BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan faktor risiko dan fokal infeksi penyakit sistemik. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut sebesar 23,4%. Riskesdas juga melaporkan 75% penduduk Indonesia mengalami riwayat karies gigi. Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan contoh penyakit gigi yang paling umum diderita dan pada dasarnya disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme patogen di dalam rongga mulut. Sekumpulan mikroorganisme tersebut membentuk komunitas yang kompleks dan berkembang dalam suatu matriks intraseluler yang dikenal dengan plak gigi. 1,2 Di dalam rongga mulut terdapat berbagai jenis mikroba yang tergolong sebagai flora normal. Flora normal tersebut dalam keadaan tertentu dapat menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Saliva yang berada di dalam rongga mulut merupakan cairan protektif, rendahnya sekresi dan kapasitas bufer dalam saliva menyebabkan berkurangnya kemampuan membersihkan sisa makanan, mengeliminasi mikroorganisme, kemampuan menetralisasi asam, serta menyebabkan demineralisasi enamel. Suatu penurunan kecepatan sekresi saliva dapat diikuti oleh peningkatan jumlah Streptoccocus mutans dan Lactobacillus. 4 Salah satu jenis bakteri yang paling berperan merusak permukaan gigi, menyebabkan peradangan gusi dan gigi berlubang adalah Streptoccocus mutans, terutama pada orang yang mengkonsumsi gula (sukrosa) dalam jumlah yang banyak. Bakteri ini akan memecah gula menghasilkan zat-zat yang membantu untuk melekatkan dirinya pada permukaan gigi. Perubahan tingkat keasaman (ph) dalam rongga mulut dapat meningkatkan jumlah bakteri sehingga mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut, seperti terbentuknya plak gigi. 5 Plak gigi adalah deposit lunak berupa lapisan tipis yang melekat pada permukaan gigi atau permukaan struktur keras
lain di rongga mulut. Plak terdiri atas materi organik dan inorganik yang berbentuk padat dan sekitar 20% dari plak adalah air. Plak disebabkan oleh 3 faktor yaitu organisme kariogenik, organisme penyebab kelainan periodontal dan lipopolisakarida. Pembentukan plak diawali oleh kemampuan bakteri untuk membentuk polisakarida seluler yang memungkinkan bakteri melekat pada gigi dan berkaitan satu sama lainnya, proses itu terjadi di daerah permukaan gigi pada rongga mulut. Koloni kuman penghasil asam dapat melarutkan enamel gigi sehingga menyebabkan gigi berlubang. Plak juga menjadi penyebab utama penyakit periodontal. 5,6 Pengendalian plak merupakan hal yang penting dalam perawatan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut. Pengendalian plak adalah upaya mengurangi dan mencegah penumpukan plak pada permukaan gigi, upaya tersebut dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Menyikat gigi, penggunaan pembersih lidah (tongue scraper) dan dental floss merupakan cara mekanis yang efektif dalam mengendalikan plak, mencegah dan mengendalikan gingivitis apabila dilakukan secara teratur, secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan obat kumur yang merupakan perawatan non invasif tambahan bagi seseorang setelah menyikat gigi. 7 Saat ini obat kumur menjadi sediaan yang paling praktis dan banyak digunakan untuk mencegah pertumbuhan plak. Salah satu tujuan berkumur dengan antiseptik adalah menurunkan jumlah koloni bakteri patogen dalam rongga mulut, mengurangi pembentukan plak dan karies gigi dengan cara berinteraksi dengan protein bakteri. Telah banyak pemanfaatan herbal sebagai bahan obat kumur tradisional karena efek sampingnya yang minimal. 8 Bahan aktif yang terkandung dalam obat kumur herbal dapat meningkatkan kemampuan penyembuhan serta bermanfaat dalam menjaga kesehatan rongga mulut secara menyeluruh. 9 Salah satunya adalah pemanfaatan daun salam (Eugenia Polyantha) sebagai bahan obat kumur. Daun salam merupakan tanaman asli Asia Tenggara dan banyak ditemukan di Burma, Malaysia dan Indonesia. Daun tanaman ini biasanya digunakan untuk penambah cita rasa masakan. Winarto menyatakan bahwa daun salam mempunyai bahan aktif yaitu minyak atsiri 0,05%, tanin dan flavonoid yang mempunyai efek farmakologis yaitu antiinflamasi
dan antimikroba. Minyak atsiri telah lama direkomendasikan manfaat terapeutiknya dalam perawatan gigi karena membantu mencegah infeksi, bau mulut, dan penyakit periodontal dengan efek samping yang minimal. 8-10 Penelitian secara in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa gugus hidroksil yang terdapat pada struktur senyawa flavonoid menyebabkan perubahan komponen organik dan transport nutrisi yang akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap beberapa jenis kuman. Tanin bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. 6 Konsentrasi larutan ekstrak daun salam yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Setyohadi yang menyatakan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun salam adalah 1,25%. Pada konsentrasi ekstrak daun salam 1,25% tidak diperoleh adanya pertumbuhan koloni bakteri Streptoccocus mutans. 11 Penelitian Murhadi menyatakan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak daun salam lebih tinggi dibandingkan aktivitas antibakteri ekstrak daun pandan untuk pelarut yang sama. 12 Penelitian Hasan mengenai sitotoksisitas ekstrak daun salam menyatakan bahwa daun salam aman untuk dikonsumsi. 13 Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimental ulang atau pretest posttest control group design yaitu dengan melakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, mengenai penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) 1,25% dibandingkan dengan kelompok kontrol pada mahasiswi USU.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat dirumuskan adalah apakah berkumur dengan larutan ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) 1,25% selama 30 detik dapat menurunkan jumlah bakteri dalam saliva. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penurunan jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan setelah berkumur larutan ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) 1,25% selama 30 detik dibandingkan dengan kelompok kontrol. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% dan akuades. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% dan akuades. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penurunan rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% dan akuades. 1.4 Hipotesis Penelitian 1. Ada perbedaan rata - rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. 2. Ada perbedaan penurunan rata rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat umum diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi mengenai manfaat daun salam dalam menjaga kesehatan rongga mulut. 2. Bagi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Ma-
syarakat, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan referensi/materi dalam melakukan penyuluhan. 3. Bagi peneliti, dapat memberikan pengalaman bagi peneliti.