BAB V PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 39 penderita pasca stroke iskemik, dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini didapatkan 65 orang penderita pasca stroke iskemik dengan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai serangan otak atau brain attack merupakan penyebab kematian ketiga

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari. 10 penyebab kematian terbesar pada tahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. negara karena serangan Jantung. Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting, disintesa dihati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit.

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius, menduduki peringkat

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

Transkripsi:

57 BAB V PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 39 penderita pasca stroke iskemik, dengan menggunakan consecutive sampling. Karakteristik usia dan jenis kelamin subyek pada penelitian ini kurang lebih sama dengan penelitian epidemiologi stroke sebelumnya. Hasil penelitian sebelumnya, risiko stroke meningkat pada usia 70 tahun, pada penelitian ini ratarata usia subyek adalah 58,51 tahun dan 69,7 % berusia lebih atau sama dengan 60 tahun. 1 Penelitian terdahulu mendapatkan jenis kelamin pria lebih banyak dibanding wanita, demikian pula pada penelitian ini pria didapatkan 72,7 % dan wanita 27,3%. 39 Penelitian ini didapatkan riwayat hipertensi pada 24 orang (72,7 %), kepustakaan menyebutkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko vaskuler yang paling banyak pada penderita stroke iskemik baik berdiri sendiri maupun bergabung dengan faktor risiko lainnya. Riwayat DM didapatkan pada 36,4% subyek dan riwayat merokok didapatkan pada 13 orang (39,4 %). Penelitian sebelumnya tentang DM dan merokok menyebutkan bahwa DM telah terbukti sebagai faktor risiko yang kuat untuk semua manifestasi klinik penyakit vaskuler dan stroke. Merokok meningkatkan risiko stroke, sesudah faktor risiko lainnya

58 dikendalikan. Risiko pada perokok berat lebih tinggi daripada perokok ringan. Rerata BMI subyek yaitu 24,42(SD=3,9) hal ini menunjukkan bahwa rerata subyek mempunyai status gizi overweight dan berdasarkan kategori status gizi didapatkan subyek dengan obesitas sebanyak 12 orang. Penelitian terdahulu menyatakan obesitas memberi risiko stroke dua kali lipat. Faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan aterosklerosis antara lain hipertensi, diabetes melitus, usia, obesitas dan dislipidemia. Pada penelitian ini pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk faktor risiko tersebut tidak terdapat perbedaan bermakna rerata hasil pemeriksaan antara kejadian aterosklerosis dan tanpa aterosklerosis. Hal ini dapat disebabkan karena pada subyek pasca stroke iskemik pemeriksaan faktor risiko tersebut sudah terkendali dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup. Selain itu juga tidak terdapat hubungan bermakna antara onset dengan aterosklerosis, hal ini kemungkinan karena proses aterosklerosis sudah terjadi sebelum onset stroke iskemik. Pada penelitian ini hasil pemeriksaan laboratorium reratanya dalam batas normal. Hasil uji korelasi Spearman-rho pada penelitian ini menunjukkan korelasi positif antara kadar fibrinogen dengan karotis interna dengan koefisien korelasi ketebalan tunika intima-media arteri r = 0,428 (korelasi positif derajat sedang) dengan nilai p = 0,013 (bermakna). Hubungan ini mendukung teori yang menyebutkan bahwa faktor hemostatis dan hemoreologi berhubungan dengan kejadian kardiovaskular, dimana salah satu yang mempengaruhinya adalah kadar fibrinogen. 3 Studi Kolaborasi Fibrinogen mengungkapkan bahwa kadar fibrinogen

59 secara bermakna berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit vaskuler lainnya. Menurut Peter M. Rothwell dkk, pada pasien dengan TIA sebelumnya atau stroke iskemik, risiko stroke iskemik berulang dan kejadian koroner akut meningkat secara linier dengan tingkat fibrinogen. 5 Menurut Zhai Guo-jie dkk, tingkat fibrinogen plasma berhubungan dengan ketebalan tunika intima-media arteri karotis, dan kejadian infark lakuner berkaitan erat dengan tingkat fibrinogen plasma. 6 Penelitian J. A. Paramo dkk, pada populasi sampel orang dewasa tanpa klinis penyakit aterosklerosis yang jelas peningkatan kadar fibrinogen berhubungan dengan ketebalan tunika intima-media arteri karotis dan plasma fibrinogen mungkin merupakan penanda sistemik aterosklerosis pada arteri karotis. 7 Kadar fibrinogen yang rendah dapat menimbulkan gangguan hemostasis seperti perdarahan, sedangkan kadarnya yang tinggi lebih berpengaruh terhadap fungsi hemoreologi. Fibrinogen sebagai salah satu unsur plasma darah sangatlah berpengaruh baik terhadap viskositas darah maupun terhadap pembuluh darah. Peningkatan fibrinogen plasma darah dapat menimbulkan peningkatan viskositas plasma, peningkatan agregasi eritrosit, peningkatan agregasi trombosit, menurunkan kemampuan deformabilitas eritrosit dan merusak intima pembuluh darah 17,23 Penelitian ini selain kadar fibrinogen, yang juga mempunyai korelasi positf dengan ketebalan tunika intima-media arteri karotis interna pada penelitian ini adalah BMI dan usia.

60 BMI ( body mass indexs ) mempunyai korelasi positif derajat lemah dengan koefisien korelasi r = 0,381 dengan nilai p = 0,029. Peningkatan BMI terutama pada status gizi obesitas memberi risiko stroke dua kali lipat. Obesitas memberi beban berat kepada jantung, dan merupakan predisposisi untuk meningkatnya kadar kolesterol total dan trigliserida, hipertensi, menurunnya kadar kolesterol HDL, dan diabetes mellitus. Pada akhirnya akan memicu terjadinya aterosklerosis. Namun pada penelitian ini obesitas tidak berhubungan dengan kejadian aterosklerosis, karena sebagian besar pasien yang tidak obesitas terjadi aterosklerosis karena faktor risiko lain seperti hipertensi, usia tua dan riwayat diabetes. Hasil penelitian ini usia mempunyai mempunyai korelasi positif dengan ketebalan tunika intima media dan usia lebih atau sama dengan 60 tahun mempunyai hubungan dengan aterosklerosis. Kepustakaan menyebutkan pada usia lanjut berhubungan dengan kemunduran anatomi dan sistem vaskuler otak akan mempercepat proses aterosklerosis. Setelah dilakukan analisis regresi linier didapatkan koefisien korelasi terbesar adalah usia r=0,326 diikuti BMI r=0,323 dan kadar fibrinogen r= 0,319. Hasil analisis hubungan beberapa faktor risiko aterosklerosis dan stroke seperti riwayat hipertensi, riwayat DM, perokok, dislipidemia, usia, jenis kelamin, obesitas dan hiperfibrinogenemia, didapatkan hiperfibrinogenemia yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian aterosklerosis, p = 0,029. Usia lebih dari atau sama dengan 60 tahun berhubungan secara bermakna dengan kejadian aterosklerosis dengan p = 0,029

61 Analisis regresi logistik didapatkan bahwa faktor yang berhubungan dengan aterosklerosis arteri karotis interna adalah usia dan hiperfibrinogenemia. Kekuatan hubungan dilihat dari OR yang terbesar adalah hiperfibrinogenemia (OR = 8,28 ), usia 60 (OR = 7,94) Hubungan faktor risiko aterosklerosis dan stroke lainya seperti hipertensi, DM, dislipidemia, usia, jenis kelamin dan obesitas pada penelitian ini secara statistik tidak didapatkan hubungan bermakna dengan kejadian aterosklerosis. Hal ini dapat terjadi karena pemeriksaan fisik dan laboratotium dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan IMT pada pasien pasca stroke iskemik yang telah mendapat pengobatan dan perubahan gaya hidup. Sedangkan aterosklerosis merupakan proses yang progresif dan jangka panjang yang terjadi sebelum penderita mengalami stroke. Perhitungan Rasio Prevalen (RP) dari tabel 8 menunjukkan bahwa subyek dengan hiperfibrinogenemia, yaitu kadar fibrinogen plasma lebih atau sama dengan 350 mg/dl, mempunyai peluang 6,37 kali terjadi aterosklerosis pada arteri karotis interna dibanding kadar fibrinogen normal. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa kadar fibrinogen lebih dari 2,75 g/l mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskuler dan stroke, dimana peningkatan kadar fibrinogen 1 g/l akan meningkatkan risiko infark sebanyak 45 %. 2 Fibrinogen sendiri, disamping menentukan tekanan osmotik darah juga berpengaruh baik terhadap fungsi hemostasis maupun hemoreologi, oleh karena itu fibrinogen menjadi sangat penting karena fungsinya yang cukup luas. 17,23

62 Pengaruh fibrinogen terhadap pembuluh darah, plasma darah, eritrosit, trombosit dapat menimbulkan peningkatan viskositas darah yang pada akhirnya menimbulkan kelainan hemoreologi dan gangguan hemodinamik, sedangkan pada pembuluh darah yang berdiameter dibawah eritrosit atau kapiler viskositasnya secara langsung ditentukan oleh kemampuan eritrosit untuk mengubah bentuk, jika terjadi penurunan kemampuan ini akan mengakibatkan penurunan aliran darah otak sehingga menimbulkan iskemia sampai infark. Riwayat kebiasaan merokok pada subyek penelitian ini secara umum tidak berhubungan bermakna dengan aterosklerosis maupun dengan hiperfibrinogenemia. Keterbatasan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) yang tidak dapat menjelaskan hubungan sebab sehingga penelitian ini hanya melihat hubungan antara kadar fibrinogen dengan aterosklerosis dan ketebalan tunika intima media arteri karotis interna. Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar fibrinogen dalam sirkulasi darah belum diperiksa dengan lengkap seperti riwayat penggunaan kontrasepsi oral, riwayat konsumsi alkohol dan riwayat penggunaan obat anti kolesterol.