Kg, Selar sebesar Rp /Kg. Maning sebesar Rp /Kg, Tui yaitu berkisar Rp Rp Rp /Kg, dan Campur-campur sebesar Rp /Kg. Di antara 19 jenis ikan yang diolah menjadi ikan asin, ikan palu belah yang paling banyak diminati konsumen, selain itu juga dikarenakan permintaan konsumen yang cukup tinggi dan harganya masih terjangkau. Biasanya penjualan ikan asin dilakukan setiap hari. Sebagian besar ikan asin di jual ke luar kota (70%), di jual dengan meletakkannya di kios penjualan ikan asin (20%) dan sebagian kecil di jual pada masyarakat sekitar (10%) Pendapatan Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha dengan biaya produksi usaha ikan asin. Apabila selisih antara penerimaan dengan biaya produksi positif berarti usaha ikan asin tersebut memperoleh keuntungan, sebaliknya apabila selisih antara penerimaan dengan biaya produksi negatif berarti usaha tersebut mengalami kerugian. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh rataan pendapatan dari masing-masing usaha produsen ikan asin yaitu sebesar Rp /bulan.

22 39 Tabel 5.2 Pendapatan Usaha Produsen Ikan Asin No Output dan Input Rataan (Rp/Bulan) 1 Penerimaan Biaya Biaya Tetap 1. Biaya Penyusutan a. Pisau b. Ember c. Keranjang d. Gerobak Sorong e. Tong Kayu f. Tong Plastik g. Rinti h. Plastik i. Tali j. Timbangan 2. PBB Total Biaya Tetap Biaya Variabel 1. Garam 2. Ikan Basah Segar 3. Tenaga Kerja Total Biaya Variabel Total Biaya , , , ,9 3800, Pendapatan Sumber: Data diolah dari lampiran Dari hasil perhitungan pendapatan pada Tabel 5.2 diperoleh rataan pendapatan yang diterima produsen ikan asin yaitu Rp /bulan/produsen. Bila dibandingkan dengan UMK Sibolga yaitu sebesar Rp /bulan maka ratarata pendapatan keluarga produsen ikan asin/bulan di daerah penelitian lebih tinggi dari Upah Minimun Kota (UMK) Sibolga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan bersih produsen ikan asin di daerah penelitian termasuk kategori pendapatan yang tinggi. Dengan demikian, hipotesis 2, terdapat pendapatan bersih produsen ikan asin di daerah penelitian lebih tinggi dari Upah Minimum Regional Kota Sibolga diterima.

23 Viabilitas Finansial Hasil Uji Hipotesis 3. Ada viabilitas finansial usaha produsen ikan asin di daerah penelitian. Viabilitas finansial adalah keberlanjutan keuangan dimana produsen mampu memenuhi pengeluaran biaya produksi dan biaya pengeluaran konsumsi. Dikatakan viabel apabila penerimaan lebih besar atau sama dengan biaya produksi dan konsumsi. Sedangkan dikatakan tidak viabel apabila penerimaan lebih kecil dari biaya produksi dan konsumsi. Biaya produksi yang dimaksud adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan dalam usaha ikan asin adalah sebagai berikut: Tabel 5.3 Total Biaya Produksi Ikan Asin No Jenis Biaya Rataan biaya (Rp/Bulan) 1 Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya Sumber: Data diolah dari lampiran Biaya konsumsi meliputi biaya pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, transportasi, organisasi, kehidupan sosial dan pengeluaran lainnya. Berikut perincian biaya konsumsi produsen ikan asin di daerah penelitian: Tabel 5.4 Total Biaya Konsumsi Produsen Ikan Asin No Jenis Biaya Rataan biaya (Rp/Bulan) 1 Pangan Sandang Papan Pendidikan Kesehatan Transportasi Organisasi Kehidupan Sosial Lain-lain Total Biaya Sumber: Data diolah dari lampiran

24 41 Setelah mengetahui jumlah pendapatan, biaya produksi dan biaya konsumsi maka dapat dilakukan analisis viabilitas finansial. Hasil yang diperoleh dari analisis viabilitas finansial produsen ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 5.5 Viabilitas Finansial Produsen Ikan Asin No Sampel Penerimaan (Rp) Total Biaya Produksi (Rp) Pengeluaran Konsumsi (Rp) Viabilitas Finansial (Rp) Total Rataan Sumber: Lampiran Dengan demikian, hipotesis 3, ada viabilitas finansial usaha produsen ikan asin di daerah penelitian diterima. Sesuai dengan teori viabilitas finansial yang bermakna kemampuan pendapatan untuk menutupi biaya produksi dan konsumsi secara keseluruhan, maka dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa usaha ikan asin di daerah penelitian memiliki tingkat viabilitas finansial yang cukup tinggi, dikarenakan kemampuan pendapatan produsen ikan asin dapat menutupi biaya produksi dan konsumsi secara keseluruhan. Adapun pendapatan yang diperoleh produsen ikan asin lebih tinggi dibandingkan UMK Kota Sibolga

25 42 sebesar Rp /bulan. Hal ini terlihat dari pengamatan visual pengkaji di daerah penelitian bahwa produsen ikan asin yang menjadi responden dalam penelitian ini sudah memiliki rumah sendiri yang layak dan memiliki paling sedikit 1 buah motor. Viabilitas finansial produsen ikan asin di daerah penelitian dikatakan viabel. Hal ini didukung dengan Samir Yasif (2015), bahwa pendapatan bersih usahatani ubi kayu di daerah penelitian cukup besar, dapat menutupi biaya produksi dan konsumsi secara keseluruhan, dengan tingkat viabilitas yang cukup tinggi. Pendapatan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Serdang Bedagai sebesar Rp /bulan. Viabilitas finansial petani ubi kayu di daerah penelitian dikatakan viabel. Selain itu menurut Herlina Aritonang (2017), bahwa tingkat viabilitas finansial yang diperoleh di daerah penelitian tidak terlalu tinggi, namun sebagian besar peternak dapat menutupi biaya produksi dan konsumsi secara keseluruhan. Pendapatan bersih usaha ternak sapi potong tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Upah Minimun Kabupaten (UMK) Deli Serdang sebesar Rp /bulan. Viabilitas finansial usaha ternak sapi potong di derah penelitian dapat dikatakan viabel. Sedangkan menurut Jufrianto (2014), pendapatan keluarga petani salak lebih rendah bila dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Tapanuli Selatan sebesar Rp /bln. Dikarenakan pendapatan keluarga petani di daerah penelitian sangat kecil dan tidak mampu menutupi biaya produksi dan konsumsi secara keseluruhan, maka kehidupan masyarakat petani di Desa Siuhom Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan tergolong miskin. Usaha Petani Salak Padangsidimpuan Di Kab. Tapanuli Selatan adalah tidak viabel.

26 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari analisis yang dilakukan terhadap usaha produsen ikan asin di daerah penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses produksi usaha ikan asin di daerah penelitian adalah proses produksi sederhana dengan menggunakan tenaga kerja dan biaya produksi pada usaha ikan asin cukup tinggi. 2. Pendapatan bersih produsen ikan asin lebih tinggi dibandingkan dengan Upah Minimun Kota (UMK) Sibolga. 3. Viabilitas finansial usaha produsen ikan asin di daerah penelitian sangat tinggi dan berjalan viabel Saran Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah: Kepada Produsen Ikan Asin Kepada produsen ikan asin sebaiknya tetap menjalankan usaha ikan asin tersebut karena dari hasil penelitian usaha ikan asin ini menguntungkan dan untuk meningkatkan pendapatannya sebaiknya produsen ikan asin di daerah penelitian harus meningkatkan lagi jumlah produksinya Kepada Pemerintah Pemerintah disarankan memberikan bantuan berupa penyediaan penyuluh dan pendanaan kepada nelayan, petani ikan dan produsen ikan asin dan membuat kebijakan dalam strategi pengembangan usaha dan peningkatan pendapatan untuk sektor perikanan di Kota Sibolga. 43

27 Kepada Peneliti Selanjutnya Agar peneliti selanjutnya meneliti tentang bagaimana strategi usaha mencapai viablitas finansial ikan asin di Kota Sibolga dan meneliti tentang peran pemerintah dalam meningkatkan produksi dan pendapatan produsen ikan asin di Kota Sibolga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Asin Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak di konsumsi masyarakat dan mudah didapat. Namun dibalik keunggulannya, ikan juga mengalami

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin Karakteristik responden usaha pengolahan ikan asin memberikan gambaran mengenai responden atau pemilih usaha ikan

Lebih terperinci

ANALISIS VIABILITAS FINANSIAL PRODUSEN IKAN ASIN DI KOTA SIBOLGA (Studi Kasus: Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga) SKRIPSI

ANALISIS VIABILITAS FINANSIAL PRODUSEN IKAN ASIN DI KOTA SIBOLGA (Studi Kasus: Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga) SKRIPSI ANALISIS VIABILITAS FINANSIAL PRODUSEN IKAN ASIN DI KOTA SIBOLGA (Studi Kasus: Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga) SKRIPSI OLEH: DIANA KUSUMAWATY 130304002 AGRIBISNIS PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbedabeda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beranekaragam. Sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional terutama dalam penyediaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU

KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU BUSINESS FEASIBILITY OF SALTED FISH PROCESSING IN SUMBER JAYA VILLAGE KAMPUNG MELAYU BENGKULU CITY Reswita

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Tembakau merupakan salah satu tanaman yang memberikan kontribusi besar kepada negara Indonesia yaitu sebagai salah satu penghasil devisa negara. Usahatani

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Dasar pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mungkin. Hampir

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Kecamatan Sayegan 1. Letak Geografis dan Topografi Seyegan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Sejarah singkat desa Kalimbukuni Desa Kalimbukuni adalah salah satu desa yang terbentuk pada Tahun 1958, yang terletak di kecamatan kota Waikabubak, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

JURNAL ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KELURAHAN PONDOK BATU KECAMATAN SARUDIK KOTA SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH

JURNAL ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KELURAHAN PONDOK BATU KECAMATAN SARUDIK KOTA SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH JURNAL ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KELURAHAN PONDOK BATU KECAMATAN SARUDIK KOTA SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH ROLF GEFFKEN SITUMEANG 1204114133 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU Andi Ishak, Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Pedagang 1. Identitas Responden V. HASIL DAN PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik belut yang pada masa penelitian masih aktif berproduksi dan berdomisili di Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Adapun alasan penentuan lokasi penelitian ini karena dilokasi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulahenti, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RENTABILITAS AGROINDUSTRI TAHU BULAT (Studi Kasus Pada Perusahaan Tahu Bulat Asian di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci

BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci 15 BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Ukui 1. Geografis Kecamatan Ukui Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci merupakan salah satu Kecamatan yang termasuk dalam

Lebih terperinci

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di 40 IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 4,47 km beribukota di Kampung Gedung Aji yang berjarak 36 km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau 32 II. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geogafis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Kecamatan Padangsidimpuan utara adalah salah satu kecamatan dari enam kecamatan dikota padangsidimpuan dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari 54 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Pugung 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah 18.540,56 Ha yang terdiri dari 27 pekon/desa, 1.897 Ha

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN Tri Santoso, Uswatun Hasanah, dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Desa Candi merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan produksi jagung terutama jagung pipilan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan terhadap pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling di Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan alasan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA. Hendrik 1) ABSTRAK

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA. Hendrik 1) ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA Hendrik 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru Diterima : 25

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang merumuskan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Kecamatan Langensari Kota Banjar) Abstrak

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Kecamatan Langensari Kota Banjar) Abstrak ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Kecamatan Langensari Kota Banjar) Oleh: Muhroil 1, Dini Rochdiani 2, Cecep Pardani 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2) Dosen Fakultas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang adalah salah satu dari 10 Kabupaten di wilayah Propinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang terbentuk pada

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI (Studi Kasus: Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan) WANDA ARUAN, ISKANDARINI, MOZART Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara e-mail

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Usaha 1. Sejarah Perusahan (UKM) Usaha pembuatan keripik ubi kayu dengan menggunakan nama UKM Barokah telah dirintis oleh Ibu Nano Botutihe sejak tahun 2008.

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO Hanief Almuttabi Rama Yunus 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1) Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari.

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Analisis situai dari pelaksanaan program KKN PPM periode 2016 di Desa Tunjuk Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan adalah sebagai berikut. 1.1.1 Letak Geografis Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan 46 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usaha Pengolahan Pisang Di Kota Palu Usaha pengolahan pisang merupakan usaha pengolahan kedua terbanyak di Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1615 Katalog BPS : 1101002.5314030 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv + 8 halaman

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (pusposive). Alasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usaha perkebunan rakyat adalah usaha tanaman perkebunan yang

III. METODE PENELITIAN. Usaha perkebunan rakyat adalah usaha tanaman perkebunan yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel 37 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. kuning dan bawahnya tanah hitam gambut derajat celcius sampai dengan 34.2 derajat celcius.

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. kuning dan bawahnya tanah hitam gambut derajat celcius sampai dengan 34.2 derajat celcius. BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Urung merupakan sebuah desa dari wilayah kecamatan kundur utara kabupaten karimun yang terdiri dari tanah datar dan berbukit.tanah yang ada didesa Urung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik, metode ini mempunyai ciri-ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/ PROFIL USAHA ISTRI NELAYAN MANGGOPOH PALAK GADANG PADANG PARIAMAN Oleh: Hasan Basri Nasution Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera Ulak Karang Padang Abstrak

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir. Ratu Ilir terdiri dari 7 (tujuh) dusun. Ketujuh dusun tersebut ialah :

IV. GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir. Ratu Ilir terdiri dari 7 (tujuh) dusun. Ketujuh dusun tersebut ialah : IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir 1. Lokasi Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kelurahan Tanjung Ratu Ilir merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Way Pengubuan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci