BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibu merupakan masalah penting. Gigi anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan,

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh NURADILLAH.BURHAN. Politehnik kesehatan kemenkes makassar jurusan keperawatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB 2 Data dan Analisa

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah anak yang mengalami gangguan fisik atau biasa disebut tuna daksa.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi (pit, fissures,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi 1. Pengertian gigi Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigi pada rahang atas dan bawah (Tarigan, 1989). Gigi tetap atau permanen adalah gigi yang tumbuh menggantikan gigi susu apabila tanggal tidak akan diganti oleh gigi lainnya (Paramita, 2000). 2. Bagian-bagian gigi permanen Menurut Tarigan (1989), gigi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Mahkota gigi adalah bagian gigi yang terlihat di dalam mulut dan berwarna putih. b. Akar gigi adalah bagian gigi yang tertanam di tulang rahang. c. Leher gigi adalah bagian gigi yang terletak diantara mahkota gigi dan akar gigi. 3. Ciri-ciri gigi permanen Menurut Beek (1996), gigi molar pertama baik rahang atas maupun rahang bawah memiliki ciri-ciri tersendiri, adapun ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut: a. Gigi molar pertama rahang atas, ciri-cirinya: 1) Mempunyai lima cups, termasuk tuberculum carabelli 2) Mempunyai tiga akar, akar palatal terpanjang dan terbesar 3) Pada pandangan oklusal tampak fissure berbentuk huruf H 4) Memiliki lima bidang pada mahkota, yaitu: bidang bukal, palatal, mesial, distal dan oklusal.

b. Gigi molar pertama rahang bawah, ciri-cirinya: 1) Mempunyai lima cups 2) Mempunyai dua akar, yaitu akar mesial dan distal 3) Pada pandangan oklusal tempatpit dan fissure, serta mempunyai empat groove. Menurut Karza (2010), menyatakan bahwa gigi ukuran paling besar di rahang bawah mempunyai cups paling banyak berdasarkan bentuk dan anatomisnya sehingga memiliki kecenderungan untuk melekatnya sisa-sisa makanan dibandingkan dengan gigi molar atas. 4. Struktur gigi permanen Menurut Paramita (2000), secara garis besar struktur gigi permanen dibagi menjadi dua bagian berikut: a. Struktur jaringan keras Bagian ini terletak di rongga mulut yang dikenal dengan mahkota gigi. Pada mahkota gigi terdapat bagian yang menonjol yang disebut puncak gigi. Mahkota dan puncak gigi dilapisi oleh suatu lapisan yang disebut email gigi, di bagian bawahnya terdapat lapisan berwarna putih yang disebut dentin gigi. b. Struktur jaringan lunak Struktur jaringan lunak berfungsi untuk menyokong gigi. Jaringan lunak yang menyokong gigi disebut gusi, bagian bawahnya terdapat rongga tempat melekatnya gigi yang disebut tulang gigi.bagian dalam gigi terdapat rongga yaitu pulpa gigi dan di dalam pulpa terdapat serabut saraf serta pembuluh darah.struktur jaringan lunak berfungsi untuk menyokong gigi sehingga disebut struktur jaringan penyokong. 7

5. Fungsi gigi permanen Menurut Paramita (2000), fungsi gigi sebagai berikut : a. Membantu fungsi bicara, bahasa yang diucapkan akan terdengar dengan jelas. Banyak huruf alphabet yang tidak dapat disuarakan dengan baik tanpa bantuan gigi. b. Alat untuk mengunyah, sehingga makanan dengan mudah dapat ditelan dan masuk ke dalam rongga pencernaan berikutnya. 8

6. Waktu erupsi gigi permanen Menurut Paramita (2000), erupsi gigi permanen dijelaskan di dalam tabel: Tabel 1 Waktu Erupsi Gigi Permanen Rahang Jenis Gigi Waktu Pertumbuhan Rahang atas Rahang bawah Incisivus 1 (I1) Incisivus 1 (I2) Caninus (C) Premolar 1 (P1) Premolar 2 (P2) Molar 1 (M1) Molar 2 (M2) Molar 3 (M3) Incisivus 1 (I1) Incisivus 2 (I2) Caninus (C) Premolar 1 (P1) Premolar 2 (P2) Molar 1 (M1) Molar 2 (M2) Molar 3 (M3) 7-8 8-9 11-12 10-11 10-12 6-7 12-13 17-21 6-7 7-8 9-10 10-12 11-12 6-7 11-13 17-21 Sumber: Paramita, P, Memahami Pertumbuhan dan Kelainan Gigi Anak, 2000. 9

B. Karies Gigi 1. Pengertian karies gigi Karies berasal dari bahsa Yunani yaitu ker yang artinya kematian, dalam bahasa latin karies berarti kehancuran. Karies berarti pembentukan lubang pada permukaan gigi disebabkan oleh kuman atau bakteri yang berada pada mulut (Srigupta, 2004).Karies gigi merupakan proses patologis jaringan keras gigi yang meliputi email, dentin dan cementum yang terjadi karena interaksi (multi factor) dalam rongga mulut antara lain bakteri, substrat, permukaan gigi serta daya tahan tubuh (Raharjo, 2003). Gigi berlubang (karies gigi) merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas kearah pulpa disebabkan oleh karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme yang tidak segera dibersihkan (Tarigan, 2013). 2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi Menurut Suwelo (1992), faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi terdiri dari dua faktor antara lain faktor dari dalam dan faktor dari luar: a. Faktor dari dalam 1) Hospes yang meliputi gigi dan saliva a) Komposisi gigi Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan kedua setelah email, email sangat menentukan dalam terjadinya proses karies gigi. b) Morfologi gigi Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Permukaan oklusal gigi tetap, memiliki lekuk dan fissure yang bermacam-macam 10

dengan kedalam yang beragam. Permukaan oklusal gigi tetap, lebih mudah terkena karies dibandingkan permukaan lain karena bentuknya yang khas sehingga sukar dibersihkan. c) Susunan gigi Gigi geligi berjejal dan saling tumpang tindihakan mendukung timbulnya karies karena daerah tersebut sulit dibersihkan. d) Saliva Dalam proses pencernaan di dalam mulut terjadi kontak antara makanan dan saliva dengan gigi. Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap karies dan juga memegang peranan penting lain yaitu dalam proses terbentuknya plak, saliva merupakan media yang baik untuk kehidupan mikroorganisme tertentu yang berhubungan dengan karies. 2) Mikroorganisme/ plak Mikroorganisme di dalam mulut yang berhubungan dengan karies gigi antara lain: streptococcus, lactobacillus, antinomycetes dan lain-lain. Kuman sejenis streptococcus berperan dalam proses awal karies yaitu lebih merusak lapisan luar permukaan email, selanjutnya lactobacillus mengambil alih peranan pada karies yang lebih merusak gigi. 3) Substrat Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap karies secara lokal di dalam mulut. Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan tumbuhnya karies. 11

4) Waktu Menurut Newbrun dalam Suwelo (1992), pengertian waktu disini adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. b. Faktor dari luar 1) Usia Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, jumlah karies akan bertambah, hal ini karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh tehadap gigi (Suwelo, 1992). 2) Jenis kelamin Prevalensi karies gigi tetap pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria. Demikian juga pada anak-anak, prevalensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki, hal ini disebabkan karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki (Suwelo, 1992). 3) Suku bangsa Beberapa penelitian menunjukan adanya hubungan suku bangsa dengan prevalensi karies gigi, hal ini karena keadaan sosial ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan karies gigi dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda pada setiap suku tersebut. 4) Letak geografis Daerah-daerah tertentu yang sukar mendapatkan air tawar yang cukup mengandung unsure fluor, maka anak yang lahir di daerah ini akan mempunyai gigi yang rapuh (Tarigan, 1989). 12

5) Kultur sosial penduduk Menurut Davies dalam Suwelo (1992), hubungan antara keadaan sosial ekonomi dan prevalensi karies yaitu faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Perilaku sosial dan kebiasaan akan menyebabkan perbedaan jumlah karies. 6) Kesadaran, sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi Menurut Haditomo dalam Suwelo (1992), keadaan kesehatan gigi dan mulut anak usiasekolahmasih sangat ditentukan oleh kesadaran, sikap dan perilaku serta pendidikan ibunya. Mengubah sikap dan perilaku seseorang harus di dasari motivasi tertentu, sehingga yang bersangkutan mau melakukan dengan sukarela. Menurut Tarigan (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi, yaitu: a) Ras Keadaan tulang rahang suatu ras bangsa berhubungan dengan persentase karies yang semakin meningkat atau menurun. Rahang yang sempit pada ras tertentu sehingga gigi geligi pada rahang sering tumbuh tidak teratur. Keadaan gigi yang tidak teratur akan mempersulit pembersihan gigi dan mempertinggi persentase karies pada ras tertentu. b) Makanan Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut. Isi dari makanan yang menghasilkan energy berpengaruh pada masa pra erupsi serta pasca erupsi dari gigi geligi. Fungsi mekanis makanan yang dimakan juga berpengaruh terhadap 13

gigi dan mulut karena makanan berserat dan berair bersifat membersihkan gigi. Makanan yang lunak dan melekat sebaliknya dapat merusak gigi. c) Air ludah Air ludah ini dikeluarkan oleh kelenjar parotis, kelenjar sublingual, dan kelenjar submandibularis. Air ludah memegang peranan penting dalam keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi yang menentukan terjadinya karies gigi. 3. Proses terjadinya karies gigi Proses terjadinya karies gigi di mulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan ph mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010). Menurut Newburn dalam Suwelo (1992), karies gigi dapat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: gigi/saliva, mikroorganisme, substrat dan waktu. Menurut Newburn dalam Suwelo (1992), menyatakan bahwa karies gigi adalah proses kerusakan yang dimulai dari email terus ke dentin. Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor yang saling mempengaruhi, ada tiga faktor utama yaitu gigi dan saliva, mikroorganisme, substrat serta waktu, sebagai faktor tambahan. Keempat faktor tersebut digambarkan sebagai empat lingkaran: bila keempat lingkaran tersebut tumpang tindih maka terjadi karies. 14

4. Akibat karies gigi Karies dapat menyebabkan rasa sakit yang berdampak pada gangguan pengunyahan sehingga asupan nutrisi akan berkurang, hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Karies gigi yang tidak di rawat selain rasa sakit, lama-kelamaan juga dapat menimbulkan bengkak akibat terbentuknya nanah yang berasal dari gigi tersebut, keadaan ini selain mengganggu fungsi pengunyahan dan penampilan, fungsi bicara juga ikut terganggu (Lindawati, 2014). 5. Pencegahan karies gigi Menjaga kebersihan mulut merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit dalam mulut, seperti: karies gigi dan radang gusi. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling sering ditemukan dalam mulut, penyebab utama penyakit tersebut adalah plak. Menurut Tarigan (2013), beberapa cara pencegahan karies gigi antara lain: a. Kontrol plak Kontrol plak merupakan cara menghilangkan plak dengan menyikat gigi untuk menjaga kebersihan rongga mulut dimulai pada pagi hari, baik sebelum maupun setelah sarapan. b. Penggunaan fluor Penggunaan fluor pada air dapat menambah konsentrasi ion fluor dalam struktur apatit gigi yang belum erupsi. Struktur apatit gigi ini akan lebih tahan pada lingkungan asam dan meningkatkan potensi terjadinya remineralisasi. 15

c. Kontrol bakteri Chlorexidine terbukti paling efektif melekat secara ionic pada gigi dan permukaan mukosa oral dalam konsentrasi tinggi selama berjam-jam sebagai aksi antibakterial. d. Penutupan fissure Penutupan fissure adalah sebuah tindakan protektif yang terbukti baik untuk mencegah perkembangan karies pada anak-anak. Penutupanfissure kini direkomendasikan untuk semua kelompok usia terdapat resiko karies yang tinggi. e. Pengaturan diet Pengatran diet merupakan faktor paling umum untuk mencegah karies. Ion asam yang terus menerus diproduksi oleh plak merupakan bentuk dari karbohidrat dalam jumlah yang banyak, jika tidak dilakukan pengaruh diet akanmenyebabkan sistem buffering saliva menjadi adekuat, sehingga proses remineralisasi yang merupakan faktor penyeimbang dari faktor demineralisasi tidak terjadi. f. Menyikat gigi Menyikat gigi adalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan maksud agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut (Manson dan Elley, 1993). 6. Perawatan karies gigi Tindakan awal untuk perawatan karies gigi adalah penambalan, lubang kecil pada gigi sebaiknya segera ditambal, tanpa penambalan proses bertambah besarnya lubang pada gigi akan terus berlangsung. Lubang tersebut tidak dapat menutup sendiri secara ilmiah, tetapi perlu dilakukan penambalan oleh dokter gigi. Selama 16

gigi masih dapat dirawat dan ditambal, sebaiknya dipertahankan, karena gigi berperan penting dalam proses pengunyahan ( Afrilina dan Granicinia, 2006). Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi pilihan perawatan karies, bila gigi tersebut telah hancur dan tidak dapat dilakukan penambalan. Bila gigi permanen telah dicabut baik sebagian atau seluruhnya maka tidak ada jalan lain untuk mengembalikan fungsi pengunyahan selain dengan membuat gigi palsu (Tarigan 1995). C. Sekolah Dasar 1. Pengertian Sekolah Dasar Menurut Waini Rasyidi (dalam Taufik, Priyanto, dan Mikarsa 2007), Sekolah Dasar pada hakikatnya merupakan satuan atau unit lembaga sosial (Sosial Institution) yang diberi amanah atau tugas khusus (Specific task) oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar secara sistematis. Secara teknis pendidikan SD dapat pula didefinisikan sebagai proses pembimbing, mengajar dan melatih peserta didik yang berusia 6-13 tahun untuk memiliki kemampuan dasar dalam aspek intelektual, sosial dan personalyang terintegrasi dan sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Tujuan pendidikan SD adalah mengembangkan pengetahuan siswa dalam aspek intelektual, sosial dan personal yang paling mendasar yaitu untuk dapat mengikuti pendidikan di SLTP atau yang sederajat, (Taufik, Prianto, dan Mikarsa, 2007). 2. Siswa Sekolah Dasar Secara umum anak Sekolah Dasar banyak yang mengalami karies gigi mulai dari umur 6-12 tahun, namun dari hasil penelitian yang mengalami karies gigi 17

diantaranya anak berusia di bawah 12 tahun, salah satunya ialah anak berusia 10 tahun (Julisiri, 2015). 18