BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 dari 4 11/07/ :43

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Salah satu sumber pemasukan yang paling vital yaitu perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan dan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 549/KMK.04/2000 TENTANG

2015, No Kena Pajak oleh rekanan kepada Badan Usaha tertentu, perlu menunjuk Badan Usaha tertentu untuk memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan semakin besarnya penerimaan negara dari pajak. pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi negara maju. Memiliki penduduk yang termasuk padat tidak

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. belum satu satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain dan tidak langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

Judul : TATA CARA PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. L (Studi kasus pada klien CV. Sukartha Karya Sejahtera)

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapinya pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. melaksanakan kewajiban perpjakannya.setelah adanya tax reform,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan fenomena yang selalu hidup dan berkembang dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang terjamin untuk menjalankan fungsi-fungsi pemerintah. Sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian. sumber dana yang berasal dari negeri, yaitu berupa pajak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

73/PMK.03/2010 TENT ANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keperluan negara datur oleh undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah salah satu wujud kemandirian bangsa dalam pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

TATA CARA PELAKSANAAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ATAS JASA ANGKUT DAN PEMASANGAN BANTALAN BESI REL KERETA API OLEH CV

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 568/KMK.04/2000 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. pada bulan Oktober 2015 hingga Februari PT Pertamina (Persero) adalah salah satu perusahaan BUMN yang kembali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional mensejahterakan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut masyarakat umum pajak adalah iuran yang secara paksa dipungut dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. sudah saatnya diletakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Praktik kerja lapangan ini adalah salah satu mata kuliah yang harus diambil

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

Menyadari bahwa dari pendapatan sewa tanah merupakan pendapatan yang potensial, maka kehadiran pendapatan memerlukan analisis yang cukup besar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. berbagai faktor pendukung terutama stabilitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah di indonesia, yaitu mulai tanggal 1 januari Dengan adanya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut undang undang nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan menyebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat. Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H dalam bukunya Siti Resmi (2014) : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Berdasarkan dua pengertaian pajak tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib kepada negara yang dipaksakan menurut peraturan-peraturan dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung. Pajak memegang peranan penting sebagai sumber pendapatan bagi suatu negara. Salah satu sumber pendapatan negara adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikenakan terhadap suatu barang. Pemungut PPN adalah bendahara pemerintah, badan atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh pengusaha kena pajak dan atau penyerahan jasa kena pajak kepada bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah. Dalam pelaksanaannya selain bendahara pemerintah badan yang ditunjuk utnuk memungut, menyetor dan melaporkan PPN atau PPnBm adalah kontraktor kontrak kerjasama pengusahaan minyak dan gas bumi, dan kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi dan BUMN. Pengertian BUMN menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 pasal 1 dan pasal 2 adalah Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, 1

2 adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (limapuluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, disamping badan usaha swasta dan koperasi, serta badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN ditunjuk pemerintah sebagai pemungut PPN atau PPN dan PPnBM, karena pemerintah optimis pemasukan dana APBN dari sektor pajak akan semakin meningkat. Pada tahun 2004, BUMN tidak lagi ditunjuk sebagai pemungut PPN-WAPU melalui KMK. No. 563/KMK.03/2003, yang berakibat banyak rekanaan bisnis BUMN tidak menyetorkan PPN/PPnBM yang telah dipungut, pada dasarnya dengan ditunjuknya BUMN sebagai pemungut PPN, mempermudah dan menyederhanakan kewajiban rekanan dari BUMN, apabila pemungut PPN lalai atau sengaja tidak menyetorkan PPN yang sudah dipungut akan dikenai sanksi sesuai perauturan perundang-undang yang ada, tetapi pada tanggal 6 Juni 2012 pemerintah mengeluarkan PMK no. 85/PMK.03/2012 yang sudah diperbaharui dengan PMK 136/PMK.03/2012 mengenai Perubahan atas peraturan menteri keuangan No. 85/PMK.03/2012 tentang penunjukan BUMN untuk memungut, menyetor, dan melaporkan, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, serta tata cara pemungutan, penyetoran dan pelaporannya. BUMN ditetapkan kembali sebagai pemungut PPN dan berlaku pada 1 Juli 2012. Penunjukan BUMN sebagai Wajib Pungut (WAPU) PPN dikarenakan aktivitas dan kegiatan pada BUMN memegang peranan yang penting bagi negara. PT KAI adalah Badan Usaha Milik Negara yang menyediakan, mengatur, mengurus jasa angkutan kereta api di Indonesia, selain juga sebagai Pengusaha Kena Pajak, kewajiban perpajakan yang ada di dalam PT. KAI tersebut

3 diantaranya kewajiban PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23 dan 26, PPh Final Pasal 4 ayat 2 (dua), PPN, dan PPN-WAPU, serta PT KAI menjadi salah satu perusahaan BUMN dengan laba bersih tertinggi. Berikut daftar BUMN dengan laba tertinggi : Tabel 1.1 Daftar 20 BUMN dengan laba tertinggi pada semester-i 2015 No. Nama Perusahaan Laba bersih 1. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Rp 11,95 triliun 2. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Rp 10,98 triliun 3. PT. Bank Mandiri Tbk Rp 10,34 triliun 4. PT Pertamina (Persero), Rp 7,2 triliun 5. PT Perusahaan Gas Negara Tbk, Rp 2,95 triliun 6. PT Bank Negara Indonesia Tbk Rp 2,46 triliun 7. PT Semen Indonesia Tbk, Rp 2,19 triliun 8. PT Pupuk Indonesia Tbk Rp. 1,91 triliun 9. PT Jasa Raharja (Persero), Rp 1,14 triliun 10. PT Pegadaian (Persero), Rp 1,08 triliun 11. PT Angkasa Pura II (Persero), Rp 920 miliar 12. Perum Bulog, Rp 890 miliar 13. PT Bank Tabungan Negata Rp 830 miliar 14. PT Bukit Asam Tbk Rp 790 miliar 15. PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), Rp 640 miliar 16. PT Angkasa Pura I (Persero), Rp 620 miliar 17. PT Kereta Api Indonesia (Persero), Rp 590 miliar 18. PT Jasa Marga Tbk Rp 590 miliar 19. PT INALUM (Persero), Rp 530 miliar 20. Perum LPPNPI (AirNav), Rp 440 miliar (Sumber : http://finance.detik.com / 26 Oktober 2015) Salah satu tantangan bagi BUMN khususnya PT KAI adalah penyetoran PPN yang telah dipungut ke kantor pos atau bank persepsi dalam waktu maksimal tanggal 15 bulan berikutnya. Jika penyetoran tidak dilaksanakan tepat waktu

4 konsekuensi yang diterima BUMN adalah 2% per bulan dari besarnya pajak terutang kepada negara. Berdasarkan uraian tersebut maka penulisan tugas akhir ini mengangkat judul Implementasi Penerapan PMK No.136/PMK.03/2012 Tentang Penunjukan BUMN Sebagai Wajib Pungut Pajak Pertambahan Nilai Pada PT.KAI PERSERO DAOP 4 Kota Semarang. 1.2 Ruang Lingkup Dalam Tugas Akhir ini, akan dilakukan pembatasan terhadap hal-hal yang akan dibahas. Hal ini dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup penulisan serta uraian pembahasan, sehingga tidak menyimpang dari judul yang telah dipilih. Berdasarkan judul yang telah dipilih, maka ruang lingkup pembahasan masalah secara garis besar dapat dirumuskan dalam beberapa bagian, yaitu: 1. Gambaran umum mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPN WAPU (Waji Pungut). 2. Mengetahui penerapan PMK No. 136/PMK.03/2012 tentang BUMN sebagai wajib pungut pajak pertambahan nilai pada PT. KAI Daop 4 Kota Semarang. 3. Hambatan dan upaya dalam penerapan PMK No. 136/PMK.03/2012 tentang BUMN sebagai wajib pungut pajak pertambahan nilai pada PT. KAI Daop 4 Kota Semarang. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan Berdasarkan Latar belakang dan ruang lingkup diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulis ini adalah 1.3.1 Tujuan Penulisan Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai setelah melakukan serangkaian kegiatan. Sedangkan tujuan disusunnya Tugas Akhir ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang PPN dan PPN WAPU.

5 2. Untuk mengetahui penerapan PMK No. 136/PMK. 03/2012 tentang penunjukan BUMN sebagai Wajib Pungut (WAPU) pajak pertambahan nilai pada di PT. KAI Daop IV kota Semarang. 3. Untuk mengetahui kendala dan upaya yang dihadapi oleh PT. KAI Daop 4 Kota Semarang dalam penerapan PMK No. 136/PMK. 03/2012 sebagai wajib pungut pajak pertambahan nilai. 1.3.2 Kegunaan Penulisan Disamping mempunyai tujuan, laporan penyusunan Tugas Akhir ini mempunyai kegunaan: 1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan prosedur PT. KAI sebagai wajib pungut pajak pertambahan nilai yang berada dalam PT. KAI dan dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh di Universitas Diponegoro Semarang dengan yang ada di dalam dunia kerja. 2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi PT. KAI Daop 4 kota Semarang mengenai masalah-masalah yang terkait. 3. Dapat menjadikan sarana untuk menjalin hubungan baik antara Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro dengan PT. KAI Daop 4 Kota Semarang. 1.4 Cara Pengumpulan Data 1.4.1 Data Penelitian Proses penyususnan suatu laporan agar menghasilkan laporan yang dapat dipertanggung jawabkan, relavan, dan obyektif. Maka sangat diperlukan berbagai data untuk mendukung hasil laporan. Jenis data yang diperlukan dalam menyusun tugas akhir adalah 1. Data Primer Menurut Marzuki (2000), Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamatin dan dicatat untuk pertama kalinya. Data Primer yang diperoleh dari kerja praktik ini dilakukan dengan memulai kegiatan observasi

6 pada bidang perpajakan pada PT. Kai Daop 4 Kota Semarang. Data Primer yang diperoleh adalah meliputi Faktur pajak bulan Januari, daftar nominatif, dan berkas penagihan. 2. Data Sekunder Menurut Marzuki (2000), Data Sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah dan keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. Data sekunder yang diperoleh meliputi tata cara penerapan PPN WAPU pada PT KAI Daop 4 Semarang. 1.4.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data diperlukan agar dalam penyusunan Tugas Akhir ini dapat memberikan gambaran yang jelas tentang obyek atau permasalahan yang disampaikan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini meliputi : 1. Metode Wawancara Menurut Mardlis (2002), wawancara (interview) adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang memberikan keterangan pada si peneliti. Sedangkan menurut Nazir, (2003), Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Adapun wawancara yang dilakukan penulis yaitu dengan mengadakan Tanya jawab secara langsung terhadap pihak pihak yang memberikan data atau informasi yang dibutuhkan. 2. Studi Pustaka Menurut Sarwono (2006) definisi studi pustaka adalah mempelajari berbagai buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk

7 mendapatkan landasan teori mengenai maslah yang akan diteliti. Dalam metode ini penulis mengumpulkan data dengan membaca dan mempelajari buku-buku literature, referensi yang ada di perpustakaan yang berhubungan dengan judul penulisan Tugas Akhir. 1.5 Sistematika Penulisan Laporan Bab bab yang tersusun pada Tugas Akhir diperlukan suatu sistemastika penyusunan laporan sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan, mengutarakan latar belakang penunjukan BUMN sebagai Wajib Pugut (WAPU) PPN dalam PMK 136/PMK.03/2012 Ruang lingkup pembahasan, tujuan dan kegunaan, cara pengumpulan data serta sistematika penulisan Tugas Akhir. BAB II : Gambaran umum PT KAI Daop 4 Semarang, menguraikan tentang sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, serta lokasi wilayah kerja. BAB III : Tinjauan teori dan praktik, menguraikan tentang gambaran umum PPN, penerapan BUMN sebagai Wajib Pungut (WAPU), hambatan serta solusi untuk menyelesaikannya. BAB IV : Merupakan rangkuman dan kesimpulan yang telah ditulis dalam hasil pembahasan penerapan PMK 136/PMK.03/2012 pada PT. KAI Daop 4 Semarang.