PENDAHULUAN. misalnya menghilangkan rasa lapar, mengurangi rasa kantuk, dan mengobati

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

PENDAHULUAN. dibawa oleh Bangsa Portugis dan Spanyol pada abad ke XVI. Menurut Rumphius,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Feri Hartini 1 dan Yahdi 2 1 Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram 2 Dosen Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram.

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

PENDAHULUAN. pangan. Tembakau dimanfaatkan daunnya sebagai bahan pembuatan rokok. upacara-upacara keagamaan mereka. Colombus pertama kali mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

MIMBA SEBAGAI PESTISIDA NABATI Tanaman Mimba

Pestisida Nabati dan Aplikasinya. Oleh: YULFINA HAYATI

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di

Pembuatan Pestisida Nabati

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semusim yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DAUN PEPAYA UNTUK PENGEDALIAN ULAT DAN SERANGGA PENGHISAP TANAMAN Oleh Robinson Putra, SP

tersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun (Setiawati et al., 2008).

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH BIJI SRIKAYA DAN DAUN SIRSAK TERHADAP MORTALITAS Spodoptera litura di LABORATORIUM I. PENDAHULUAN

PESTISIDA NABATI, MUDAH, MURAH, DAN RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MENGENDALIKAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN HORTIKULTURA. Oleh Ir. Pasetriyani, MP.

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

BAB I PENDAHULUAN. (OPT). Pestisida nabati bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam. dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

I. PENDAHULUAN. mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BIOPESTISIDA TERHADAP DAYA KENDALI SERANGAN HAMA KUTU PADA TANAMAN CABE RAWIT OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

RENDAMAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN CABAI

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI RSA1 PADA TIGA SPESIES SERANGGA HAMA SAYURAN NUR ASYIYAH

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PERANGKAP WARNA BERPEREKAT TERHADAP HAMA CAPSIDE (Cyrtopeltis tenuis Reut) (Hemiptera : Miridae) PADA TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tembakau merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman buah

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada umumnya secara turun temurun telah memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Hama adalah salah satu dari sekian banyak alasan kenapa produk dari hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Teknologi Budidaya Kedelai

PENDAHULUAN Latar Belakang

PESTISIDA ALAMI MENDUKUNG BUDIDAYA STROBERI ORGANIK

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

Peta Konsep. Tujuan Pembelajaran. gulma biologi hama predator. 148 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Tikus. Hama. Ulat. Kutu loncat. Lalat. Cacing.

BAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan

Pestisida Nabati Pengendali Ulat pada Tanaman Sayuran Oleh : Hendri Yandri, SP ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tanaman perkebunan. Akan tetapi banyak juga diantara serangga-serangga

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : RIDWAN NUR ARIFIN A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI (MIMBA, GADUNG, LAOS DAN SERAI), TERHADAP HAMA PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis),

BUDIDAYA PEMBIBITAN TEMBAKAU DI WILAYAH JAWA TENGAH Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis... 4

PENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

Kearifan Lokal Pengendalian Hama Penyakit melalui Pestisida Nabati

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) SEBAGAI PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN HAMA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIFITAS PESTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera sp.) PADA TANAMAN SAWI (Brassica sinensis L.). Deden *

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi September Suplemen Pertanian (MSI 57).indd1 1 25/08/ :53:12

BIOPESTISIDA SEBAGAI PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) YANG RAMAH LINGKUNGAN

Uji Efektivitas Berbagai Konsentrasi Pestisida Nabati Bintaro (Cerbera manghas) terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura) pada Tanaman Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

BAB I PENDAHULUAN. yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis Amerika. Tembakau menjadi populer di Eropa dan digunakan untuk beberapa keperluan, misalnya menghilangkan rasa lapar, mengurangi rasa kantuk, dan mengobati beberapa penyakit (Matnawi, 1997). Tembakau Deli saat ini masih merupakan primadona tembakau cerutu, kegunaannya lebih diutamakan untuk pembungkus cerutu, bahkan daun Tembakau Deli lebih terkenal sebagai pembungkus dan pembalut cerutu nomor satu di dunia. Sehingga tetap dibutuhkan oleh pabrik penghasil cerutu berkualitas tinggi (Erwin, 2000). Banyak sekali perusahaan cerutu di Eropa maupun Amerika menggunakan simbol-simbol tembakau Sumatera sebagai wrapper, bahkan ada perusahaan yang hanya sedikit sekali menggunakan tembakau Sumatera pada cerutunya, tetapi sudah menyebutkan bahwa cerutu ini sudah mengandung daun tembakau Sumatera atau menggunakan tembakau Sumatera (Anonimous, 1999). Tembakau cerutu merupakan komoditas strategis bagi Indonesia. Adanya serangan hama seperti pemakan daun Helicoverpa spp., Spodoptera litura F. dan pengisap Myzus persicae Sulz. dapat menyebabkan kehilangan hasil di Deli sebesar 30-40% dan di Besuki sebesar 15-25%. Pengendalian hama secara kimia dengan penyemprotan insektisida kimia intensif menjadi pilihannya. Resistensi serangga hama terhadap bahan aktif insektisida adalah peristiwa terjadinya

penurunan respon serangga terhadap bahan aktif yang semula terbukti efektif (Haryani, 2005). Permasalahan yang sangat dirasakan pada beberapa tahun terakhir adalah rendahnya produktivitas Tembakau Deli, meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Volume produksi untuk lelang Bremen masih belum terpenuhi sesuai permintaan konsumen yang berkisar antara 8.000-10.000 bal per tahunnya. Penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan pasar tersebut cukup komplek, antara lain akibat serangan hama dan penyakit. Di samping faktor fisik lingkungan (Erwin, 2000). Hama-hama yang umum terdapat pada tanaman Tembakau Deli antara lain : Spodoptera litura (ulat grayak), Heliothis assulta (ulat pupus), Plusia signata (ulat kilan), Cyrtopeltis tenuis (capsid), Lasioderma serricorne (hama gudang), Acridaturrita L. (belalang), Solenopsis geminata (semut), Molusca sp. (keong), Myzus persicae, Bemisia tabaci (kutu putih) (Erwin, 2000). Catatan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida antara 44.000-2.000.000 orang dan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Dampak negatif dari penggunaan pestisida diantaranya adalah meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang salah dapat mengakibatkan racun bagi lingkungan, manusia serta ternak (Budi, 2009). Salah satu penyebab melonjaknya nilai impor pestisida adalah penolakan terhadap penggunaan biopestisida masih terjadi dengan berbagai alasan yaitu belum adanya peraturan pemerintah yang khusus mengatur penyiapan,

penggunaan dan peredaran biopestisida sebagai alternatif dalam pengendalian hama penyakit. Dengan demikian ketergantungan kepada pestisida kimia sintetis semakin tinggi (Anonimous, 2006). Dengan kemajuan dalam bidang ilmu kimia dan pengembangan analisis, banyak senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang telah diisolasi dan diidentifikasi bahkan disintesis untuk bahan pengendalian OPT. Senyawasenyawa tumbuhan dapat menunjukkan berbagai aktivitas biologi pada serangga melalui proses penghambatan atau penolakan makan, penolakan penelusuran, penghambat pertumbuhan dan perkembangan, kematian dan lain-lain (Dadang, 1999). Beberapa jenis tanaman yang mampu mengendalikan hama seperti famili Meliaceae (nimba, aglaia), famili anonaceae (biji srikaya, biji sirsak, biji buah nona). Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba tertentu baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat antagonis terhadap mikroba lainnya (penyebab penyakit tanaman) atau menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga (hama) maupun nematoda (penyebab penyakit tanaman) (Plantus, 2008). Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati siap pakai dapat dilakukan secara sederhana. Pertama, dengan teknik penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta. Kedua, dengan teknik rendaman untuk menghasilkan produk ekstrak. Ketiga, dengan cara ekstraksi menggunakan bahan kimia (Budi, 2009). Tanaman sirsak (Annona muricata) banyak tumbuh di Indonesia dan tidak tergantung musim sehingga dapat tersedia terus-menerus. Tanaman sirsak dikenal

dapat digunakan sebagai insektisida botanis. Senyawa aktif utama biji sirsak adalah annonain dan squamosin yang termasuk golongan senyawa asetogenin (Muharsini dkk, 2006). Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua yakni pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman baik dari daun, buah, biji atau akar yang senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu. Pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk mengendalikan hama (bersifat insektisidal) maupun penyakit (bersifat bakterisidal) (Plantus, 2008). Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh biopestisida dalam mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae) pada tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.). Hipotesa Penelitian Pemberian biopestisida diduga memberikan pengaruh yang berbeda untuk menekan intensitas serangan hama ulat grayak (Spodoptera litura F.) pada tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.).

Kegunaan Penelitian - Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas Sumatera Utara, Medan. - Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam usaha pengendalian hama Spodoptera litura F.