6.4 Pembenihan Ikan Bandeng

dokumen-dokumen yang mirip
Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

MODUL: BUDIDAYA Chlorella

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBENIHAN TERIPANG PUTIH (Holothuria scabra)

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

Modul Praktikum Plankton Budidaya Daphnia sp. Tim Asisten Laboratorium Planktonologi FPIK UNPAD

HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

MODUL: PEMELIHARAAN LARVA SAMPAI UKURAN PASAR

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

BAB 3 BAHAN DAN METODE

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

METODE PENELITIAN. Materi Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN. Untuk mendukung usaha tersebut dibutuhkan Balai Benih Ikan. ikan. Ketika usaha pemeliharaan atau pembesaran berkembang dibutuhkan bibit

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

III. BAHAN DAN METODE

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

MODUL: PEMELIHARAAN LARVA SAMPAI BENIH

MODUL: PENETASAN Artemia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella

METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB III BAHAN DAN METODE

MODUL: PEMIJAHAN INDUK IKAN TETRA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya ikan lele

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

ini bisa dilakukan di medan yang tidak memungkinkan untuk II. Budidaya Ikan tele di Kolam Terpal Kolam terpal

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pematangan Gonad di kolam tanah

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

MODUL: PENEBARAN NENER

III. BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011

MODUL TEACHING FACTORY

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 3 BAHAN DAN METODE

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

Ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal) Bagian 3: Produksi benih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBENIHAN DAN PEMBESARAN ABALON Haliotis squamata DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT LOMBOK, LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan 5.2 Lokasi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

Bisnis Ternak Ikan Lele

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

BAB III METODE PENELITIAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

6.4 Pembenihan Ikan Bandeng 6.4.1 Pemeliharaan Induk 1) Persiapan bak pemeliharaan induk Wadah yang digunakan dalam pemeliharaan induk ikan bandeng yaitu bak beton berbentuk silinder dan berjumlah tiga buah dengan diameter 12 m, tinggi 3 m, dengan volume air berjumlah 300 m 3. Bentuk dan ukuran bak disesuaikan dengan banyaknya jumlah induk yang akan dipelihara. Bak pemeliharaan induk ikan bandeng dilengkapi dengan pipa pengeluaran dan pipa pemasukan. Pada bagian tengah bak dipasang pipa berukuran 8 inci yang berfungsi sebagai saluran pengeluaran dasar bak memiliki kemiringan 5 o dari sisi bak kearah tengah bak. Pada bagian atas terdapat pipa dengan diameter 4 inch yang berfungsi sebagai saluran pemasukan, dan juga dilengkapi dengan pembuangan atas yang berdiameter 4 inci. Kolam pemeliharaan induk dilengkapi dengan jaring penutup agar pada saat malam hari ketika induk melakukan pemijahan alami, induk tidak sampai terhempas dari bak tersebut. Kolam pemeliharaan induk juga dilengkapi dengan bak penampungan telur yang berbentuk kotak dengan kedalaman 1 m yang berfungsi untuk menempatkan jaring pengapung tekur ( Egg Collector) yang berukuran panjang 1,5 m, lebar 30 cm dan mata jaring 200 mikron. Bak ini ditempatkan disebelah ujung pembuangan atas. Fungsi pipa pembuangan atas adalah untuk memudahkan dalam pemanenan telur ikan bandeng dipagi hari. Dilengkapi dengan aerasi yang di letakkan dibagian pinggir bak, yang berfungsi sebagai penyalur oksigen serta mencegah penumpukan sisa pakan serta kotoran dan zat amoniak lainnya. 2) Pengadaan air induk Kualitas air atau mutu air yang akan digunakan untuk memelihara ikan bandeng harus diperhatikan. Dengan kualitas air yang baik, maka ikan bandeng akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Air yang digunakan dalam pemeliharaan induk ikan bandeng yaitu air laut yang berasal dari laut yang kemudian diendapkan ditandon, kemudian air laut dipompa dialirkan kedalam send filter yang terdiri dari lapisan pasir kwarsa, dan arang. Air laut dipompa ketower air untuk dialirkan secara grafitasi ke bak-bak larva pemeliharaan larva dan induk. Air laut yang telah mengalami proses filtrasi dari bak filter ke tandon bisa langsung digunakan untuk pemeliharaan induk. Pergantian air dilakukan dengan menurunkan 50% air setiap harinya dengan sistem pemasukan air tetap mengalir, ketinggian air

dikembalikan ke batas maksimalnya bak induk setelah jam 16.00. Pompa air laut dijalankan trus menerus selama 24 jam. 3) Pemberian pakan induk ikan bandeng Pakan merupakan salah satu faktor utama bagi kelangsungan hidup ikan bandeng dalam pertumbuhan dan kematangan gonad jenis pakan yang diberikan kepada induk ikan bandeng adalah pakan terapung berupa pellet dengan kandungan protein 35%. Pakan induk ikan bandeng mengandung nutrisi lengkap untuk menunjang masa perkembangan gonad ikan. Pakan induk yang diberikan sesuai dengan bukaan mulut ikan, cara pemberian pakan dengan menebar diatas permukaan air. Pakan dikayakan terlebih dahulu agar mempercebat kematangan gonad dan meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan. Ikan bandeng mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Dihabitat aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis seperti plankton, udang renik, jasad renik dan tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan ukuran mulutnya. Pada waktu larva ikan bandeng tergolong karnivora, kemudian pada ukuran nener menjadi omnivora, pada ukuran juvenil termasuk kegolongan herbivora dimana pada fase ini juga ikan bandeng sudah bisa makan pakan buatan perupa pellet, setelah dewasa ikan bandeng kembali berubah menjadi omnivore lagi karena mengkonsumsi algae, zooplankton, bentos lunak, dan pakan buatan berbentuk pellet (Aslamsyah,2008) Pengkayaan pakan yang digunakan adalah madu,vitamin C, scotts dan egg stimulant, progol, minyak ikan, natur E 2 kapsul. Cara pengkayaan pakan induk bandeng yaitu mencampur semua bahan dengan komposisi yang digunakan yaitu: madu sebanyak 50 gr, scotts 10 ml, minyak ikan 10 ml, vitamin C 5 ml,. komposisi ini untuk 8 kg pakan selanjutnya diaduk secara merata dan kemudian dituangkan ke pakan yang akan dikayakan dan dicampur secara merata. Pakan yang sudah dikayakan lalu disimpan diatas wadah plastic dan dibiarkan di anginkan selama 30 menit agar bahan pengkayaan meresap kedalam pakan, pemberian pakan induk ikan bandeng sebanyak 3 kali sehari yaitu pukul 07.00, 12.00 dan 16.00. 4) Pemijahan Pemijahan ikan bandeng iyalah pemijahan alami, dimana media pemijahan ikan dilakukan manipulasi pasang surut air, dimana pasang surut air disesuaikan dengan pasang surut air laut seperti habitatnya. Pemijahan ikan bandeng umumnya terjadi pada malam hari, induk jantan mengeluarkan sperma dan induk betina mengeluarkan telur sehingga fertilisasi terjadi secara eksternal.

6.4.2 Penanganan Telur 1. Pemanenan telur Pemanen telur ikan bandeng dilakukan setiap hari jika ikan bandeng bertelur malam harinya. Panen telur dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.30, dengan adanya dorongan arus air dari saluran pemasukan yang masuk kedalam permukaan bak pemeliharaan dan bak pemijahan, maka telur dari ikan bandeng akan tertampung pada Egg Collector. Proses ini bertujuan untuk memudahkan dalam pemanenan telur. Telur yang terkumpul harus tetap terkena air agar kualitas telur tidak rusak. Setelah itu telur diletakkan kedalam baskom dan siap untuk dipindahkan kedalam ton fiber glass inkubasi. 2. Seleksi telur Sebelum menyeleksi telur, terlebih dahulu diinkubasi selama 2-6 jam dalam bak fiber glass yang berbentuk kerucut diberi aerasi. Proses sleksi telur ini bertujuan untuk memisahkan antara telur yang bagus dan telur yang rusak dan yang tidak terbuahi, telur yang bagus yaitu telur akan melayang-layang dan mengapung diatas permukaan air. Sedangkan telur yang rusak akan tenggelam didasar tong fiber glass. Setelah semua telur yang mati berkumpul di dasar bawah, maka telur yang rusak akan ikut terbuang bersama kotoran. 6.4.3 Penanganan Larva dan Nener 1) persiapan bak pemeliharaan Bak pemeliharaan larva berada didalam indoor yang beratap transparan, jadi masih dapat tembus oleh cahaya sinar matahari. Bak yang digunakan untuk pemeliharaan larva menggunakan bahan yang terbuat oleh beton yang berbentuk persegi panjang dengan kapasitas 7 m 3. Sebelum digunakan, bak pemeliharaan dibersihkan terlebih dahulu. Bak disikat hingga bersih dan dibilas kemudian dibersihkan lagi menggunakan air laut. Tujuannya untuk membersihkan lumut dan kotoran yang menempel pada dinding dan dasaar bak. Setelah semua dicuci bersih kemudian pemasangan selang aerasi dan pengisian air laut kedalam bak pemeliharaan larva yang telah disiapkan dan disaring dengan menggunakan filter bag. 2) Penebaran telur Dalam melakukan penebaran telur perlu diperhatikan alat dan bahan yang digunakan adapun cara melakukan penebaran telur adalah: 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti seser, baskom, sendok takar telur. 2. Telur yang sudah di pindahkan ke bak fiber glass berbentuk krucut di inkubasi selama 2-6 jam.

3. Kemudian mematikan aerasi yang ada pada tong fiber glass dan memutar air yang ada pada tong fiber glass menggunakan tangan. 4. Setelah air tenang maka akan terlihat terlur yang baik dan telur yang tidak baik, dimana telur yang baik melayang-layang dipermukaan air dan telur yang tidak baik berada pada dasar tong fiber glass krucut. Telur yang tidak baik dikeluarkan lewat bawah. Setelah itu telur yang baik di ambil menggunakan seser dan dimasukkan kedalan baskom yang telah disediakan dan di hitung menggunakan sendok ukur. 5. Setelah perhitungan selesai dilakukan maka telur siap ditebar kedalam bak pemeliharaan larva. Padat tebar telur 20-30 butir/liternya dan perhitungan telur yang telah di inkubasi menggunakan sendok susu bubuk dengan jumlah 1 sendok berkisar antara 7000 butir telur ikan bandeng. 6. Penebaran telur dilakukan secara hati-hati dan perlahan-lahan dan ditebar secara merata kedalam bak pemeliharaan. 3) Pemberian pakan benih ikan bandeng Ketersediaan pakan sangat menentukan dalam keberhasilan pemeliharaan larva ikan bandeng. Pemberian makanan pada pada larva ikan bandeng harus sesuai dengan bukaan mulut benih. Jadi beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada benih ikan bandeng antara lain jenis makanan, jumlah pakan, waktu dan frekuensi serta cara pemberian pakan. apabila bukaan mulut larva kurang sempurna dan tidak ada kesesuian dalam menangkap makanan alami maka larva akan banyak mengalami stress dan pada akhirnya mati. Lebar bukaan mulut benih ikan bandeng 225 mikon dan panjang rahang 200 mikron. Makanan yang cocok untuk bagi benih ikan bandeng yang sesuai dengan bukaan mulutnya yaitu Rotifer, yang ukurannya kurang dari 200 mikron. Larva bandeng mulai makan pada saat larva berumur tiga hari, dimana pada saat itu cadangan makanan (Yolk Egg) sudah habis diserap. Pada masa itu merupakan masa kritis bagi larva karena organ pencernaannya mulai dalam tahap penyempurnaan. Menurut (Anindistuti dkk 1995), bekal kuning telur pada larva bandeng hanya cukup untuk persediaan selama tidak lebih dari tiga hari, setelah itu larva harus aktif mengambil makanan dari sekitar lingkungannya. Pada saat larva berumur 3 hari sudah mulai diberikan pakan alami berupa Rotifera. Pemberian pakan alami pada larva bandeng dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari setelah pemanenan Rotifer. Dosis pemberian pakan alami dan pakan buatan dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini :

Tabel 1. Dosis Pemberian pakan alami dan pakan buatan Umur Dosis Pakan Alami Dosis Pakan Buatan 0-2 D - - 3-11 D 5-10 ind/ml - 12-25 D 15-25 ind/ml 5-10 gram/m 3 4) Kualitas Air Pemeliharaan Larva Ikan Bandeng Pengelolaan kualitas air bertujuan untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan agar tetap optimal untuk pemeliharaan larva ikan bandeng. Adapun pengelolaan kualitas air yang dilakukan yaitu dengan cara penyiponan, pergantian air dan sirkulasi air. Penyiponan dilakukan selama pemeliharaan larva bandeng dan dilakukan sebanyak 3 kali, penyiponan pertama dilakukan saat larva berumur 2 hari setelah menetas. Karena masih ada telur yang tidak menetas bila tidak di sipon akan membusuk dan menjadi amoniak dan akan menjadi racun bagi larva. Penyiponan kedua dilakukan pada larva berumur 10 hari penyiponan ini dilakukan agar sisa pakan, fases larva dan larva yang mati berada didasar bak dikeluarkan. Penyiponan perlu juga dilakukan pergantian air dan sirkulasi air agar kualitas air media pemeliharaan larva tetap stabil. 5) Pemanenan Nener Pemanenan adalah suatu unit kegiatan akhir dalam pembenihan ikan bandeng. Panen larva ikan bandeng dilakukan dengan cara pemanenan larva dimulai dengan menurunkan volume air sebanyak 80%, kemudian kelambu panen dipasang pada ujung pipa pengeluaran air bak larva. Jika nener sudah terlihat banyak yang tertampung di dalam kelambu panen segera diseser dan dipindahkan ke bak sortiran untuk disortir dan dipelihara. Waktu pemanenan nener dilakukan pada pagi hari atau Malam hari. Pemanenan dilakukan pada saat nener berumur 23 hari (D23) sampai larva berumur 25 hari (D25) atau ketika benih telah mencapai ukuran 12 mm dengan berat 0,006 gram dan saat penampakan morfologisnya sudah menyamai bandeng dewasa. Menurut Anindiastuti (1995). Nener yang tumbuh normal dan sehat umumnya berukuran panjang 12-16 mm dan berat 0,006-0,012 gram dapat dipelihara sampai umur 25 hari saat penampakan morfologisnya sudah menyamai bandeng dewasa. (Ghufron dan Kordi, 2005), menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup larva ikan bandeng selama 20 sampai 25 hari yaitu berkisar 65% sampai 80%. Tingginya tingkat kelangsungan hidup larva ikan bandeng diakibatkan oleh pengelolaan air media pemeliharaan

yang terkontrol serta jumlah dan jenis pakan yang diberikan pada larva yang sudah tepat sesuai dengan kebutuhannya. 6) Pengelolaan Pakan Alami Larva Dan Nener Ikan bandeng 1. Fitoplankton ( Chlorella sp ) Jenis fitoplankton yang dikultur adalah Chlorella sp. Chlorella sp adalah salah satu alga hijau yang bersel tunggal yang termasuk dalam filum Chlorophyta, kelas Chlorophyceae, dan ordo Chlorococales. Warnanya hijau cerah hidup di air tawar, tetapi ada juga yang hidup di air asin. Kandungan nutrisinya yaitu protein 30% karbohidrat 20%, dan lemak 15% (Rachmansyah,2004,). Bak yang digunakan untuk kultut Chlorella sp tersebut dari bahan beton yang bervolume 20 m ᶾ untuk memperoleh bibit murni dimulai dari skala laboratorium. Kemudian untuk kultur sekala massal dilakukan dengan menggunakan bak yang bervolume 20 m ᶾ. unuk memperoleh bibit murni dimulai dari skala laboratorium. Kemudian untuk kultur skala massal dilakukan dengan menggunakan bak yang bervolume 20m 3 dengan bibit ½ dari bagian kultur. Pemberian nutrient untuk Chlorella sp yakni pupuk urea, ZA dan TSP. Komposisi pupuk yang digunakan yaitu: Urea 400 g, ZA 200 g, dan TSP 200 g setiap bak kultur yang bervolume 20 mᶾ. Dosis pupuk disesuaikan dengan bak kultur dan untuk pupuk susulan 50% dari dosis pemupukan awal. Apabila dalam pemeliharaan Chlorella sp media kultur berbusa, tandanya Chlorella sp terkontaminasi oleh Rotifera yang akan menyebabkan Chlorella sp mati, untuk itu perlu dilakukan pemberian kaporit pada saat media kultur berbusa tujuannya untuk menjaga Chlorella sp tidak terkontaminasi. Pemanenan Chlorella sp dilakukan menjelang puncak populasinya, yaitu pada hari ke 4. Pemanenan dilakukan dengan cara menggunakan selang yang sudah disambungkan dengan pompa celup. Bak Chlorella sp berjumlah 12 petak, bak ini juga dilengkapi dengan pipa berukuran 3 inch. Air yang digunakan untuk kultur massal Chlorella sp ini merupakan air dari laut yang disaring menggunakan fileter bag. 2. Zooplankton (Rotifer) Pada lokasi praktek, jenis zooplankton yang di kembangkan untuk pememeliharaan larva ikan bandeng adalah Rotifer. Rotifer merupakan pakan larva bandeng, Rotifer mempunyai protein yang cukup tinggi sehingga cocok untuk pakan larva bandeng. Kultur Rotifer diperoleh dari bibit skala laboratorium. Cara kultur Rotifer yaitu dengan cara bak kultur dibersihkan terlebih dahulu diding dan dasar bak di sikat lalu di bilas dengan air yang mengalir. Setelah bersih selanjutnya mengisi ½ kultur massal Rotifer sebagai inokulan. Selanjutnya ½ bagan dari bak kultur di isi dengan Chlorella sp yang telah di panen

bersamaan dengan airnya menggunakan selang. Kultur Rotifer dapat dipanen 1-2 hari setelah pengkulturan. Bak yang yang digunakan untuk kultur Rotifer yaitu bak beton berbentuk persegi panjang yang ditempatkan di dalam ruangan. Untuk pemanenan Rotifer dilakukan dengan cara menggunakan selang spiral yang ujungnya telah diikat dengan plankton net berukuran 200 mikron. Diisi dengan menggunakan air sampai penuh kemudian selang di tarik keluar bak maka akan keluar air dan Rotifer tersebut. Pamanenan Rotiferan Rotifera Gambar 1. Pemanenan Rotifer dilakukan sebanyak 50% dari volume bak. Rotifer yang tersaring dimasukkan kedalam baskom dengan volume 20 liter yang sudah disiapkan setelah pemanenan rotifer bak dikultur kembali dengan pengisian Chlorella sp hingga mencapai volume 6 m 3. Kultur Rotifer harus menambahkan aerasi yang cukup, untuk di panen pada keesokan harinya.pemanenan rotifer dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00, 11.00 dan 15.00. Untuk menambah pemahaman tentang pembenihan ikan bandeng dapat dilihat pada link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=xpdhsgqyjmc