I PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER PADA PETERNAKAN BAPAK MAULID DI KELURAHAN KARANG ANYAR KECAMATAN BUKIT BARU KOTA PALEMBANG

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

ternakan Tropik Journal of Tropical Animal Science

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber : Santoso dan Sudaryani (2009)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak

I PENDAHULUAN Latar Belakang

RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT RYANDI SIMANJUNTAK

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara. terus menerus ke arah yang lebih baik dari keadaan semula. Dalam kurun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

VII. ANALISIS PENDAPATAN

KAJIAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN KARANG ANYAR: MEMBANDINGKAN ANTARA POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

BUKU SAKU DATA PETERNAKAN DAN PERIKANAN 2014

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

Peluang Bisnis Top ~ 1

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS TRADISIONAL (AYAM BURAS, ITIK DAN PUYUH) Oleh :

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang berpotensi dikembangkan di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa pada tahun 2011, subsektor peternakan telah mampu memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga yang berlaku sebesar Rp 129,57 triliun atau sekitar 1,74 persen dari total PDB Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor peternakan tidak kalah dengan sektor-sektor lainnya, baik sektor migas maupun non migas, yakni mampu berperan dalam membangun perekonomian di Indonesia seperti melalui penyerapan jumlah tenaga kerja dan menambah devisa negara. Ayam broiler merupakan salah satu jenis komoditi dari subsektor peternakan yang mampu diandalkan dalam mempercepat pembangunan perekonomian nasional. Jenis unggas ini memerlukan waktu budidaya yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan jenis ternak lain. Ayam broiler sudah dapat dipanen dalam usia rata-rata 35 hari, sehingga dapat mempercepat pengembalian modal yang telah ditanamkan oleh para investor. Tabel 1. Konsumsi per Kapita Jenis Daging di Indonesia Tahun 2006 2010 No. Jenis Daging Jumlah Konsumsi per Tahun (Kg/Kapita) 2006 2007 2008 2009 2010 1. Sapi 1,11 1.02 1,17 1,29 1,41 2. Kerbau 0,11 0,10 0,09 0,08 0,08 3. Kambing 0,15 0,15 0,15 0,17 0,15 4. Domba 0,18 0,13 0,11 0,12 0,10 5. Babi 0,51 0,58 0,54 0,50 0,52 6. Ayam Buras 0,77 0,65 0,60 0,54 0,57 7. Ayam Broiler 2,08 2,26 2,39 2,52 2,68 8. Itik 0,06 0,11 0,07 0,06 0,06 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011) Daging ayam broiler merupakan jenis daging yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Data yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa konsumsi daging ayam broiler per kapita di Indonesia

mengalami pertumbuhan yang positif setiap tahunnya, dibandingkan jenis-jenis daging lain. Berdasarkan Tabel 1, rata-rata pertumbuhan konsumsi daging ayam broiler adalah sebesar 5,23 persen per tahun. Peningkatan konsumsi tersebut diduga karena adanya pertambahan jumlah penduduk, peningkatan income per kapita, harga daging ayam broiler yang lebih terjangkau dibandingkan jenis daging lain, dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan kebutuhan protein hewani. Pada tahun 2007, konsumsi daging ayam broiler per kapita di Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 8,65 persen. Pertumbuhan konsumsi tersebut diduga akibat terjadinya peningkatan pendapatan nasional Indonesia per kapita atas dasar harga berlaku yakni sebesar 14,41 persen pada tahun 2007, sesuai dengan data yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik (2010). Kecenderungan masyarakat Indonesia yang lebih memilih jenis daging ayam broiler dibandingkan jenis-jenis daging lainnya dan waktu budidaya ayam broiler yang relatif singkat, menjadikan ayam broiler sebagai komoditi unggulan bagi para peternak di Indonesia. Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang lebih tinggi terhadap daging ayam broiler, menuntut supply daging ayam broiler dalam jumlah yang lebih banyak di pasar. Hal ini mengindikasikan bahwa ayam broiler memiliki prospek bisnis yang cukup baik diantara komoditas peternakan lainnya. Tabel 2. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2006 2011 Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan Produksi (%) 2006 861.262,76-2007 942.785,67 9,46 2008 1.018.735,94 8,05 2009 1.101.765,50 8,15 2010 1.241.251,00 12,66 2011*) 1.297.447,00 4,52 Keterangan *) : Angka Sementara Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) Perkembangan subsektor peternakan ayam broiler di Indonesia salah satunya dapat dilihat berdasarkan jumlah produksi ayam broiler dari tahun ke 2

tahun. Berdasarkan Tabel 2, rata-rata pertumbuhan produksi ayam broiler di Indonesia adalah sebesar 7,14 persen per tahun. Pertumbuhan produksi terbesar ayam broiler di Indonesia dicapai pada tahun 2010, yakni sebesar 12,66 persen. Hal ini diduga dikarenakan semakin banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya pada uahaternak ayam broiler, semakin banyak peternak ayam broiler yang meningkatkan skala usahanya, dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang berimplikasi pada semakin efisiennya teknik budidaya ayam broiler. Data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyatakan bahwa pada tahun 2010, Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi penghasil daging ayam broiler terbesar ketiga di Pulau Sumatera, setelah Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Riau. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi dalam pengembangan usahaternak ayam broiler. Komoditi ayam broiler adalah jenis komoditi yang memiliki jumlah produksi tertinggi di antara jenis komoditas peternakan lain di Provinsi Sumatera Selatan. Tabel 3. Laju Pertumbuhan Produksi Daging Ternak Sumatera Selatan Tahun 2006 2010 No. Jenis Daging Laju Pertumbuhan Produksi per Tahun (%) Ternak 2006 2007 2008 2009 2010 1. Sapi Potong 0,33 1,75 8,36 29,61 1,76 2. Kambing 32,20 1,64 10,35 18,57 2,35 3. Domba 3,86-71,77 51,53-51,45 35,42 4. Kerbau -17,77 1,74-16,80-32,60 0,11 5. Babi 0,32 1,75-6,32-7,29 7,01 6. Ayam Broiler 15,56 56,48 4,76-0,31 21,83 7. Ayam Buras -28,61-30,79-27,03 18,19 13,70 8. Ayam Ras Petelur 19,43-54,59 48,81 59,05 5,28 9. Itik 5,88 5,04 2,21 17,07-27,08 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011) Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah produksi daging ayam broiler di Provinsi Sumatera Selatan cenderung mengalami peningkatan dari 3

tahun ke tahun, yaitu dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 16,39 persen per tahun. Laju pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan laju pertumbuhan produksi jenis daging ternak lain di Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan data tersebut, laju pertumbuhan produksi beberapa jenis daging ternak cenderung mengalami penurunan pada tahun 2007. Namun, pertumbuhan tertinggi produksi ayam broiler justru terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 56,48 persen. Hal ini diduga pada tahun 2007 sebagian besar peternak beralih untuk membudidayakan ayam broiler akibat pola kemitraan inti plasma yang semakin berkembang di Provinsi Sumatera Selatan. Jumlah produksi daging ayam broiler di Provinsi Sumatera Selatan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditi ayam broiler mampu memberikan kontribusi bagi subsektor peternakan, khususnya bagi pembangunan perekonomian daerah. Perkembangan usahaternak ayam broiler di Provinsi Sumatera Selatan didukung oleh ketersediaan lahan yang masih cukup luas, kondisi alam yang cukup mendukung, serta ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai. Kota Palembang yang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan pun ternyata masih memiliki potensi pengembangan budidaya ayam broiler. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan, pada tahun 2009 Kota Palembang menempati urutan ketiga terbesar penghasil daging ayam broiler di Provinsi Sumatera Selatan, setelah Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Banyuasin. Namun pada tahun 2010 lalu, sempat mengalami penurunan sehingga Kota Palembang menempati urutan keempat sebagai penghasil daging ayam broiler terbesar setelah Kabupaten Banyuasin, Muara Enim, dan Ogan Komering Ilir. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 4, produksi daging ayam broiler di Kota Palembang mengalami penurunan pada tahun 2007 dan tahun 2010. Penurunan produksi tersebut diduga akibat terjadinya serangan virus flu burung yang sempat mewabah di Kota Palembang pada tahun 2007. Penurunan produksi yang terjadi pada tahun 2010 diduga akibat terjadinya musim kemarau panjang yang sempat melanda Kota Palembang. Namun jika dilihat dari besarnya kontribusi yang dihasilkan, komoditi ayam broiler memberikan kontribusi rata- 4

rata terbesar terhadap jumlah produksi ternak unggas di Kota Palembang yaitu sebesar 72,35 persen per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa usahaternak ayam broiler meskipun memiliki potensi untuk dikembangkan, namun masih menimbulkan risiko sehingga dapat mempengaruhi hasil produksi. Tabel 4. Produksi Daging Ternak Unggas di Kota Palembang Tahun 2006-2010 No. Jenis Unggas Jumlah Produksi (Ton) Kontribusi Rata-rata 2006 2007 2008 2009 2010 (%) 1. Ayam Buras 934 1.143 1.183 1.236 1.250 22,89 2. Ayam Petelur 182 194 201 210 215 3,99 3. Ayam Broiler 3.870 3.406 3.525 3.684 3.672 72,35 4. Itik 27 38 40 42 43 0,75 Jumlah 5.013 4.781 4.949 5.172 5.180 100 Sumber : Dinas Peternakan Kota Palembang (2011) Menurut Djohanputro (2008), adanya risiko diindikasikan oleh terjadinya fluktuasi tingkat produktivitas yang diperoleh dari setiap periode waktu tertentu. Fluktuasi tersebut dapat mempengaruhi tingkat pendapatan sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan terhadap tingkat pendapatan yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pendapatan aktual yang diperoleh peternak. Menurut Kasidi (2010), risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari berbagai aktivitas kehidupan, termasuk aktivitas suatu usaha. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terkadang justru semakin berpotensi menimbulkan risiko yang lebih kompleks. Hal ini menuntut setiap pelaku usaha harus memiliki kemampuan mengelola setiap risiko yang dihadapi dengan baik untuk mencegah terganggunya keberlangsungan aktivitas usaha yang dapat menimbulkan kerugian. Peternakan Bapak Maulid adalah sebuah peternakan plasma yang menjalin hubungan kerjasama dengan pihak perusahaan inti yaitu PT Sumber Unggas Cemerlang (PT SUC). Peternakan yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan tersebut, membudidayakan ayam broiler sebanyak 6.000 ekor. Namun meskipun telah menjalin hubungan kemitraan inti plasma dengan PT SUC, Peternakan Bapak 5

Maulid masih menghadapi risiko yang ditandai dengan berfluktuasinya tingkat produktivitas dan tingkat pendapatan yang diperoleh pada setiap periode produksi. Adanya risiko yang dihadapi pada setiap periode produksi ayam broiler harus disertai dengan kemampuan peternak dalam mengelola risiko dengan baik, agar tidak meimbulkan kerugian. Risiko yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid perlu dianalisis untuk menekan tingkat probabilitas (peluang) terjadinya risiko maupun dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Melalui hasil analisis ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Peternakan Bapak Maulid dalam menangani risiko yang dihadapinya, sehingga mampu memperoleh tingkat pendapatan yang optimal. 1.2. Perumusan Masalah Sejak awal menjalankan usahanya, Peternakan Bapak Maulid sudah menjalani hubungan kemitraan pola inti-plasma dengan PT Sumber Unggas Cemerlang (PT SUC). Hubungan kerjasama ini dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi Peternakan Bapak Maulid dalam memperoleh sarana produksi ternak, adanya bimbingan teknis budidaya, dan adanya kepastian pemasaran hasil produksi. Selain itu, alasan Bapak Maulid menerapkan sistem kemitraan ini adalah sebagai cara untuk meminimalisasi risiko-risiko yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid dalam menjalankan aktivitas budidaya ayam broiler yang dapat menyebabkan kerugian, seperti risiko harga input, risiko harga output, dan risiko produksi akibat adanya serangan wabah penyakit. Peternakan Bapak Maulid mengawali budidaya ayam broiler dengan kapasitas sebanyak 5.000 ekor. Namun pada periode produksi selanjutnya, total kapasitas budidaya ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak 6.000 ekor. Dalam hal ini, Peternakan Bapak Maulid berperan sebagai pihak plasma sedangkan PT SUC berperan sebagai pihak inti. PT SUC sebagai pihak inti, berperan dalam menyediakan DOC (Day Old Chick), pakan, vaksin, vitamin, obat-obatan, memberikan pengawasan budidaya ayam broiler, dan menetapkan harga garansi (harga kontrak) dengan pihak plasma. Harga garansi yang ditetapkan tersebut memberikan jaminan bagi Peternakan Bapak Maulid dalam menghadapi risiko fluktuasi harga input produksi dan harga jual ayam broiler di pasar. Peternakan Bapak Maulid sebagai pihak 6

plasma, berperan dalam menyiapkan lahan, kandang, perlengkapan dan peralatan budidaya, serta tenaga kerja. Peternakan Bapak Maulid masih menghadapi risiko produksi meskipun telah menjalin kemitraan inti-plasma dengan PT SUC. Risiko produksi merupakan risiko yang dapat mengganggu aktivitas produksi usahaternak ayam broiler sehingga dapat menimbulkan kerugian berupa penurunan hasil produksi Peternakan Bapak Maulid. Sumber-sumber risiko produksi yang seringkali dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler antara lain adalah kualitas DOC, wabah penyakit, dan kondisi cuaca. Kualitas DOC sangat mempengaruhi pertumbuhan dan daya tahan tubuh ayam broiler. Kualitas DOC yang rendah ditandai dengan pertambahan bobot tubuh yang lebih lambat. Selama menjalani proses budidaya, DOC yang berkualitas rendah cenderung membutuhkan pakan dalam jumlah yang lebih banyak. Namun, hal ini tidak mempengaruhi pertumbuhan maupun pertambahan bobot ayam broiler, sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi. Selain itu, DOC dengan kualitas rendah akan lebih mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh yang lebih lemah. Wabah penyakit seringkali melanda usahaternak ayam broiler dan berpengaruh langsung sebagai pemicu terjadinya risiko produksi. Serangan penyakit sulit terdeteksi, dapat terjadi secara tiba-tiba, dan dapat menyebabkan tingginya tingkat mortalitas. Jenis penyakit yang menyerang ayam broiler pada usaha Peternakan Bapak Maulid yaitu penyakit Gumboro dan penyakit Kolibasilosis. Penyakit Gumboro disebabkan oleh virus Gumboro yang menyerang sistem kekebalan tubuh ayam broiler dan ditandai dengan kotoran ayam broiler yang encer, berlendir, dan berwarna putih (Santoso dan Sudaryani, 2009). Penyakit Kolibasilosis yang menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid merupakan infeksi lanjutan akibat mengalami stress karena terjadinya perubahan kondisi cuaca yang ekstrim. Perubahan cuaca sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi ayam broiler. Pada musim kemarau, dapat meningkatkan suhu di dalam tubuh ayam broiler sehingga dapat meningkatkan penguapan. Pada musim penghujan, dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi di dalam kandang, sehingga mampu 7

meningkatkan perkembangbiakan bibit penyakit. Selain itu, terjadinya perubahan cuaca yang ekstrim seringkali dapat menyebabkan ayam broiler menjadi stress, sehingga dapat mempengaruhi daya tahan tubuh. Tingkat Mortalitas (%) 8 7 6 5 4 3 2 1 0 I II III IV V VI VII Periode Produksi Gambar 1. Grafik Fluktuasi Tingkat Mortalitas Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid Tingkat produktivitas ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid cenderung mengalami kenaikan dan berfluktuasi pada setiap periode produksi, yang dicerminkan dengan berfluktusinya tingkat mortalitas ayam broiler. Berdasarkan Gambar 1, tingkat mortalitas ayam broiler terendah di Peternakan Bapak Maulid terjadi pada periode produksi II yaitu sebesar 0,37 persen, sedangkan tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada periode produksi VII, yaitu mencapai 7,50 persen. Tingkat mortalitas ayam broiler yang tinggi pada periode produksi VII menyebabkan Peternakan Bapak Maulid mengalami kerugian. 12000 Total Produksi (Kg) 10000 8000 6000 4000 2000 Standar Produksi (Kg) Total Produksi Aktual (Kg) Gambar 2. 0 Periode Produksi I II III IV V VI VII Grafik Penyimpangan Hasil Produksi Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid 8

Berdasarkan Gambar 2, total produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid cenderung mengalami penurunan setiap periode produksi. Selain itu, telah terjadi penyimpangan antara hasil produksi aktual Peternakan Bapak Maulid dengan standar produksi PT SUC. Penyimpangan tersebut terjadi pada periode produksi III, V, VI, dan VII. Pada periode produksi III dan V, umur rata-rata panen ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid adalah 35 hari (Lampiran 2). Pada umur tersebut, bobot rata-rata minimal ayam broiler yang seharusnya dihasilkan berdasarkan standar dari PT SUC adalah sebesar 1,75 kilogram per ekor. Namun, pada periode produksi tersebut masing-masing bobot rata-rata aktual yang dihasilkan adalah sebesar 1,61 kilogram per ekor dan 1,70 kilogram per ekor. Pada periode produksi VI dan VII, umur rata-rata panen ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid adalah 34 hari (Lampiran 2). Bobot rata-rata ayam broiler yang dihasilkan pada periode produksi VI berada pada standar PT SUC. Namun pada periode produksi tersebut, tingkat mortalitas ayam broiler cukup tinggi yaitu mencapai 3,58 persen. Hal ini menyebabkan hasil produksi aktual Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VI masih berada di bawah hasil produksi yang diharapkan. Pada periode produksi VII, bobot rata-rata minimal ayam broiler yang seharusnya dihasilkan berdasarkan standar dari PT SUC adalah sebesar 1,68 kilogram per ekor. Namun, bobot rata-rata aktual yang dihasilkan pada periode produksi tersebut adalah sebesar 1,46 kilogram per ekor. Berdasarkan hasil pemaparan di atas, terlihat adanya bentuk penyimpangan antara hasil yang diharapkan oleh Peternakan Bapak Maulid dengan hasil aktual yang telah dicapai. Bentuk penyimpangan tersebut mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid dan harus dikelola, sehingga dapat mencapai tujuannya untuk memperoleh total hasil maupun tingkat pendapatan yang optimal. Berdasarkan uraian tersebut, beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain : 1. Apa saja sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid? 2. Bagaimana tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid? 9

3. Bagaimana tingkat probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi Peternakan Bapak Maulid? 4. Bagaimana alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid untuk menangani risiko produksi yang dihadapi? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan penelitian yang telah dikemukanan, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. 2. Menganalisis tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. 3. Menganalisis tingkat probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. 4. Menganalisis alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan Peternakan Bapak Maulid untuk menangani risiko produksi yang dihadapi. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk membantu Peternakan Bapak Maulid dalam melakukan analisis terhadap risiko produksi yang dihadapinya, sehingga dapat membantu dalam proses pembuatan maupun pengambilan keputusan. 2. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para peternak ayam broiler yang akan memulai maupun mengembangkan usahanya, dalam menganalisis dan menangani risiko produksi guna mengoptimalkan tingkat pendapatan. 3. Sebagai bahan rujukan bagi masyarakat peneliti untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang sejenis dan mengembangkan kembali teori-teori yang terkait dengan risiko. 4. Dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan pemahaman penulis dalam menganalisis risiko, khususnya pada usahaternak ayam broiler yang menerapkan kerjasama kemitraan inti-plasma. 10

1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan milik Bapak Maulid, yang melakukan usahaternak ayam broiler dengan menerapkan hubungan kemitraan inti-plasma. Petenakan Bapak Maulid berlokasi di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang. Penelitian ini dibatasi pada analisis risiko yang meliputi analisis hasil yang diharapkan (expected return), analisis varian (variance), analisis simpangan baku (standard deviation), analisis koefisien variasi (coefficient variation), analisis metode nilai standar (z-score), dan analisis metode Value at Risk (VaR). Analisis hasil yang diharapkan (expected return), analisis varian (variance), analisis simpangan baku (standard deviation), dan analisis koefisien variasi (coefficient variation), digunakan uuntuk mengetahui besarnya tingkat risiko produksi berdasarkan tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid. Analisis metode nilai standar (z-score) digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat probabilitas (peluang) kejadian sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid. Analisis metode Value at Risk (VaR) digunakan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat adanya sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid pada tingkat kepercayaan tertentu. Hasil analisis tingkat probabilitas sumber-sumber risiko produksi dan analisis metode Value at Risk (VaR) dapat dipetakan ke dalam peta risiko sehingga dapat ditemukan alternatif manajemen risiko produksi yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh langsung dari Peternakan Bapak Maulid, berupa data hasil produksi ayam broiler selama tujuh periode produksi yaitu pada 7 Januari 2011 26 November 2011. Data sekunder tersebut merupakan data pada saat Peternakan Bapak Maulid menjalin kerjasama kemitraan inti-plasma dengan pihak PT Sumber Unggas Cemerlang (PT SUC), karena pada saat ini Peternakan Bapak Maulid sudah menjalin kerjasama dengan perusahaan inti lain yaitu PT Sumber Intan Grup (PT SIG). Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dan dianalisis secara deskriptif untuk menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. 11