BAB 1 PENDAHULUAN. dan tak pernah lepas dari perhatian utama di setiap negara. Selama satu dekade terakhir,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. Minyak goreng sawit adalah salah satu jenis minyak makan yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB 2 TEORI PERDAGANGAN INTERASIONAL DAN APLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa

BAB 5 ANALISA MODEL PERSAMAAN REKURSIF FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN EKSPOR CPO INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

PROSPEK INDUSTRI DAN SUMBER POTENSIAL MINYAK/LEMAK (INDUSTRIAL PROSPECT AND POTENCIAL SOURCES OF FAT AND OIL)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

BAB 1. PENDAHULUAN. peningkatan pesat setiap tahunnya, pada tahun 1967 produksi Crude Palm Oil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan).

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gambar 1 Produksi dan ekspor CPO tahun 2011 (Malaysian Palm Oil Board (MPOB))

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja), Asahan dan sungai Liput (dekat perbatasan Aceh).

BAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut adalah industri agro bisnis dan sampai akhir tahun 2010 industri agrobisnis

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

PT. BINA PRATAMA SAKATO JAYA UNIT KELAPA SAWIT SOLOK SELATAN II SEI. JUJUHAN ESTATE SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kebutuhan akan sumber energi merupakan kebutuhan hidup yang sangat mendasar dan tak pernah lepas dari perhatian utama di setiap negara. Selama satu dekade terakhir, pola konsumsi minyak dan lemak dunia sendiri mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini digambarkan dengan jumlah konsumsi di tahun 1995 yang hanya sebesar 92.588.000 ton, sedangkan pada tahun 2005 meningkat hingga mencapai 138.208.000 ton, atau mengalami peningkatan sebesar 49.3%. Rata-rata pertumbuhan konsumsi minyak dan lemak dunia itu sendiri mencapai 4.0% per tahun 1, di mana Cina merupakan negara yang mengalami rata-rata pertumbuhan tertinggi, yaitu 7.5% per tahun. Tren permintaan akan minyak dan lemak dunia yang terus meningkat ini tak lepas dari pengaruh pertumbuhan penduduk dunia yang positif, sekaligus diiringi dengan peningkatan pendapatan per kapita. Terlebih lagi, penelitian yang dilakukan oleh Gould, Cox, dan Paradi (1991) 2 dan Lordkipanidze, Epperson, dan Ames (1996) 3 menjelaskan bahwa konsumsi minyak dan lemak dunia tidak saja dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sosioekonomi seperti selera konsumen dan gaya hidup masyarakat yang mulai memperhitungkan faktor kesehatan. Di sisi lain, kelapa sawit (Elaeis gueneensis, Jacq.) memiliki peran yang cukup strategis. Ia merupakan jenis tanaman perkebunan yang memiliki banyak kegunaan, sebab 1 Malaysian Palm Oil Board (Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2005), diolah. 2 B. W. Gould, T. L. Cox, dan F. Paradi. Demand for Food Fats and Oils: The Role og Demographic Variabels and Government Donations. American Journal of Agricultural Economics, 73, 1 (1991): 221-231. 3 Nazibrola Lordkipanidze, James E. Epperson and Glenn C.W. Ames. An Economic Ananlysis of Import Demand for Canola Oil in the United States (February 1996): 9-10. 1

dari daging buah dan inti sawitnya dapat dihasilkan minyak kelapa sawit atau yang biasa disebut sebagai CPO (Crude Palm Oil) dan minyak inti sawit atau PKO (Palm Kernel Oil). CPO sendiri merupakan sumber minyak nabati terbesar kedua yang diproduksi dunia setelah minyak kedelai (soybean oil). Minyak kelapa sawit atau CPO tidak saja dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pengolahan produk pangan seperti minyak goreng, margarin, ataupun pembuatan es krim. Lebih jauh lagi, produk turunan CPO dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kosmetik, seperti shampo, lotion, sabun, detergen, pelumas, dan bahkan pada industri farmasi. Di samping itu, saat ini CPO juga mulai banyak digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang menggantikan minyak bumi. CPO dapat diolah hingga menghasilkan biodiesel, yaitu bahan bakar mesin yang berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan ataupun lemak hewan. Konsumsi bahan bakar di dunia justru semakin meningkat di tengah menipisnya cadangan minyak bumi. Pengembangan sumber energi alternatif baru pun menjadi suatu tuntutan. Oleh karena itu, dalam hal ini keberadaan minyak kelapa sawit sangatlah penting, sebagai sumber energi alternatif yang dapat terus diperbaharui. Terlebih lagi, ekonomi dunia khususnya di kawasan Asia saat ini tengah berkembang dengan pesat. Cina, misalnya. Pertumbuhan ekonominya cukup tinggi dan bahkan menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat untuk predikat negara dengan perekonomian terbesar 4. Untuk terus dapat memacu pertumbuhan, tentu dibutuhkan sumber daya energi yang tidak sedikit. Karenanya, dibutuhkan sumber energi alternatif selain minyak bumi, seperti CPO ini. Cina sendiri kini telah menjadi salah satu konsumen CPO terbesar dunia, di samping negara-negara Uni Eropa dan India. 4 www.cia.gov/cia/publications/factbook 2

Perhatian Uni Eropa yang begitu besar pada isu lingkungan khususnya kelangkaan minyak bumi, turut mendorong peningkatan permintaan akan CPO. Jerman misalnya, terus berupaya untuk melakukan pengembangan produk biodiesel sebagai bahan bakar alternatif dan berhasil menjadi produsen biodiesel terbesar dengan jumlah produksi lebih dari 1 juta ton per tahun 5. Selain berperan sebagai minyak nabati yang kadar kesehatannya pun cukup baik, manfaat CPO sebagai biodiesel inilah yang turut mendorong peningkatan jumlah permintaan CPO di pasar dunia. Sebagai negara yang memiliki keunggulan dalam bidang pertanian, khususnya dalam hal ketersediaan lahan yang subur dan jumlah tenaga kerja yang besar, Indonesia harus mampu melihat kondisi-kondisi di atas sebagai suatu peluang bisnis perdagangan (ekspor) yang cukup potensial. Saat ini, bersama Malaysia, Indonesia menjadi salah satu produsen sekaligus eksportir CPO terbesar dunia. Bahkan pertumbuhan volume ekspor CPO Indonesia dari tahun 1970 hingga 2004 lalu menunjukkan tren yang terus meningkat, hingga mencapai rata-rata 22.52% 6. Akan tetapi upaya pengolahan yang dilakukan belum terlihat maksimal, sehingga produktivitasnya pun masih kalah jika dibandingkan dengan Malaysia. Mengingat permintaan pasar dunia yang cukup besar dan potensi yang dimiliki Indonesia cukup menjanjikan, maka ekspor CPO Indonesia perlu lebih ditingkatkan. Untuk itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang turut berpengaruh pada jumlah ekspor CPO Indonesia. Di pasar internasional, keberadaan CPO sebagai sumber minyak nabati berkaitan erat dengan komoditas substitusinya yaitu minyak kedelai (soybean oil) dan minyak biji bunga matahari (sunflowerseed oil). Karenanya, fluktuasi harga pada salah satu komoditas ini 5 Kusmayanto Kadiman. Biodiesel sebagai Alternatif Energi Prospektif, Prediksi dan Rekomendasi: Revitalisasi Industri Kelapa Sawit sebagai Andalan Pertumbuhan Ekonomi Nasional 2010-2020, hal 116. 6 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang telah diolah kembali. 3

tentu akan sangat berpengaruh pada harga CPO di pasar internasional. Padahal di sisi lain, perubahan harga CPO itu sendiri berpengaruh pada jumlah permintaannya. Dalam hal ekspor, biasanya faktor ekonomi di suatu negara memberi pengaruh yang cukup signifikan. Faktor nilai tukar, misalnya. Ada pula faktor lain yang juga berpengaruh pada ekspor suatu negara, seperti kebijakan pedagangan. Pengusaha kelapa sawit Indonesia juga menghadapi disinsentif dari pemerintah dalam bentuk kebijakan pungutan ekspor. Mulanya kebijakan ini bertujuan untuk melindungi pasokan dan harga CPO beserta produk turunannya di pasar dalam negeri. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Susila et al. (2001) memperlihatkan bahwa dampak peningkatan pungutan ekspor efektif oleh pemerintah sebesar 1% pada periode 1994-1999 lalu menyebabkan ekspor CPO Indonesia menurun 6.2% per tahun 7. Dan itu berarti, Indonesia kehilangan kesempatan untuk mengekspor CPO lebih dari sebelas ribu ton per tahun. Harga minyak bumi yang terus tumbuh pun diperkirakan berpengaruh secara langsung terhadap permintaan impor CPO. Hal itu mengingat peran CPO sebagai sumber bahan bakar alternatif biodiesel yang mulai diminati dan dikembangkan oleh beberapa negara di dunia. Karenanya, jumlah ekspor CPO Indonesia pun kemungkinan dapat terpengaruh. 1.2.Perumusan Masalah Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, Indonesia sebenarnya memiliki potensi dalam meningkatkan ekspor CPO. Untuk itu, perlu dilakukan studi penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan berikut: 7 Wayan R. Susila, et al. Liberalisasi Perdagangan pada Komoditas Kopi dan Kelapa Sawit (2001): 39. 4

1. Bagaimanakah perkembangan situasi pasar dunia dari sisi permintaan dan penawaran untuk komoditas CPO ini? 2. Apakah faktor-faktor seperti pungutan ekspor, nilai tukar rupiah-dolar Amerika Serikat, dan harga CPO di pasar dunia memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia? 3. Sejauh mana perubahan harga minyak bumi dan harga komoditas substitusi CPO, seperti minyak kedelai (soybean oil) dan minyak biji bunga matahari (sunflower seed oil), mempengaruhi harga CPO di pasar dunia? 1.3. Tujuan Penelitan Secara garis besar, studi penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia. Untuk itu, diperlukan suatu analisa yang jelas mengenai: 1. Perkembangan situasi pasar dunia dari sisi permintaan dan penawaran untuk komoditas CPO. 2. Besar pengaruh pungutan ekspor, nilai tukar rupiah-dolar Amerika Serikat, dan harga CPO di pasar dunia dalam menentukan nilai ekspor CPO Indonesia. 3. Besar pengaruh harga minyak bumi dan komoditas substitusi CPO, seperti minyak kedelai (soybean oil) dan minyak biji bunga matahari (sunflowerseed oil), terhadap harga CPO itu sendiri di pasar dunia. 1.4. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa studi literatur, pengolahan data sekunder, dan analisa hasil. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software komputer Econometric E-views.4. Dari sini diperoleh hasil penelitian yang kemudian 5

dibandingkan teori-teori dan penelitian serupa yang ada sebelumnya, sehingga didapatkan hasil dan kesimpulan dari studi ini. Model yang dianalisa merupakan model persamaan rekursif. Hasil identifikasi model merujuk metode Two Stages Least Squares (2SLS) sebagai teknik analisis data yang digunakan dalam studi penelitian ini. Masing-masing variabelnya menggunakan data dengan rentang waktu tertentu (time series), yaitu sejak bulan Januari 2001 hingga Desember 2006. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder yang diperoleh dari hasil publikasi ataupun data yang dikeluarkan langsung oleh pihak-pihak terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Kantor Pemasaran Bersama PT Perkebunan Nusantara, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan RI, Food and Agricultural Organization (FAO), Bank Indonesia, Departemen Keuangan RI, Departemen Pertanian RI, serta sumber-sumber publikasi lainnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Studi ini menitikberatkan pembahasannya pada analisa kuantitatif mengenai pengaruh faktor-faktor determinan ekspor CPO Indonesia, yang meliputi nilai tukar rupiahdolar Amerika Serikat, pungutan ekspor dan harga CPO di pasar dunia. Sedangkan analisa deskriptif dititikberatkan pada perkembangan permintaan dan penawaran CPO yang terjadi di pasar dunia. Penggunaan data pada model penelitian ini terbatas pada harga dunia untuk komoditas CPO, minyak kedelai (soybean oil), minyak biji bunga matahari (sunflowerseed oil), dan minyak bumi (petroleum) antara Januari 2001 hingga Desember 2006. Data mengenai volume ekspor CPO, penerimaan pungutan ekspor dan nilai tukar rupiah-dolar Amerika Serikat juga menggunakan rentang waktu yang sama. 6

Pemilihan tahun 2001 hingga 2006 dilakukan mengingat pertumbuhan rata-rata ekspor CPO Indonesia yang terjadi pada rentang tahun tersebut cukup besar. Sehingga, perlu dilakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor apa saja yang sekiranya menentukan besarnya ekspor CPO Indonesia saat itu. Di samping itu, dengan menggunakan rentang waktu terbaru diharapkan bahwa kondisi ekspor CPO Indonesia saat ini dapat tergambarkan dengan baik. 7