I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, mempunyai 17.504 pulau yang menyebar dari Aceh di ujung Barat hingga Papua di ujung Timur, dengan wilayah laut (termasuk ZEE) seluas 5,8 juta km 2 atau 75% dari total wilayah Indonesia (Bengen dan Retraubun, 2006). Potensi pulau-pulau kecil di Indonesia cukup tinggi, karena memiliki keindahan alam tropis dan bentukan landscape dan seascape alami yang beragam. Potensi yang dimilikinya ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu lokasi kunjungan wisata didunia, salah satunya adalah dalam bentuk pariwisata di kawasan pesisir (coastal ecotourism). Salah satu pendapatan devisa negara diperoleh dari kegiatan sektor non migas dan sektor migas. Sektor migas merupakan kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui yang memiliki keterbatasan jumlah dan cadangan yang dimilikinya, sedangkan sektor non migas adalah sumber devisa yang sedang terus dikembangkan potensinya, salah satunya adalah sebagai lokasi pariwisata yang memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan sebagai salah satu tujuan wisata alam. Pariwisata Indonesia pada tahun 2005 memperlihatkan jumlah kunjungan yang masih cukup besar. Wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia mencapai 5.006.797 orang. Devisa yang diperoleh dari kunjungan wisman sebesar USD 4,526 miliar. Wisatawan nusantara (wisnus) yang melakukan perjalanan mencapai Rp 86,6 Triliun (Niswandar, 2006). Meningkatnya kepedulian masyarakat dunia terhadap kelestarian lingkungan mendukung berkembangnya green industri. Perkembangan ini menyebabkan lahirnya salah satu bentuk industri wisata alam yang peduli lingkungan yaitu ekowisata (ecotourism). Ekowisata adalah sebuah bentuk keberlanjutan wisata berbasiskan sumberdaya alam yang lebih khusus memberikan pengalaman dan pembelajaran tentang alam, dan salah satunya mengurangi dampak, tidak konsumtif, dan berorientasi pada masyarakat lokal (mengontrol dan memberikan manfaat ekonomi) dan mendukung konservasi sumberdaya alam melalui aktivitas interpretasi dan pendidikan lingkungan (Fennel, 2003).
2 Penggunaan sumberdaya alam secara konsumtif cenderung tidak dapat membantu didalam peningkatan ekonomi, tetapi industri wisata alam bila dikelola secara baik dapat mengarahkan pada pendapatan yang relatif tinggi. Untuk mewujudkan industri wisata alam yang baik ini diperlukan suatu perencanaan dan pengelolaan pariwisata yang tepat sehingga dapat melestarikan sumberdaya alam dan memelihara keseimbangan lingkungan di lokasi yang akan dikembangkan sebagai kawasan wisata. Provinsi Papua Barat khususnya Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi yang besar berupa keindahan alam dan biodiversity yang tinggi baik di darat maupun di laut. Berdasarkan konsep konservasi, keanekaragaman tersebut diharapkan tetap terjaga bahkan dapat mendukung perekonomian yang lebih baik bagi masyarakat setempat, meningkatkan PAD Kabupaten Raja Ampat dan meningkatkan devisa Provinsi Papua Barat serta devisa negara. Satu di antara beberapa daerah di Kabupaten Raja Ampat yang berpeluang dan potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata adalah Kawasan Konservasi Laut Daerah Selat Dampier. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Selat Dampier merupakan salah satu KKLD dari tujuh KKLD di Raja Ampat yang ditetapkan secara resmi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia pada tanggal 12 Mei 2007 melalui Piagam Deklarasi. KKLD Kabupaten Raja Ampat terletak di Kabupaten Raja Ampat merupakan kabupaten baru yang terbentuk pada tanggal 12 Mei 2003 dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong, dengan ibukota Waisai. Berdasarkan UU No.32 tahun 2004, Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat sebagai kabupaten baru memiliki kesempatan untuk mengelola sumberdaya alam yang ada dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Menurut Kembudpar (2003b), Waigeo Selatan yang sekarang mengalami pemekaran menjadi Waigeo Selatan dan Meos Mansar mencakup KKLD Selat Dampier. Kawasan konservasi laut daerah ini merupakan daerah multipurpose protected area yaitu dengan arahan pengembangan pariwisata berkelanjutan dan perikanan menjadi basis utama kegiatan ekonomi di kawasan ini. Kawasan Distrik Waigeo Selatan ini juga direncanakan sebagai salah satu pengelolaan dalam pengembangan simpul wisata terpadu (Pemkab Raja Ampat, 2006).
3 Distrik Waigeo Selatan memiliki potensi obyek wisata yang mempunyai daya tarik bagi pengembangan kegiatan wisata dan pengusahaan pariwisata alam. Selain itu di Distrik Waigeo Selatan juga ditemukan pemandangan alam laut, pantai yang berpasir, hutan bakau, gugusan pulau-pulau karts yang terjal, lanskap vernakular yang khas, flora dan fauna yang dapat menjadi obyek wisata yang menarik (CII, 2006). Tetapi keindahan yang dimiliki oleh kawasan Kepulauan Raja Ampat ini bersifat fragile sehingga dalam rencana pengembangannya perlu dilakukan dengan hati-hati. Keanekaragaman hayati yang tinggi telah dijadikan dukungan atas usulan pemerintah Indonesia untuk menjadikan Kepulauan Raja Ampat sebagai lokasi Warisan Dunia (World Heritage site) (CII, 2006). Kondisi potensi fisik, visual dan hayati kawasan saat ini merupakan peluang yang sangat tinggi untuk dikembangkan sebagai kegiatan dengan konsep ekowisata. Namun dalam melakukan kegiatan pengembangan berkonsep ekowisata sangatlah penting untuk menyusun suatu bentuk perencanaan kawasan, agar kerusakan ekosistem dan keindahan alam di kawasan tersebut dapat diminimalkan bahkan dihindari. 1.2. Kerangka Pemikiran Kawasan Konservasi Laut Daerah Selat Dampier (KKLD) berada di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Kabupaten ini merupakan kabupaten baru yang memiliki keindahan fisik dan visual pesisir yang bernilai tinggi. Kawasannya mempunyai kekayaan hayati laut dan daerah, serta kekayaan dan keunikan budaya lokal untuk dijadikan aset bagi pengembangan daerah. Pemerintah mengusulkan menjadikannya sebagai daerah multipurpose protected area, kawasan konservasi laut daerah dan menjadikan Kepulauan Raja Ampat sebagai lokasi Warisan Dunia (World Heritage site) (CII, 2006). Pengembangan kawasan ini meliputi sektor pariwisata dan perikanan yang telah direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Raja Ampat. Hal ini telah tercantum dalam visi dan misi pembangunan Kabupaten Raja Ampat. Pengembangan kawasan wisata yang berkonsep ekowisata, merupakan alternatif dalam melestarikan kawasan dan kekayaan alamnya. Pengembangan kawasan ekowisata akan memperhatikan aspek ekologis, sosial budaya dan sosial ekonomi. Dalam menganalisis aspek ekologis perlu mempelajari dan menganalisis
4 sumberdaya alam lingkungan, menganalisis obyek dan atraksi alam. Selanjutnya aspek sosial budaya perlu mempelajari sejarah dan kultural, akseptabilitas serta mengidentifikasi obyek dan atraksi budaya. Kajian selanjutnya adalah aspek ekonomi yaitu mempelajari sosial ekonomi masyarakat dengan melakukan analisis dan identifikasi peluang pemberdayaan masyarakat lokal serta obyek dan atraksi ekonomi masyarakat lokal. Berdasarkan analisis ini akan diperoleh rencana spasial pengembangan kawasan ekowisata. Selanjutnya direncanakan pengembangan kawasan ekowisata pesisir interpretatif melalui program dan jalur interpretasi. Kerangka pikir, tahapan dan proses dalam melaksanakan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. 1.3. Perumusan Masalah Potensi keanekaragaman hayati pesisir yang tinggi dan keunikan serta keindahan alamnya, menjadikan KKLD Selat Dampier sangat potensial bagi kegiatan ekowisata. Namun untuk mengembangkan potensi tersebut terdapat beberapa permasalahan mendasar sebagai berikut : 1. Kawasan pesisir merupakan daerah ekoton yang memiliki sumberdaya alam yang bersifat rentan. Oleh karena itu perlu adanya suatu rencana pengelolaan dan pengembangan yang tepat agar kawasan tersebut tidak rusak, tetapi masih berpeluang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu konsep yang diajukan dalam rencana pengelolaan dan pengembangan KKLD Selat Dampier adalah melalui pariwisata dengan konsep ekowisata. 2. Pemanfaatan biota laut terus meningkat oleh karena penduduk sangat bergantung pada kekayaan hayati laut dan darat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Pemanfaatan oleh masyarakat yang kurang terencana ini dapat menyebabkan menurunnya kekayaan hayati ini dan selanjutnya menurunkan hasil. 3. Kegiatan ekowisata di kawasan yang direncanakan masuk dalam zona pengembangan simpul wisata terpadu dan KKLD ini belum optimal pemanfaatannya. Bagaimana bentuk pengembangan kawasan ekowisata
5 pesisir ini sehingga keberlanjutan kawasan dan kekayaan biota tetap terkendali/terjaga. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun rencana pengembangan KKLD Selat Dampier sebagai kawasan ekowisata pesisir interpretatif. Daerah yang memiliki potensi obyek wisata pesisir kelas dunia dan apabila tidak direncanakan pengembangannya sebaik mungkin maka keunikan, keindahan yang ada akan mengancam keberlanjutan kawasan wisata yang akan direncanakan. Kawasan wisata ini merupakan pulau-pulau kecil yang rentan secara ekologis sehingga tidak semua kawasan dapat dimanfaatkan. Karena itu diperlukan suatu rencana pengembangan kawasan dengan konsep ekowisata. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Melakukan identifikasi dan analisis kepekaan ekologis kawasan untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata berbasis ekologis 2. Melakukan identifikasi dan analisis ketersediaan obyek dan atraksi ekowisata (biofisik, budaya dan ekonomi). 3. Melakukan identifikasi dan analisis kondisi dan peluang pemberdayaan masyarakat lokal. 4. Merencanakan pengembangan kawasan untuk ekowisata pesisir. 5. Merencanakan pengembangan interpretasi lingkungan pendukung ekowisata pesisir. 6. Merencanakan kawasan ekowisata pesisir interpretatif. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan arahan dan alternatif rencana pengembangan kawasan ekowisata pesisir dalam jangka pendek dan jangka panjang 2. Memberikan informasi untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. 3. Memberikan bahan untuk menyusun rencana aksi (action plan).
6 Kawasan Konservasi Laut Daerah Selat Dampier Keindahan fisik dan visual Kekayaan hayati laut dan darat Kekayaan dan keunikan budaya lokal Usulan 1. Multipurpose protected area (Kembudpar, 2003b) 2. World heritage site (CII, 2006) 3. Kawasan konservasi laut daerah Visi+Misi PEMDA Kabupaten Pengembangan Sektor Pariwisata Pengembangan Sektor Perikanan Potensi dan peluang Konsep ekowisata Aspek ekologis Mempelajari SDA dan kualitas lingkungan Aspek sosial budaya Mempelajari kultural masyarakat dan akseptabilitas Aspek sosial ekonomi Mempelajari potensi dan peluang ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat Daya dukung ekologis Daya dukung sosial Peluang ekonomi dan pemberdayaan masyarakat Obyek dan atraksi wisata alam Obyek dan atraksi wisata budaya Obyek dan atraksi ekonomi masyarakat lokal Rencana Pengembangan Kawasan ekowisata Rencana Interpretasi Kawasan Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Pesisir Interpretatif Gambar 1 Kerangka pikir penelitian