BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan industri terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Industri pariwisata terbukti kebal dari krisis global. Saat perekonomian global terpuruk, pertumbuhan pariwisata Indonesia tetap tumbuh, bahkan melebihi angka pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 9,39 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen. Pariwisata juga telah memberikan devisa yang cukup besar bagi negara. Pembinaan serta pengembangan pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Pariwisata pada tahun 2015, statistik per Januari sampai dengan Desember 2015 menunjukkan capaian pembangunan pariwisata Indonesia mampu melampaui target yang telah ditentukan. Hal ini dibuktikan melalui kunjungan wisatawan mancanegara yang meningkat menjadi 10,4 juta orang, dari target 2015 sebesar 10 juta orang. Adapun kunjungan wisatawan mancanegara tersebut berkontribusi terhadap penerimaan devisa sebesar Rp 144 triliun. Peningkatan pencapaian devisa tersebut justru terjadi ketika devisa dari komoditi batubara dan migas cenderung mengalami penurunan. Sementara itu, jumlah perjalanan wisatawan nusantara mencapai 255 juta perjalanan, dengan total pengeluaran wisnus sebesar Rp 224,68

2 triliun. Jumlah penyerapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 11,3 juta orang. Tidak hanya itu, branding Wonderful Indonesia pada tahun 2015 naik 100 peringkat, dari semula tanpa peringkat menjadi peringkat ke-47, serta diraihnya berbagai penghargaan internasional untuk beberapa kategori, seperti UNWTO Award 2015, ASEANTA Award 2015, dan World Halal Destination Candi Borobudur merupakan salah satu destinasi pariwisata unggulan di Indonesia. Candi ini dibangun pada sekitar abad VIII-IX M pada zaman keemasan Dinasti Syailendra (Roesmanto, 2011). Setelah berfungsi sekitar dua abad, candi ini kemudian ditinggalkan oleh penganutnya dan ditemukan kembali pada tahun Sejak ditemukannya kembali, upaya pelestarian Candi Borobudur telah dimulai. Menurut Tanudirjo (2008), pada hakekatnya pelestarian kompleks Candi Borobudur merupakan upaya untuk mengembalikan kepada fungsinya semula (back to basic), dalam bentuk revitalisasi nilai-nilai penting warisan budaya agar dapat dirasakan manfaatnya oleh generasi masa kini maupun mendatang. Kompleks Candi Borobudur termasuk di dalamnya Candi Mendut dan Candi Pawon telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia (world heritage) pada tahun 1991 karena memiliki nilai-nilai universal luar biasa (outstanding universal value). Selanjutnya upaya pelestarian tidak hanya dilakukan pada Candi Borobudur saja tetapi juga meliputi kawasan di sekitarnya yang pada tahun 2008 telah ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Nasional melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Penataan ruang Kawasan Candi Borobudur sebagai Kawasan Strategis Nasional diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting 2

3 secara nasional di bidang kebudayaan, terlebih sudah termasuk dalam warisan budaya dunia. Menurut Baiquni (2009), Borobudur kaitannya dengan pariwisata menjadi magnet atau daya tarik yang kuat, tidak saja karena letaknya berada di tengah Pulau Jawa sehingga mudah diakses dari kota-kota besar, tetapi juga merupakan monumen peninggalan nenek moyang yang sarat dengan sejarah dan pelajaran hidup. Keberadaan Borobudur ditinjau dari pariwisata memang memiliki keunikan, kekhasan, dan otentisitas yang tiada duanya atau sulit ditanding. Atraksi yang ada di Borobudur memang memiliki keunikan yang didukung oleh alam sekitar dan budaya yang diemban masyarakat. Borobudur sudah menjadi obyek sekaligus atraksi yang beragam yang dapat dinikmati dengan waktu yang berbeda. Selain itu terdapat beragam atraksi yang dapat digali dari masyarakat kampungkampung sekitar Borobudur berupa kesenian, budaya, maupun aktivitas kehidupan sehari-hari. Pada tahun 2015 Candi Borobudur ikut dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata sebagai salah satu dari sepuluh prioritas Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang akan diakselerasi pembangunannya. Penetapan sepuluh KSPN tersebut bertujuan untuk meningkatkan kunjungan pariwisata, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara pada tahun 2019 di Indonesia. 3

4 1.2. Rumusan Masalah Menurut data dari PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko total kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur pada tahun 2015 adalah sebanyak orang, yang terdiri atas wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Kementerian Pariwisata dalam Rencana Strategis Pariwisata mencanangkan peningkatan kunjungan wisawatan di Indonesia, yaitu sebanyak 275 juta wisatawan nusantara dan 20 juta wisawawan mancanegara pada tahun Kondisi tersebut membuat suatu dilema dalam hal Kawasan Candi Borobudur sebagai salah satu destinasi unggulan yang ada di Indonesia. Candi Borobudur merupakan suatu bangunan yang memiliki daya dukung. Terlebih dengan ditetapkannya Kawasan Candi Borobudur sebagai salah satu KSPN prioritas, maka peningkatan jumlah wisatawan tersebut dikhawatirkan akan melampaui daya dukung Candi Borobudur. Aktivitas wisatawan dapat merusak kondisi fisik bangunan candi karena pada saat ini aktivitas wisata masih terpusat pada bangunan Candi Borobudur saja. Selain itu muncul wacana bahwa kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur akan dibatasi untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Sementara itu sebagai sebuah saujana (cultural landscape), Borobudur sejatinya memiliki lanskap dan aktivitas yang terdapat pada desa-desa penyangga sekitar Candi Borobudur yang memiliki potensi atraksi wisata alam yang dapat dimanfaatkan sebagai destinasi alternatif dalam rangka dekonsentrasi wisatawan yang aktivitas wisatanya saat ini hanya terpusat pada Candi Borobudur. 4

5 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kondisi empiris dan permasalahan tersebut maka ditarik pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana potensi atraksi wisata alam di kawasan Borobudur? 2. Bagaimana kualitas visual lanskap di lokasi potensi-potensi atraksi wisata alam tersebut? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi potensi dan karakter atraksi wisata alam di kawasan Borobudur. 2. Mengetahui dan mengkaji kualitas visual lanskap di lokasi potensipotensi atraksi wisata alam tersebut Manfaat Penelitian Penelitian kualitas visual lanskap sebagai sebagai atraksi wisata alternatif di Kawasan Borobudur ini dapat memberikan manfaat bagi akademik, masyarakat setempat, dan pihak-pihak terkait. Beberapa manfaat tersebut antara lain: 1. Akademik Hasil penelitian ini dapat menjadi sebuah referensi tentang gambaran dan pemahan mengenai kualitas visual lanskap khususnya di Kawasan Borobudur. 5

6 2. Masyarakat Masyarakat dapat mengetahui karakteristik lanskap, potensi atraksi wisata alam, dan kualitas visual lanskap yang berada di sekitarnya sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terkait pemanfaatan dan pengelolaan kawasan khususnya dalam pengembangan potensi atraksi wisata alam tersebut. 3. Pihak-pihak terkait Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi pihak-pihak terkait, diantaranya Balai Konservasi Borobudur, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, serta Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang dalam perencanaan khususnya tata ruang kawasan daerah tersebut dan pemanfaatan serta pengembangan potensi atraksi wisata alam yang tersebar di Kawasan Borobudur. 6

7 1.6. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terdahulu yang juga pernah membahas mengenai potensi dan kualitas visual serta lanskap seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.1. Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Penulis Judul Fokus Metode Penelitian Wakyudi / 2016 Perencanaan Mengetahui potensi Lanskap dan kualitas Ekowisata di estetika, daya Daerah Penyangga dukung, dan Kawasan rencana lanskap Konservasi ekowisata TamanNasional Ujung Kulon Provinsi Banten Muhammad Guriang / 2015 Dwita Hadi Rahmi, H.A. Sudibyakto, H. Sutikno, Laretna T. Adisakti / 2012 Andi Gunawan / 2005 Fathiin Muhtadi Priyatama / 2016 Sumber: Penulis, 2017 Analisis Potensi Lanskap Desa Wiyono Pesawaran Lampung untuk Tujuan Pengembangan Wisata Pusaka Saujana Borobudur: Perubahan dan Kontinuitasnya Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota Bogor Kualitas Visual Lanskap Pada Atraksi Wisata Alam di Kawasan Borobudur Mengidentifikasi potensi sumberdaya alam dan sosial, persepisi, motivasi, strategi pengembangan desa Mengkaji potensi dan nilai keunggulan pusaka saujana Borobudur dan mengetahui perubahan dan kontinuitasnya Mengetahui dan menganalisis kualitas estetika lanskap di Kota Bogor Mengidentifikasi dan menganalisis potensi atraksi wisata dan kualitas visual lanskap Hasil Penelitian Potensi dan kualitas estetika, daya dukung, dan rencana lanskap daerah penyangga TNUK Potensi biofisik dan estetik sumberdaya alam dan sosial budaya Desa Wiyono Keunikan pusaka saujana Borobudur mengalami perubahan dan dapat mengancam kontinuitasnya Kualitas estetika lanskap di Kota Bogor berdasarkan beberapa tipe lanskap Potensi wisata dan kualitas visual kawasan Borobudur 7