Bab IV. Analisa Data.

dokumen-dokumen yang mirip
Bab V PENUTUP. persepsi Tabua Ma Tnek Mese, boleh dikatakan sebagai sebuah fenomena sosial yang

Bab 1. PENDAHULUAN. tentang apa itu Tabua Ma T nek Mese yang adalah bagian dari identitas sosial masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri yang melambangkan kekhasan masing-masing daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

Bab III. Isi Hasil penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pernah statis. Sejak lahir bahkan sejak pembuahan hingga meninggal dunia selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Jika melihat mozaik perjalanan bangsa Indonesia, pemuda Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. daerah di negara ini memiliki adat istiadat dan tradisi masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. digital seperti sekarang ini dirasa semakin berkurang kualitas penyajian dan

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

Keanekaragaman Suku Bangsa Indonesia Sangat Mengagumkan

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Seperti yang telah dipaparkan dalam Bab I, maka dalam Bab IV ini akan dipaparkan

Bab V. Kesimpulan. adat, sehingga memunculkan istilah biar mati anak, asal jangan mati adat.

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara Sigalegale

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

Alang-alang dan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

AMANAT TERTULIS PRESIDEN RI PADA PERINGATAN HARI BELA NEGARA Sabtu, 19 Desember 2015

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Dalam makalah ini akan dipaparkan sebuah laporan pengamatan terhadap perkembangan bahasa terhadap eksistensi suatu budaya khususnya budaya lokal.

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Transkripsi:

Bab IV Analisa Data. A. Identitas Sosial Masyarakat Dawan Amarasi. Terlepas dari Tabua Ma Tnek Mese sebagai salah satu identitas sosial masyarakat Dawan Amarasi, maka sebelum penulis memamparkan kalimat Tabua Ma Tnek Mese ini sebagai salah satu identitas sosial masyarakat Dawan Amarasi, terlebih dahulu penulis memaparkan bentuk atau corak lain yang khas dan yang menunjukan keamarasian (identitas) setiap orang Dawan Amarasi baik secara individu maupun secara kelompok. Ada berbagai bentuk dan corak yang diperlihatkan oleh masyarakat Dawan Amarasi, untuk menunjukan keamarasian mereka, salah satu di antaranya adalah motif tenun ikat. Jika seseorang tau atau mau mempelajari motif-motif tenun ikat di NTT, khususnya di daerah daratan Timor mulai dari ujung timur pulau Timor hingga ujung barat pulau Timor, maka akan dijumpai pula berbagai macam ragam motif yang dibentuk pada tiap-tiap helai kain tenun yang ditenun dan motif yang ada di setiap daerah berbeda dengan daerah lain. Di Amarasi sendiri terdapat lebih dari 20 jenis motif kain tenun yang memang jenis tersebut hanya terdapat di Amarasi, baik di Amarasi Timur, Barat dan Selatan. Adapun orientasi motif tenun ikat di Amarasi tersebut merupakan corak yang diambil dari dan yang terdapat pada motif kulit ular piton, dalam bahasa Dawan Amarasi disebut (riuksaen). Kenapa demikian?, karena berangkat dari mitologi masyarakat Dawan Amarasi yang menyebut dan menganggap ular piton/riuksaen sebagai Uis MetO atau Tuhan yang berdaulat atas alam

daratan, kata Uis dari kata Usi atau Usif yang berarti Tuan atau Tuhan dan kata Meto berarti Darat/Kering yang menggambarkan eksistensi Uis Meto ini sebagai sosok yang berdaulat atas daratan atau didarat. Sedangkan Tuhan yang berdaulat atas air (sungai, danau dan laut), disebut Uis Oe. dari kata Usi seperti yang sudah dijelaskan di atas dan kata Oe berarti Basah/Air yang menggambarkan eksistensi Uis Oe sebagai sosok yang berkuasa atas alam air. Walupun demikian, sejauh yang penulis amati dan pahami dari perspektif identitas sosial, oleh masyarakat Dawan Amarasi, mereka tidak memiliki corak atau motif tenun ikat yang menggambarkan sosok buaya atau Uis Oe. Entah kenapa! Dan oleh karena karya ilmiah ini tidak mengkaji dan membicarakan motif tenun ikat, maka tulisan di atas hanya sekedar untuk memperlihatkan identitas sosial yang lain pada masyarakat Dawan Amarasi, selain kalimat Tabua Ma Tnek mese. B. Tabua Ma Tnek Mese Sebagai Identitas Sosial Masyarakat Dawan Amarasi. a. Lahir Tanpa Kepastian Sejarah. Sebagaimana yang telah disinggung pada pembahasan sebelumnya dalam tulisan ini, bahwa oleh masyarakat Dawan Amarasi, tidak ada kepastian, kapan konsep ini mulai ada dan dipraktekkan. Tetapi ada dugaan oleh penulis berdasarkan cerita tetua yang menuturkan tentang perang antar sub-suku atau antar klen, dan ini menjadi titik terang untuk menarik benang merah terkait dengan sejarah lahirnya konsep Tabua Ma Tnek Mese ini. Para tetua tidak mengetahui persisnya perang itu terjadi, tetapi mereka menuturkan bahwa yang berperang adalah kakek mereka, jauh sebelum zaman Nipon (Jepang) dan saat berperang, mereka menggunakan Senapan Tumbuk (senjata api buatan Portugis). Dan ini berarti

dapat diperkirakan perang itu terjadi pada pertengahan hingga akhir ahun1800an. Pada saat itulah muncul semacam ide atau konsep untuk menyatukan dan membakar semangat para pejuang, ataupun mereka yang ingin ikut dalam peperangan. Ide atau konsep itulah lalu disebut Tabua Ma Tnek Mese. Tabua Ma Tnek mese untuk mempertahankan batas tanah suku/klen, tetapi juga Tabua Ma Tnek Mese untuk memperluas batas tanah suku/klen pada saat itu. Sekali lagi ini hanyalah perkiraan penulis tetapi juga disetujui oleh tetua kampung di Buraen. Maka dengan demikian berarti konsep ini lahir saat itu untuk menjawab persaingan dan perebutan Tanah. Dan tentu berbeda dengan prakteknya saat ini. Dengan demikian maka, ditemukan bahwa konsep Tabua Ma Tnek Mese ini bukanlah sebuah akulturasi. Oleh generasi selanjutnya, hal Tabua Ma Tnek Mese ini kemudian terus dipertahankan dan dijalankan dengan praktekan kerja gotong royong. Hal ini tentu sangat sinkron dengan teori identitas sosial sebagaimana yang telah penulis paparkan dalam bab sebelumnya dalam tulisan ini, bahwa identitas sosial merupakan produk kognitif manusia. ia terbentuk dari proses-proses kognitif dalam mengklarifikasikan dunia sosial (kategori sosial), melalui pengkategorisasian diri pada prototipe suatu kategorisasi atau kelompok sosial tertentu, serta dipelihara dan dikembangkan lewat suatu perbandingan sosial yang bias. b. Terus Ada dan Dipertahankan Walaupun Tanpa Pendidikan Dalam Kelompok (Paguyuban). Secara keseluruhan para responden mengagumi kalimat filosofis Tabua Ma Tnek Mese ini sebagai bagian dari hidup orang Dawan Amarasi, yang ada dan

dipertahankan walaupun tidak ada semacam kelompok sosial (paguyuban) yang bertugas mendidik generasi muda terkait dengan kalimat filosofis tersebut. Didikan kepada generasi muda terkait dengan kalimat filosofis ini hanya terjadi secara kecil-kecilan dalam kehidupan berumah tangga, itupun tidak semua dan tidak dapat dipastikan apakah diajarkan atau tidak. karena diakibatkan oleh faktor ekonomi masyarakat setempat. Kenapa demikian?, karena mayoritas kehidupan dan aktifitas ekonomi masyarakat setempat sebagai petani dan peternak dengan sistem bertani dan beternak mereka yang berbeda dengan masyarakat lain pada umumnya, yang mana kebun atau ladang dan ternak mereka sangat jauh dari perkampungan, dan ini menuntut setiap kepala keluarga harus tinggal jauh di kebun/ladang bersama ternak mereka. Kalaupun mereka harus kembali ke perkampungan berarti mereka harus menempuh jarak yang jauh. Perjalanan yang melelahkan menyebabkan keletihan (begitu tiba di rumah, langsung tidur, dan besok pagi-pagi buta sudah berangkat kembali keaktifitasnya). Akibatnya, interaksi dalam keluarga, khususnya dengan anak-anak tidak seperti kehidupan berkeluarga lain pada umumnya. Dan hal ini tentu berakibat pula dalam hal pendidikan terkait dengan konsep Tabua Ma Tnek Mese ini. Itulah sebabnya penulis tidak dapat memastikan bahwa di setiap keluarga, Tabua Ma Tnek Mese ini diajarkan. c. Dibawa dan Dipraktekkan Dalam Kehidupan Di luar Amarasi Sebagai Jati Diri Dan KeAmarasian Masyarakat Dawan Amarasi.

Ternyata konsep ini tidak hanya berlaku di kalangan masyarakat Dawan di Amarasi saja. Konsep Tabua Ma Tnek Mese ini juga dilakukan atau dipraktekkan dan dipertahankan oleh kelompok masyarakat Dawan Amarasi di luar Amarasi. Hal ini dapat diamati dalam kehidupan di kampung Amarasi Maulafa, kota Kupang-NTT. Bentuk Tabua Ma Tnek Mese dipraktekkan persis seperti yang biasa dilakukan di Amarasi. Dalam hal pembangunan rumah, acara pernikahan, dan kematian. Bahkan dalam prakteknya melibatkan masyarakat dari suku lain diluar Amarasi. d. Bersifat Universal. Ketika konsep ini dipraktekkan, katakanlah Tabua dalam pembangunan rumah, siapapun boleh berpartisipasi. Masyarakat setempatpun tidak pernah mempertimbangkan untuk menerima atau tidaknya kehadiran dan partisipasi seseorang dalam praktek konsep ini. Satu hal yang dikatakan unik oleh penulis adalah jika salah satu anggota masyarakat sering tidak mengambil bagian dalam praktek konsep Tabua Ma Tnek Mese ini, maka anggota masyarakat tersebut tidak akan disukai dalam kelompok masyarakat tersebut, sekalipun anggota masyarakat tersebut adalah anggota kerabat dekat pada komunitas yang ada. Sementara, jika orang lain dari suku yang berbeda justru berprilaku dan bertindak layaknya orang Dawan Amarasi (dalam hal menerima dan turut menjalankan konsep Tabua Ma Tnek Mese), maka ia akan lebih dihargai dan diterima dibanding mereka yang adalah orang Dawan Amarasi tetapi tidak setia dalam kalimat Tabu Ma Tnek Mese ini. Dan bahkan oleh masyarakat Dawan Amarasi, orang yang demikian

akan dibenci dalam komunitas mereka, baik dalam klan tertentu, ataupun dalam komunitas secara umum. e. Mempertahankan Persatuan Antar Klan (kerabat). Secara historis, masyarakat Dawan Amarasi memiliki perbedaan dalam hal penyemayaman jenazah (jenazah disemayamkan). Menurut tuturan para tetua kampung, dizaman dahulu, jika seseorang anggota masyarakat meninggal, maka jenazahnya akan dibiarkan hingga beberapa tahun. Dituturkan bahwa dahulu, jenazah akan dibiarkan selama tiga kali musim tanam, dan tiga kali musim panen, yang setara dengan tiga tahun, dan dijaga secara bergilir. Untuk menghindari bau busuk/bau mayat, maka jenazah akan diasap (se I), sementara diasap (se I), jenazah akan diberi mantra agar baunya berpindah ketempat lain yang sangat jauh. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, umur jenazah yang tadinya tiga tahun, barulah dimakamkan, diubah dengan batas waktu tiga bulan. Dengan cara perawatan yang sama. Dari tiga bulan tersebut diubah menjadi 3 hari. Perjalanan tiga tahun usia jenazah diasapi, ke tiga bulan dan berubah menjadi tiga hari, sesunggunya dilakukan untuk memepertahankan tradisi kekerabatan (Tabua). Hingga hari ini, konsekuensi dan alasan jenazah dibiarkan selama tiga hari barulah dimakamkan, ini hanya semata untuk menanti kerabat yang berada ditempat yang jauh, agar dapat berkumpul (Tabua). Sementara perawatan jenazah saat ini dirubah, dengan cara disuntikkan formalin (pengawet jenazah). Hal ini pernah disaksikan oleh penulis, yang mana, seorang bidan harus bekerja keras menyuntikkan formalin kebagian tubuh mayat sebanyak mungkin (saat itu penulis menghitung jumlah suntikan, lebih dari 60 kali suntikan dengan setiap suntikan

berisi 3-6 ML Formalin). Dan ini hanya semata untuk mempertahankan tradisi Tabua Ma Tnek mese, sebagai identitas sosial mereka (masyarakat Dawan Amarasi, khusunya di Buraen). f. Sesuatu yang menonjol dan berbeda. Tabua Ma Tnek Mese ini membentuk kehidupan Setiap orang Amarasi sehingga terlihat berbeda teristimewa dalam menghadapi peristiwa kematian, pesta pernikahan maupun kematian, tetapi juga dalam hal pekerjaan kebun, ladang atau sawah. Hal ini berarti kekuatan dari Tabua Ma Tnek Mese ini terlihat sangat menonjol melalui tiga peristiwa diatas. Sementara penulis merasa bahwa sesungguhnya ada dimensi kehidupan lain yang bersifat universal/luas yang perlu dijalani oleh orang Amarasi dengan berpijak pada kalimat Tabu Ma Tnek Mese. Contohnya; dimensi kehidupan politik, dan ekonomi.