BAB I PENDAHULUAN. prevalensi karies sebesar 53,2%. Walaupun jumlah angka karies tinggi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari ke dentin berlanjut ke

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menilai kesehatan rongga mulut secara umum. Kebiasaan yang sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menjadi perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 1. Kelenjar saliva 19

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan derajat keasaman ph saliva antara sebelum

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi dan mulut di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB 1 PENDAHULUAN. pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Riskesdas menunjukan bahwa 70 % anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak merupakan penyebab utama dari penyakit periodontal (Manson

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies atau gigi berlubang adalah permasalahan yang sering dijumpai di rongga mulut yang memiliki angka prevalensi yang tinggi di Indonesia (Hermawan, 2010). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 di Indonesia prevalensi karies sebesar 53,2%. Walaupun jumlah angka karies tinggi, namun karies masih sering menjadi hal yang kurang diperhatikan oleh masyarakat. Salah satu penyebab utama karies adalah karena adanya penumpukan plak di permukaan gigi (Mukti,2014). Plak gigi merupakan deposit lunak yang menempel pada pada permukaan gigi yang terdiri dari mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler. (Mukti, 2014). Plak terdiri atas 80% air dan 20% yang tersusun dari komponen anorganik (kalsium, fosfor dan fluorida) dan komponen organik (karbohidrat, protein dan lemak) (Haake dkk, 2006). Pada awal terbentuk plak, terdapat beberapa bakteri yang terkandung dalamnya yaitu Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis dan Streptococcus salivarius. Bakteri yang terkandung dalam plak memiliki enzim glucosyltransferase yang dapat memetabolisme karbohidrat menjadi asam yang dapat menyebabkan penyakit gigi dan mulut (Venkataramaiah dan Biradar, 2011). 1

2 Plak berperan besar dalam menyebabkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penumpukan plak dapat mengakibatkan adanya inflamasi pada ginggiva dan jaringan sekitarnya yang dapat menyebabkan gigi goyah dan hilangnya gigi (Peter dkk, 2004). Penyakit periodontal merupakan masalah yang terjadi pada bagian jaringan lunak dan jaringan pendukung gigi yang disebabkan karena adanya inflamasi yang dikarenakan adanya mikroorganisme pada permukaan gigi sehingga timbul reaksi pertahanan diri dari tubuh. Apabila hal tersebut tidak dilakukan pengendalian maka akan menyebabkan terjadinya penyakit periodontal dan karies gigi (Marsh dkk, 2006). Dalam proses pengendalian plak, saliva merupakan salah satu agen dalam proses pengendalian tersebut dengan cara mekanis maupun kimiawi. Saliva merupakan gabungan dari berbagai cairan dan komponen yang diekskresikan ke dalam rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor (parotid, submandibular, dan sublingual) serta sejumlah kelenjar saliva minor (Rizqi dkk, 2013). Saliva normalnya memiliki viskositas atau kekentalan yang berbeda pada setiap individu, viskositas saliva dipengaruhi beberapa faktor. Viskositas saliva merupakan salah satu pengendalian plak melalui saliva secara mekanis dan kimiawi dimana semakin besar viskositas tersebut dapat berpengaruh dalam perananya untuk meminimalisir dari plak (Tumilasci dkk, 2006). Proses pembentukan karies gigi dapat dihambat oleh peranan saliva yang merupakan media dalam proses remineralisasi jaringan keras gigi

3 terutama jaringan email, dan daya hambat tersebut meningkat secara signifikan bila terdapat ion kalsium, ion fosfat dan ion fluor yang terkandung di dalam saliva. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak, saliva juga mempengaruhi ph plak (Panna, 2012). Dalam mengurangi mikroorganisme dalam rongga mulut, saliva berperan penting dalam pembersihan mekanis, yang dapat mengurangi jumlah plak pada rongga mulut, pengaruh buffer dalam menjaga kesimbangan ph dapat ditekan dan proses demineraliasi dan penyakit periodontal dapat dicegah (Sanchez dkk, 2013). Jika aliran saliva berkurang atau menjadi sedikit, akibat produksi saliva pada kelenjar salivarius terhambat baik disebabkan karena kelainan fisologis maupun patologis maka penyakit karies tidak akan terkendali (Anggraeni, 2013). Keasaman saliva dapat diukur dengan satuan ph. Skala ph berkisar 0-14, dengan perbandingan terbalik, di mana makin rendah nilai ph makin banyak asam dalam larutan. Sebaliknya, meningkatnya nilai ph berarti bertambahnya basa dalam larutan. Pada ph 7, tidak ada keasaman atau kebasaan larutan, dan disebut netral. Saliva secara normal sedikit asam phnya 6,5 dan dapat berubah sedikit dengan perubahan kecepatan aliran dan perbedaan waktu dalam sehari, titik kritis untuk kerusakan gigi adalah 5,7; dan ini terlampaui sekitar 2 menit setelah gula masuk dalam plak (Hapsari, 2011).

4 Konsumsi makanan berserat meningkatkan rangsangan dari pengeluaran saliva, dimana pada saliva terkandung zat-zat substansi antibakteri, senyawa glikoprotein, kalsium dan flouride yang berguna untuk gigi dan jaringan pendukungnya. Buah-buahan merupakan makanan berserat yang mengandung serat cukup tinggi dibandingkan makanan lainya, contoh buah yang memiliki serat yaitu stroberi dan jambu biji, dimana jambu biji memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dibandingkan stroberi yang akan mempengaruhi sekresi dari saliva ( Irene, 2010). Buah stroberi menunjukan tingkat ph yang cenderung tidak terlalu tinggi hal tersebut juga dipengaruhi oleh adanya kandungan gula pada buah stroberi sehingga mempengaruhi dari ph stroberi tersebut (Novianty, 2008). Buah stroberi juga mengandung zat-zat aktif flavonoid yang merupakan salah satu dari kelompok antioksidan yaitu polifenol. Polifenol yang terkandung dalam stroberi adalah asam elagik, antosianin dan katekin. Katekin memiliki kemampuan dalam mengurangi pembentukan plak gigi yang terutama disebabkan oleh Streptococcus mutan dengan cara bakterisidal yang mengakibatkan terganggunya struktur tiga dimensi protein sel bakteri sehingga menjadi terbuka dan acak tanpa merusak struktur kerangka kovalennya sehingga protein pada sel bakteri terdenaturasi, aktivitas biologisnya rusak dan menyebabkan protein tidak mampu menjalankan fungsinya (Agrawal dkk, 2010). Kemampuan katekin dalam menghambat proses glikosilasi, bekerja secara kompetitif dengan glukosiltransferase (GTFs) dalam mereduksi sakarida yang merupakan

5 bahan dasar proses glikosilasi, sehingga pembentukan polisakarida ekstraselular pada bakteri terhambat (Mukti, 2014). Buah jambu biji juga dapat digunakan untuk pencegahan plak dan penyakit periodontal selain itu buah ini juga cukup efektif dalam meningkatkan indeks kebersihan dalam rongga mulut (Mandalika dkk, 2014). Buah jambu biji memiliki kandungan flavonid yang bersifat antiplak dengan mencegah pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans (Prabu dkk, 2006). Selain dari kandungan tersebut jambu biji juga merupakan buah yang memiliki serat tinggi (Astawan, 2013). Pada penelitian yang dilakukan oleh Hermawati (2013) jambu biji cukup efektif dalam menurunkan indeks plak yaitu sebesar 0,3910 dibandingkan dengan buah apel yang hanya menurunkan indeks plak sebesar 0,366. Dari latar belakang tersebut peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keefektivitasan buah stroberi dan buah jambu biji dalam menurunkan skor plak dan ph saliva. B. Rumusan Masalah Bagaimana perbedaan efektivitas mengonsumsi buah stroberi dan buah jambu biji dalam menurunkan skor plak dan ph saliva? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan efektivitas konsumsi buah stroberi dan jambu biji dalam menurunkan skor plak dan berpengaruh terhadap ph saliva.

6 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui skor plak sebelum dan sesudah mengonsumsi buah stroberi ( Fragaria chiloensis L.)dan buah jambu biji ( Psidium guajava L.). b. Mengetahui ph saliva sebelumdan sesudah mengonsumsi buah stroberi ( Fragaria chiloensis L.) dan buah jambu biji ( Psidium guajava L.). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan tentang efek buah stroberi dan buah jambu biji terhadap plak dan ph saliva pada kesehatan gigi dan rongga mulut. 2. Manfaat Praktis a. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi dokter gigi dan masyarakat mengenai cara pencegahan terjadinya karies dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. b. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai manfaat buah stroberi dan buah jambu biji dalam menurunkan skor plak dan ph saliva.