1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan pencegahan di bidang kedokteran gigi harus didukung oleh pemeliharaan kebersihan mulut. Apabila hal tersebut tidak diperhatikan maka akan berdampak terhadap terjadinya plak penyebab timbulnya penyakit gigi dan mulut (Vijayaprasad dkk., 2010). Menurut Kidd dan Bechal (1992), plak yang mengandung bakteri merupakan awal terbentuknya karies. Karies merupakan penyakit dengan etiologi multi faktorial. Karies terjadi apabila faktor-faktor tersebut saling berinteraksi, yaitu: faktor agent (mikroorganisme), host (gigi), substrat, lingkungan dan waktu (Jawetz dkk.,1986). Plak terbentuk akibat adanya perlekatan dan pertumbuhan bakteri pada pelikel saliva. Pada awal pembentukan plak ditemukan bakteri gram positif, misalnya Streptococcus alpha. Streptococcus alpha lebih banyak ditemukan pada awal pembentukan plak dibandingkan bakteri gram positif yang lain (Marsh, 2004). Perkembangbiakan dan aktivitas beberapa bakteri yang termasuk kelompok Streptococcus alpha, merupakan salah satu penyebab terjadinya karies (Jawetz dkk.,1986). Pada periode gigi desidui dan awal gigi bercampur (yaitu saat usia anak 3-6 tahun), gigi permanen erupsi untuk menggantikan gigi desidui yang tanggal, sehingga terjadi perubahan ekologi dan komposisi mikroflora dalam rongga mulut. Hal ini mengakibatkan bakteri Streptococcus alpha mendominasi komposisi mikroflora oral selama periode gigi desidui dan awal gigi bercampur (Crielaard dkk., 2011).
2 Metabolisme karbohidrat oleh bakteri kelompok Streptococcus alpha yang asidogenik akan menghasilkan penimbunan asam. Asam ini akan menurunkan ph rongga mulut terus menerus sehingga terjadi demineralisasi dan proses karies pun dimulai, maka diperlukan bahan yang dapat menjaga keseimbangan ph rongga mulut dan mampu menghambat perlekatan bakteri tersebut pada permukaan gigi (Crielaard dkk., 2011). Akumulasi plak dapat dicegah dengan pemeliharaan kebersihan mulut sehari-hari. Pengendalian akumulasi plak dapat dengan kontrol plak secara mekanis, yaitu menyikat gigi yang baik dan benar, serta kontrol plak secara kimiawi, salah satunya yaitu aplikasi topikal bahan yang dapat mencegah perlekatan bakteri pada permukaan gigi (Attin dkk., 2005). Kontrol plak secara mekanis yang dilakukan oleh anak usia 3-6 tahun belum memberikan hasil yang maksimal karena kurangnya ketrampilan anak dalam memegang sikat gigi dan melakukan gerakan menyikat gigi. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan kontrol plak secara kimiawi bersamaan dengan dilakukan kontrol plak secara mekanis pada anak usia 3-6 tahun (Studervants, 2006). Salah satu kontrol plak secara kimiawi, yaitu aplikasi topikal bahan yang mengandung kasein. Kasein diketahui dapat menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi (Park dkk., 1998). Kasein adalah protein utama susu, terdiri dari empat fraksi turunan: s1 -, s2-, - dan -kasein. Kasein dapat melapisi permukaan pelikel saliva yang mengandung reseptor untuk bakteri, sehingga menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi (Swaigood, 2003). Salah satu bahan topikal yang mengandung kasein adalah Casein Phosphopeptides-Amorphous Calcium
3 Phosphate (CPP-ACP). Bahan tersebut tidak mengandung fluor sehingga tidak menimbulkan fluorosis. CPP-ACP mengandung kasein berupa fosfoprotein kasein (CPP), kalsium dan fosfat tinggi, sehingga mampu menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi pada gigi (Reynold dkk., 1995). Hasil penelitian secara in vitro oleh Oshiro dkk. (2007) menunjukkan pengaruh CPP-ACP dalam menghambat demineralisasi gigi, lebih nampak pada hari ke-28 dibandingkan hari ke-14 dan ke-21 setelah aplikasi topikal CPP-ACP. Uraian tersebut, sesuai dengan pernyataaan Kidd dan Bechal (1992), yaitu pengaruh pemberian bahan secara topikal pada permukaan gigi di dalam rongga mulut, tergantung frekuensi dan durasi pemberiannya. Kasein yang terkandung dalam CPP-ACP juga mempunyai kemampuan untuk menghambat metabolisme bakteri dengan berbagai cara, yaitu rangkaian fosfoprotein kasein (CPP) akan memutus struktur ikatan antara matrik protein polisakarida ekstraseluler bakteri dengan reseptor bakteri pada pelikel saliva (FitzGerald, 1998). Bakteri dapat melekat pada permukaan gigi melalui ikatan yang terbentuk dari matrik protein polisakarida ekstraseluler bakteri dengan reseptor pelikel saliva, namun CPP memutus ikatan tersebut. Hal ini menyebabkan perlekatan bakteri pada permukaan gigi terlepas. CPP kemudian akan berikatan dengan reseptor pelikel saliva, sehingga terbentuk hasil akhir berupa ikatan antara CPP dengan pelikel saliva (Swaisgood, 2003). Uraian di atas didukung hasil penelitian secara in vitro oleh Schupbach dkk., (1996) dengan mikroskop elektron menunjukkan CPP memiliki struktur mikroglobular dan secara geometris tidak beraturan, sehingga menyebabkan
4 fosfoprotein kasein (CPP) dapat berikatan dengan pelikel saliva. Hasil penelitian Rose (2000) juga menunjukkan CPP dapat memutus ikatan antara bakteri dengan reseptor pada pelikel saliva. CPP-ACP mampu mengubah ekologi rongga mulut, yaitu dengan cara meningkatkan ph plak (Paul dkk., 2009) dan ph saliva (Andrini, 2012) menjadi lebih besar dari 7. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah keadaan ekologi rongga mulut, yaitu ph. Streptococcus alpha dapat tumbuh optimal dalam lingkungan dengan ph 4,5-7. Pada saat ph lebih besar dari 7, maka akan terjadi penurunan pertumbuhan S.alpha. Hal ini karena bakteri Streptococcus alpha bersifat asidurik, yaitu senang tinggal pada lingkungan asam atau lingkungan dengan ph lebih kecil dari 7 (Adnan dkk., 1976; Jawetz dkk., 1986). Decker (1996) dan Marsh (2004) menyimpulkan bahwa bahan yang diaplikasikan secara topikal pada gigi akan berpengaruh terhadap ph rongga mulut, kemampuan bakteri pembentuk plak untuk melekat pada gigi, pertumbuhan dan perkembangbiakan serta aktivitas bakteri penyebab karies, yaitu salah satunya bakteri yang termasuk dalam kelompok Streptococcus alpha.
5 B. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka timbul suatu permasalahan bagaimana pengaruh aplikasi topikal Casein Phosphopeptide- Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) terhadap pertumbuhan Streptococcus alpha dan akumulasi plak gigi. C. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh aplikasi topikal Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) terhadap pertumbuhan Streptococcus alpha dan akumulasi plak gigi. D. Manfaat 1) Untuk Ilmu pengetahuan Memberi informasi ilmiah dalam ilmu kedokteran gigi anak tentang pengaruh aplikasi topikal Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) terhadap pertumbuhan Streptococcus alpha dan akumulasi plak gigi pada anak. 2) Untuk Masyarakat Memberikan informasi tentang salah satu cara pencegahan karies dengan mengaplikasikan pasta Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP). 3) Untuk Klinisi Memberikan informasi tentang Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP), salah satu bahan pelindung gigi pada perawatan gigi desidui maupun permanen, dan diketahui merupakan bahan yang
6 mengandung kasein, kalsium dan fosfat. CPP-ACP diharapkan menjadi salah satu bahan yang dapat digunakan untuk menurunkan pertumbuhan Streptococcus alpha dan akumulasi plak gigi pada anak. E. Keaslian Penelitian Hasil penelitian secara in vitro oleh Schupbach dkk., (1996) menunjukkan ikatan kasein (berupa CPP) dengan pelikel saliva mampu menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi. Hasil penelitian secara in vitro oleh Rose (2000), yaitu CPP yang terkandung dalam CPP-ACP mampu menghambat pembentukan ikatan antara sel bakteri dengan pelikel saliva pada permukaan gigi. Afanty (2009) menunjukkan aplikasi topikal CPP-ACP dapat memperbaiki white spot. Sejauh pengetahuan penulis, penelitian secara in vivo tentang pengaruh aplikasi topikal Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) terhadap pertumbuhan Streptococcus alpha dan akumulasi plak gigi pada anak sampai saat ini belum pernah dilaporkan.