BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa keberhasilan yang telah dicapai pada skala nasional tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

P E N U T U P P E N U T U P

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BERITA RESMI STATISTIK

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur


BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi pilar-pilar pertumbuhan ekonomi

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008.

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal.

Tabel 2.25 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur Tahun Keterangan

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTARA WILAYAH UTARA DAN SELATAN PROVINSI JAWA TIMUR

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

TIPOLOGI DAYA SAING KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

SWOT Analysis PotensidanStrategi Pengembangan Bisnis pada Cluster Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota di Jawa Timur

PENENTUAN LEADING SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980

LOKASI SEKTOR UNGGULAN di JAWA TIMUR

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertumbuhan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan yang telah dicapai pada skala nasional tidak terlepas dari pembangunan daerah, sebagaimana disebutkan dalam GBHN (Garisgaris Besar Haluan Negara) bahwa Pembangunan daerah dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional serta untuk meningkatkan hasil-hasil pembangunan daerah bagi masyarakat secara adil dan merata. Lebih dari itu, dalam proses pembangunan dilakukan upaya yang bertujuan mengubah struktur perekonomian kearah yang lebih baik (Mudrajad, K. 2006:45). Tujuan utama usaha-usaha pembangunan ekonomi selain upaya menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, pembangunan harus pula berupaya untuk menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran atau upaya untuk menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk. Kesempatan kerja bagi penduduk masyarakat akan memperoleh pendapatan untuk memenuhi kehidupannya (Todaro, 2011:24). Dari tujuan tersebut tidak semua negara mampu memenuhi tujuan tersebut secara bersamaan, terutama negara yang sedang berkembang biasanya lebih 1

2 mengutamakan pertumbuhan ekonomi namun belum bisa memenuhi pemerataan ekonomi sehingga terjadi kesenjangan di beberapa daerah. Masalah tersebut menandakan tidak ada pergerakan-pergerakan pertumbuhan ekonomi dari pusat pertumbuhan, bahkan justru memperparah kesenjangan ekonomi antar daerah (Kuncoro, 2003). Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut, upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya yang ada harus memperkirakan potensi dari sumber apa saja yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. (Arsyad, 1999). Pemerintah Pusat telah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah baik untuk mengatur urusan pembangunan ekonominya sendiri. Pemberlakuan otonomi daerah juga berarti Pemerintah Daerah harus memiliki rencana ekonomi daerah yang baik untuk menyediakan kesejahteraan bagi penduduknya. UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, akan membawa angin segar bagi daerah untuk dapat menggali dan mengembangkan potensi ekonomi secara mandiri sehingga ketimpangan antar

3 penduduk, antardaerah dan antar sektor secara bertahap dapat diperkecil (Arifin, S. 2008). Menurut Wahyudi dalam Restutin (2009: 78-79), untuk dapat tumbuh dengan cepat, suatu daerah perlu memiliki satu atau lebih pusat-pusat pertumbuhan regional yang memiliki potensi paling kuat. Apabila daerah ini kuat maka akan terjadi perembetan pertumbuhan bagi daerah-daerah yang lemah. Pertumbuhan ini akan berdampak positif bagi daerah-daerah yang lemah. Pertumbuhan ini akan berdampak positif terhadap daerah-daerah yang terdapat disekitarnya. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang lebih merata di seluruh tanah air, diusahakan keserasian laju pertumbuhan antar daerah dan dalam masing-masing daerah. Hal ini berarti memerlukan suatu kemauan politik yang cukup kuat untuk mengurangi ketimpangan pendapatan antar daerah dengan menggunkan instrumen kebijakan Pemerintah (Arsyad, 2004). Aktivitas ekonomi di Indonesia terpusat pada pulau yang memiliki jumlah penduduk terpadat, yaitu di Pulau Jawa. Aktivitas ekonomi, khususnya industri manufaktur, cenderung terkonsentrasi secara spasial di Pulau Jawa. Di Pulau Jawa terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini hampir terjadi di seluruh Provinsi yang ada di Pulau Jawa, tidak terkecuali di Provinsi Jawa Timur yang setiap tahunnya memiliki nilai pertumbuhan yang pesat (Todaro, 2011) Dalam Provinsi Jawa Timur sendiri terbagi menjadi 38 Kabupaten/Kota, yang terdiri dari 29 Kabupaten dan 9 Kota. Salah satu pembangunan daerah Jawa Timur, secara terus menerus dikembangkan menjadi barometer ditingkat nasional.

4 Konsep pembangunan Provinsi Jawa Timur dilakukan melalui empat koridor yaitu : 1 Koridor Utara Selatan terdiri dari Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Blitar, Kota Surabaya, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Malang, Kota Batu, dan Kota Blitar. 2 Koridor Barat Daya terdiri dari Kabupaten Jombang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kota Kediri, dan Kota Madiun. 3 Koridor Timur terdiri dari Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, dan Kota Probolinggo. 4 Koridor Utara terdiri dari Kabupaten Lamongan, Kabupaten Tuban, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu pembangunannya diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara keseluruhan PDRB tersebut menunjukkan kemampuan suatu daerah tertentu dalam menghasilkan pendapatan dalam proses produksi yang telah dilakukan di daerah tersebut.

5 Tabel 1.1 Rata-rata PDRB Di Empat Koridor Provinsi Jawa Timur (miliar rupiah) Koridor 2014 2015 Rata-rata Utara Selatan 745.719,80 788.659,40 767.189,60 Barat Daya 398.504,30 465.834,20 432.169,25 Timur 147.986,00 155.870,00 151.928,80 Utara 146.086,30 153.854,90 149.970,35 Sumber: PDRB Provinsi Jawa Timur, 2016, (data diolah) Dari data diatas dapat diketahui bahwa Koridor Utara memiliki rata-rata PDRB terendah apabila dibandingkan dengan Koridor Lainnya yaitu sebesar 149.970,35. PDRB per kapita tersebut juga merupakan indikator lain yang menunjukkan telah terjadi ketimpangan pendapatan antar daerah. Ketimpangan distribusi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi merupakan masalah yang dihadapi dalam proses pembangunan. Menurut Emilia dan Imelia (2006), indikator yang digunakan untuk menganalisis ketimpangan antar wilayah, diantaranya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Konsumsi Rumah Tangga Perkapita, Kontribusi Sektoral terhadap PDRB, Tingkat Kemiskinan dan Struktur Fiskal. Karena itu tantangan yang perlu dijawab adalah bagaimana membuat Koridor Utara yang meliputi Kabupaten Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Ngawi, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep bisa mempunyai PDRB yang setara dengan Kabupaten/Kota lain di Jawa Timur. Berdasarkan hal tersebut di

6 atas, dalam penelitian ini akan difokuskan pada Koridor Utara Provinsi Jawa Timur, karena seperti telah diketahui bahwa kondisi perekonomian Koridor Utara selama kurun waktu 2014-2015 tersebut bisa dikatakan sebagai wilayah yang pertumbuhan ekonominya masih tertinggal dengan melihat Jumlah PDRB ADHK yang mana hal tersebut menjdai indikator bahwa pertumbuhan ekonominya masih rendah dibanding dengan 3 Koridor di Jawa Timur yang sudah terlebih dahulu maju. Atas dasar fakta tersebut maka dalam rencana penelitian ini akan diteliti dan di analisis tingkat Pertumbuhan ekonomi dan mengklasifikasikan beberapa daerah menurut tingkat pertumbuhannnya serta mengetahui tingkat Ketimpangan Pendapatan di dalam Koridor Utara untuk selanjutnya menjadi acuan proses pembangunan ekonomi di wilayah yang diteliti B. Rumusan Masalah Perumusan masalah penelitian merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan kajian masalah. Terkait dengan hal ini, maka masalah dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut : Dengan memperhatikan latar belakang diatas tentang pentingnya pertumbuhan dan ketimpangan pendapatan antar Kabupaten/Kota di Koridor Utara Proinsi Jawa Timur, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1 Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten/Kota di Koridor Utara Provinsi Jawa Timur selama periode 2011-2015? 2 Bagaimana Klasifikasi berdasarkan Tipologi Klassen antar Kabupaten Di Koridor Utara Provinsi Jawa Timur selama periode 2011-2015?

7 3 Seberapa besar tingkat Ketimpangan Pendapatan antar Kabupaten/Kota di Koridor Utara Propinsi Jawa Timur selama periode 2011-2015? 1. Batasan Masalah Penelitian ini terdapat bechmark (tolak ukur) yang menjadi indikator tujuan dalam penelitian. Berdasarkan perumusan masalah penelitian ini, maka ruang lingkup pembahasan difokuskan pada orientasi pada analisis seberapa besar tingkat pertumbuhan ekonomi dan besarnya tingkat ketimpangan pendapatan di Koridor Utara Propinsi Jawa Timur setelah dilihat bahwa Di Koridor Utara Jawa Timur merupakan wilayah dengan nilai PDRB rata-rata terendah pada tahun 2014-2015. Dibandingkan dengan 3 Koridor lainnya di Provinsi Jawa Timur yakni koridor Utara Selatan, Barat Daya, dan Timur. Dimana Koridor Utara memiliki Rata-rata PDRB sebesar 149.970,35. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mengimplikasikan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilakukannya orientasi penelitian terhadap suatu masalah yang telah dikemukan pada bagian sebelumnya. Tujuan dalam penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalh penelitian. Bertolak dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1 Untuk mengidentifikasi besarnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Koridor Utara Provinsi Jawa Timur. 2 Mengetahui klasifikasi antar Kabupaten/Kota di Koridor Utara Provinsi Jawa Timur berdasarkan Tipologi Klassen.

8 3 Menganalisa besarnya Ketimpangan Pendapatan Kabupaten/Kota di Koridor Utara Provinsi Jawa Timur D. Kegunaan Penelitian Setiap penelitian tentu mempunyai kegunaan (manfaat) penelitian yang berguna bagi lembaga pendidikan, bagi perusahaan yang dijadikan objek penelitian dan juga dapat berguna bagi peneliti itu sendiri. Adapun kegunaan (manfaat) penelitian ini adalah: a. Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur 1.) Sebagai Kontribusi pemikiran dan saran untuk bahan evaluasi yang bermanfaat dalam melakukan reftifikasi perencanaan pembangunan perekonomian dan dalam hal penentuan formulasi kebijakan alternatif dalam mengembangkan sasaran pembangunan sektor ekonomi ekonomi dalam mewujudkan prinsip good governance secara inklusif. 2.) Memberikan manfaat informasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah Propinsi serta Instansi terkait dalam strategi penyusunan perencanaan dan kebijakan pembangunan Perekonomian Daerah. b. Bagi Peneliti lain Dapat menambah referensi bagi peneliti-peneliti yang lain di masa mendatang, sehingga dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai kontribusi acuan dan bahan referensi untuk pengembangan penelitian berikutnya.

9