BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

Oleh: Aulia Ihsani

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

6

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,


BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2001). Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya dan berlangsung kurang dari 14 hari (Depkes, 2003). Diare kronik adalah diare dengan atau tanpa disertai perdarahan, yang berlangsung selama 14 hari atau lebih dan tidak disebabkan oleh infeksi (Depkes, 2008). 2. Penyebab Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu infeksi (bakteri, virus, parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab lain. Namun yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Depkes, 2008). 3. Penyebaran kuman penyebab diare a. Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. b. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare. Menurut Dinkes (2008) perilaku tersebut antara lain: 1) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak. 2) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. 7

8 Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. 3) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak. 4) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar Sering beranggapan bahwa tinja bayi tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. 5) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman, karena botol susah dibersihkan. 4. Faktor-faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare menurut Dinkes Propinsi Jateng ( 2008 ) : a. Tidak memberikan ASI eksklusif pada bulan pertama dan ASI tidak diteruskan sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Shigella dan Vibrio cholera. b. Kurang Gizi. Beratnya penyakit, lama dan resiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi buruk. c. Campak. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat pada anakanak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita, virus campak menyerang sistem mukosa tubuh sehingga bisa menyerang saluran cerna. d. Imunidefisiensi / imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Acquired Imune Defisiensi Syndrom). Pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak pathogen dan mungkin juga berlangsung lama. 8

9 e. Secara proporsional, diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita (55%). Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali anak umur 25-59 bulan. 5. Faktor resiko penyakit diare, menurut Depkes RI ( 2003 ) a. Kualitas air bersih Air merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk kebutuhan hidup manusia namun juga menjadi media penularan paling penting dalam penyakit perut. b. Sarana air bersih Seseorang yang memiliki sarana air bersih akan lebih leluasa menggunakan air bersih untuk berbagai keperluan, termasuk untuk mandi, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada keluarga yang mempunyai sarana air bersih mengalami kesakitan diare 2 kali lebih sedikit dibanding pada keluarga yang tidak memiliki sarana air bersih. c. Kepemilikan dan pemanfaatan jamban keluarga Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat pembuangan tinja. Jamban berisiko menyebabkan gangguan bagi masyarakat, berupa estetika, kenyamanan dan kesehatan. Dari berbagai jenis jamban sebaiknya selalu tertutup sehingga tidak dimungkinkan sebagai tempat keluar masuknya serangga yang dapat menjadi vektor penyakit. d. Pembuangan sampah Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat menjadi indikator buruknya tingkat kesehatan lingkungan di suatu daerah. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber penularan penyakit, khususnya penyakit perut. Tempat pembuangan sampah yang baik : 1) Tidak menimbulkan bau 2) Tercegah dari terhamburnya sampah oleh binatang dan angin 3) Tercegah dari keluar masuknya vektor 4) Mencegah adanya aliran air pada tempat sampah 9

10 e. Kepemilikan SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah) SPAL merupakan sarana yang penting dalam mencegah pencemaran terhadap sarana air bersih. Limbah rumah tangga yang tidak terbuang dengan baik akan terserap oleh tanah yang pada akhirnya akan mencemari sumber air yang ada di sekitarnya. f. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar Salah satu cara penularan dari penyakit pencernaan adalah melalui tangan yang tercemar oleh mikroorganisme. Cuci tangan yang baik adalah dengan menggunakan sabun. Cuci tangan sebelum makan akan melindungi seseorang dari infeksi penyakit. g. Air minum Air merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk kebutuhan hidup manusia namun juga menjadi media penularan penyakit perut yang penting. Jenis bakteri yang sering digunakan sebagai indikator air bersih adalah kandungan E.coli dalam air. Dengan demikian untuk melindungi dari kesakitan penyakit perut, air yang diminum harus air yang telah dimasak. h. Sanitasi makanan Sanitasi makanan sangat penting untuk mencegah terjadinya foodborn diseases. Kejadian KLB diare sebagian melalui foodborn diseases. Foodborn diseases yang sampai saat ini menjadi penting dari kesakitan dan kematian di negara berkembang adalah tifoid. i. Pemberian ASI dan makanan tambahan Pemberian ASI sangat baik untuk bayi karena mengandung colostrums (ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan). Dari berbagai penelitian didapat hasil bahwa bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai resiko penyakit perut lebih besar daripada bayi yang mendapatkan ASI. Sedangkan pemberian makanan tambahan disesuaikan dengan umur anak sehingga makanan tambahan yang diberikan dapat dicerna dengan baik. 10

11 B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 1. Perilaku Menurut Green dalam Notoatmodjo (2010), mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Green menyatakan bahwa perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu: a) Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factor) Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. b) Faktor-faktor Pemungkin (enabling factor) Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku meliputi tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepai, jamban dan sebagainya. c) Faktor-faktor Penguat (reinforcing factor) Yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang meliputi orang tua, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, atau petugas yang lain. 2. Pengertian PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dalam hal kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes, 2009). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Dinkes Propinsi Jateng, 2006). 11

12 3. Tujuan PHBS a. Tujuan Umum Meningkatnya rumah tangga sehat. b. Tujuan Khusus 1) Meningkatnya pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). 2) Anggota keluarga berperan aktif dalam gerakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat (Dinkes Propinsi Jateng, 2006). 4. Manfaat PHBS a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit b. Anak tumbuh sehat dan cerdas c. Anggota rumah tangga giat bekerja d. Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota keluarga e. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan, dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga (Depkes,2009) 5. Indikator pelaksanaan PHBS di tatanan rumah tangga a. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum makan dan sesudah buang air besar (BAB) b. Penggunaan air bersih untuk keperluan sehari-hari c. Penggunaan jamban sehat d. Membuang sampah pada tempatnya e. Konsumsi gizi dalam jumlah cukup untuk mencapai gizi seimbang f. Bayi memperoleh ASI eksklusif sejak usia 0-6 bulan (Dinkes Propinsi Jateng,2006). 12

13 C. Pengetahuan 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni : a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (analisys) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. 13

14 e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. (Notoatmojo,2010). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Menurut Nursalam (2001), faktor-faktor tersebut adalah: a. Tradisi Tradisi adalah suatu dasar pengetahuan dimana setiap orang tidak dianjurkan untuk memulai mencoba memecahkan masalah. b. Autoritas Ketergantungan terhadap autoritas tidak dapat dihindarkan karena kita tidak dapat secara otomatis menjadi seorang ahli dalam mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi. c. Pengalaman seseorang Setiap pengalaman seseorang mungkin terbatas untuk membuat kesimpulan yang valid tentang situasi dan pengalaman sesorang diwarnai dengan penilaian yang bersifat sobyektif. d. Trial dan error Dalam menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita dalam menggunakan alternatif pemecahan melalui coba dan salah. e. Alasan logis Pemikiran ini merupakan komponen yang penting dalam pendekatan ilmiah, akan tetapi alasan yang rasional sangat terbatas 14

15 karena validitas alasan deduktif tergantung dari informasi dimana seseorang melalui. f. Metode ilmiah Pendekatan yang paling tepat untuk mencari suatu kebenaran karena didasari pada pengetahuaan yang terstruktur dan sistematis. D. Keluarga Pengertian sebuah keluarga adalah yang terdiri dari orang orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, anggota anggotanya saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain, mempunyai peran sosial dan menggunakan kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri (Friedman, 1998). Menurut Mubarak (2009), karakteristik keluarga adalah : 1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi. 2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu dengan lainnya. 3. Anggota keluarga berinteraksi satu dengan yang lain dan masingmasing mempunyai peran sosial sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik. 4. Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem. Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota, yaitu ayah, ibu dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka, sehingga dapat dipengaruhi oleh suprasistemnya, yaitu lingkungan atau masyarakat, keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (suprasistem). Oleh karena itu, betapa pentingnya peran dan 15

16 fungsi keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial dan spiritual. Jadi, sangatlah tepat bila keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan. Keluarga yang sehat di yakini akan mempunyai anggota yang sehat dan akan mewujudkan masyarakat yang sehat (Mubarak, 2009). Keluarga juga mempunyai fungsi fungsi yang seharusnya dilakukan agar tercipta keluarga yang bahagia, sejahtera seperti yang diidamkan semua orang. Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) meliputi: 1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan pesikososial anggota keluarga. 2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. 3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk memenuhi kebutuhan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. 4. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: 16

17 1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, 2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memutuskan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. 3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. 4. Memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga. Keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau 17

18 perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. Sumber sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, kekompakan antara anggota keluarga. 5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga keberadaan fasilitas kesehatan, keuntungan yang dapat diperoleh dan fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga (Friedman, 1998). E. Pengetahuan PHBS yang berkaitan dengan Diare 1. Pengertian pengetahuan tentang PHBS Pengetahuan tentang PHBS adalah hal apa yang diketahui oleh responden terkait perilaku hidup bersih dan sehat yang berkaitan dengan kejadian penyakit diare. 2. Pengukuran Pengetahuan tentang PHBS Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang PHBS meliputi : a. Pengertian PHBS b. Tujuan PHBS c. Manfaat PHBS d. Pelaksanaan PHBS 18

19 F. Kerangka Teori Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi Tradisi Autoritas Pengalaman seseorang Trial dan Error Alasan logis Metode ilmiah Sumber : Ket: Perilaku Faktor yang mempengaruhi Predisposing Enabling Reinforcing : diteliti Nursalam (2001), Green dalam Notoatmojo (2010) Gambar 2.1 Kerangka Teori Pengeta huan PHBS Diare Tidak Diare G. Kerangka Konsep PengetahuanPHBS keluarga yang balitanya diare Pengetahuan PHBS keluarga yang balitanya tidak diare Gambar 2.2 Kerangka Konsep H. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006). Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan PHBS pada keluarga yang balitanya diare dan pengetahuan PHBS pada keluarga yang balitanya tidak diare. I. Hipotesa Hipotesa adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang dirumuskan di dalam rencana penelitian (Notoatmodjo, 2005). Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada perbedaan pengetahuan PHBS pada keluarga yang balitanya mengalami diare dengan yang tidak diare di Desa Lebakbarang Kabupaten Pekalongan. 19