Pola Pemanfaatan Ruang Publik Bawah Jalan Layang Janti Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah


KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

POLA AKTIVITAS PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI ALUN-ALUN BATU

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

International Fash on Institute di Jakarta

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis yang telah. dikemukakan pada bab bab terdahulu mengenai hubungan rancangan suasana toko

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STASIUN KERETA API SEBAGAI PLAYGROUND: Kasus Stasiun Gawok di Hari Minggu 1. Sri Lestari dan Wiwien Dinar Pratisti Fakultas Psikologi UMS

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Stephen Carr dibedakan menjadi¹: pagar, tanaman, dan berlokasi dijalan utama pusat kota.

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

selatan Ringroad dan sebagian Sleman yang berada di sebelah utara Ringroad. Meskipun demikian, kondisi wilayah perkotaan yang berada di dalam jalan

BAB III: DATA DAN ANALISA

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN TAMAN KOTA LEMBAH GURAME DI KOTA DEPOK ABSTRAK

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

UKDW. UU Reepublik Indonesia no.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

BAB PENDAHULUAN Pengertian Judul

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

Perhitungan Kepuasan Pengunjung terhadap Kinerja Ruang Publik Menggunakan Customer Statisfaction Index (CSI)

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development

Transkripsi:

Pola Pemanfaatan Ruang Publik Bawah Jalan Layang Janti Yogyakarta Dwi Kunto Nurkukuh Dosen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, STTNAS Yogyakarta sikukuh@gmail.om Abstrak Jalan layang Janti dibangun untuk mengurangi kemacetan sebagaiman kawasan Janti merupakan simpul perbatasan Jogja, Bantul, dan Sleman. Ruang bawah jalan layang Janti menjadi kosong, lalu dimanfaatkan masyarakat untuk beraktivtias. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola pemanfaatan ruang publik bawah jalan layang Janti. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif disertai analisis interaktif meliputi reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Kondisi eksisting ruang publik bawah jalan layang ini relatif baik dengan dinding masih kokoh dan bersih, parkir masih cukup hanya kurang penerangan pada malam hari. Aktivitas di ruang publik bawah jalan layang ini antara lain perdagangan dan jasa, serta mobilitas masyarakat. Kekurangannya properti lapak banyak ditinggalkan di lokasi ketika tidak dipakai, minim air bersih sehingga kualitas produk kurang. Pola Pemanfaatan Ruang Publik Bawah Jalan Layang Janti terdiri dari RTH, Pedagang Kaki Lima (PKL), Perdagangan dan Jasa, Parkir, dan Halte. RTH di sebelah utara. Perdagangan dan Jasa di Barat dan Timur. PKL di sepanjang tengah sampai selatan. Halte di tengah utara rel Kereta Api. Parkir di antara para PKL. Kata Kunci: seminar, penelitian, aktivitas, masyarakat 1. Pendahuluan Jalan Layang Janti dibangun di atas tiang-tiang penyangga sehingga jalan melayang di udara seperti jembatan. Dalam hal ini ada ruang kosong yang terbentuk di bawah jalan layang. Pada awalnya ruang bawah Jalan Layang Janti ini kosong hanya dipakai untuk sirkulasi kendaraan yang melintas di bawah jalan layang. Seiring perkembangan waktu, ruang bawah jalan layang ini menjadi ramai aktivitas selain sirkulasi kendaraan. Melihat kondisi tersebut ruang bawah jalan layang ini dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik. Ruang publik adalah suatu tempat umum dimana masyarakat melakukan aktivitas rutin dan fungsional yang mengikat sebuah komunitas, baik dalam rutinitas normal sehari-hari maupun dalam perayaan periodik (Carr, 1992). Ruang terbuka publik merupakan kumpulan dari sekian banyak behaviour setting. Namun akan menjadi masalah jika salah satu behaviour setting mendominasi dan menguasai ruang terbuka publik. Supaya ruang terbuka publik tetap dapat berjalan dengan baik, maka behaviour setting harus tetap dikendalikan. Oleh karena itu perlu pemetaan pola pemanfaatan ruang terbuka publik agar dapat mengatur distribusi ruang aktivitas di dalam ruang terbuka publik tersebut (Mahendra dkk, 2014). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola pemanfaatan ruang bawah Jalan Layang Janti sebagai ruang publik. Untuk mewujudkan tujuan perlu mengidentifikasi kondisi eksisting, aktivitas masyarakat dan pola pemanfaatan ruang bawah Jalan Layang Janti sebagai ruang publik. 2. Metode Untuk mengetahui pola pemanfaatan ruang bawah Jalan Layang Janti sebagai ruang publik maka digunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian yaitu ruang bawah Jalan Layang Janti yang terletak di Kawasan Janti, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, D. I. Yogyakarta atau Ringroad Timur Kota Yogyakarta Gambar 1. Lokasi Penelitian (Google Earth, 2017) 2.1 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan metode wawancara terkait aktivitas dan tanggapan masyarakat terhadap ruang publik bawah Jalan Layang Janti, Observasi terkait gambaran kondisi 447

eksisting ruang publik bawah Jalan Layang Janti, Studi Dokumentasi terkai sejarah dan perkembangan kawasan Janti. Narasumber yang digunakan dengan metode accidental sampling yaitu masyarakat yang sedang beraktivitas di ruang bawah Jalan Layang Janti yang ditemui saat penelitian sedang dilakukan. 2.2 Metode Analisis Data Penelitian menggunakan analisis interaktif melalui langkah-langkah: reduksi data, display/ penyajian data, dan mengambil kesimpulan lalu diverifikasi (Iskandar, 2009). 3. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian berupa kondisi eksisting ruang publik bawah Jalan Layang Janti, aktivitas masyarakat di ruang publik bawah Jalan Layang Janti, dan pola pemanfaatan ruang publik Jalan Layang Janti. 3.1 Kondisi Eksisting Kondisi ruang bawah jalan layang Janti secara fisik masih baik, kokoh dan kuat. Ruang bawah jalan layang Janti saat ini dimanfaatkan untuk pedagang kaki lima dan parkir kendaraan. Kondisi ruang bawah jalan layang Janti agak kotor dengan adanya gerobak-gerobak pedagang yang ditinggalkan jika saat tidak berjualan. Penerangan ruang bawah jalan layang Janti masih gelap hanya cahaya penerangan dari rumah dan toko di sekitar area jalan layang Janti. Di bawah jalan layang Janti ini terdapat Halte Bus Trans Jogja dan rel kereta api jurusan Jogja-Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa padatnya arus lalu lintas Janti menjadi potensi banyaknya mobilitas penduduk yang singgah di area Janti ini. Gambar 3. Perlintasan Kereta Api Kawasan Janti Dinding penyangga jalan layang Janti masih baik dan masih jarang terlihat coretan. Meskipun pedagang dan masyarakat sekitar beraktivitas disitu, namun mereka tetap menjaga kebersihan dinding penyangga jalan layang Janti. Visual dinding penyangga ini sebenarnya bisa menjadi suatu daya tarik apabila dihias dengan gambargambar yang khas dari Yogyakarta. Pada segmen awal ruang bawah jalan layang Janti tepatnya pada pertigaan besar Janti masih terlihat ruang terbuka hijau (RTH) dengan sekumpulan vegetasi yang hijau dan ruang yang bersih dari para pedagang kaki lima. Gambar 4. Dinding Penyangga Jalan Layang Janti Gambar 2. Halte Bus Trans Jogja Janti Selatan Gambar 5. RTH Bawah Jalan Layang Janti 448

3.2 Aktivitas Masyarakat Menurut keterangan dari beberapa Pedagang Kaki Lima di bawah jalan layang Janti, mereka yang berjualan di bawah jalan layang Janti ini terus berjualan dari pagi hingga malam hari. Aktivitas pedagang kaki lima sebenarnya relatif sama tiap waktunya hanya berganti jenis dagangannya saja. Satu pedagang bisa berjualan dari pagi hingga malam hanya dengan mengganti barang dagangannya. Gambar 6. Parkir Bawah Jalan Layang Janti (Observasi Peneliti, 2017 Selain pedagang kaki lima, ruang bawah jalan layang juga dimanfaatkan untuk parkir kendaraan. Sebagian besar parkir ditujukan untuk toko-toko di sekitar jalan layang Janti karena keterbatasan ruang pada toko-toko mereka. Sebagian kecil parkir lagi ditujukan untuk para penggemar kuliner di bawah jalan layang Janti. Tidak dipungkiri bila suatu saat kendaaraan parkir berlebih dapat menyebabkan hambatan perjalanan kendaraan lalu lalang di bawah jalan layang Janti ini. Kondisi penampilan ruang bawah jalan layang hanya berupa dinding-dinding beton penyangga, belum terdapat beberapa tanaman penghijauan yang bisa menjadikan ruang bawah jalan layang ini menjadi lebih asri dan menarik. Kekurangan dari kondisi eksisting ruang yang ditemui antara lain seperti kurangnya penerangan pada malam hari, peralatan dan gerobak PKL yang ditinggalkan saat tidak digunakan memberi kesan kumuh, masalah sampah dan air bersih karena belum adanya tempat pembuangan dan kran sumber air bersih sehingga dapat mengurangi kualitas produk dagangan yang disajikan, serta lalu lintas yang cukup padat yang dapat mengancam aspek keselamatan pengguna ruang bawah jalan layang apabila tidak hati-hati. Gambar 8. Aktivitas PKL Malam Selain pedagang kaki lima juga terdapat toko-toko dan warung makan yang ada di kanan dan kiri bawah jalan layang Janti seperti minimarket, toko elektronik, toko aksesoris angkatan udara, warung bakso dan mie ayam, tukang cukur dan tambal ban. Untuk keuntungan yang dirasakan pedagang saat ini cukup memuaskan karena harga jual mereka bisa dua kali harga produksi. Disamping itu, banyak konsumen merupakan mahasiswa yang tentunya meramaikan kawasan ini. Mereka juga tidak perlu membayar biaya sewa untuk berjualan karena ruang bawah jalan layang ini benar-benar kosong dan belum mendapat perhatian dari pemerintah setempat jadi warga masih bebas mengakses ruang ini. Gambar 7. Penerangan di Malam Hari Gambar 9. Perdagangan Sekitar 449

Selain dari aktivitas Perdagangan dan Jasa di ruang publik bawah jalan layang Janti juga terdapat aktivitas mobilitas masyarakat. Lokasi kawasan Janti yang strategis ini yang merupakan simpul perbatasan Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta ditunjukkan dengan banyaknya pergerakan masyarakat di kawasan ini. Mobilitas lokal ditunjukkan dengan aktivitas masyarakat menggunakan kendaraan pribadi baik motor maupun mobil serta menggunakan angkutan massal seperti Bus Trans Jogja dan KRL Prambanan Ekspress. Mobilitas antar kota juga ditemui di ruang bawah jalan layang ini seperti pergerakan kendaraan pribadi arah Solo- Yogyakarta, angkutan massal Bus AKAP jurusan Surabaya-Yogyakarta serta Kereta Api Jurusan Surabaya-Yogyakarta. layang Janti menjelaskan bahwa keuntungan mereka didukung dengan kehadiran mahasiswa karena beberapa kampus terdapat di sekitar kawasan Janti ini, serta kehadiran para pekerja yang keluar masuk Jogja memilih kawasan Janti ini untuk transit sembari mereka beristirahat di tengah perjalanan mereka berangkat atau pulang kerja. Beberapa pengunjung dari luar provinsi juga turun transit menikmati makan minum di bawah Jalan Layang Janti ini sambil menunggu jemputan atau hanya sekedar beristirahat untuk meneruskan perjalanan ke dalam Kota Yogyakarta. Gambar 10. Mobilitas Kendaraan Selain para penumpang bus, banyak juga para mahasiswa dan pekerja yang mampir singgah ke ruang bawah jalan layang Janti. Menurut beberapa pedagang dan tukang parkir di ruang bawah jalan Gambar 11. Parkir Kendaraan Dengan adanya aktivitas mobilitas masyarakat dan perdagangan maka menimbulkan aktivitas parkir. Aktivitas parkir di ruang publik bawah jalan layang Janti ini cukup banyak terutama di siang hari karena banyak yang berhenti di pedagang sekitar dan sebagian mencicipi kuliner bawah jalan layang Janti ini. Saat ruang parkir yang tersedia 450

sudah penuh, motor-motor bisa parkir naik ke punggung paving blok bawah jalan layang yang masih tersisa di antara para pedagang kaki lima. Parkir mobil diutamakan di badan jalan yang menjorok ke dalam di bawah jalan layang Janti yang terletak di tengah-tengah bawah jalan layang Janti ini. Parkir mobil diarahkan di sebelah barat dan parkir motor di sebelah timur atau naik ke atas paving blok. Lahan parkir bawah jalan layang janti ini juga dimanfaatkan karyawan yang bekerja di kawasan Janti ini karena terbatasnya area parkir depan kantor dan di tengah bawah jalan layang tidak begitu menganggu jalan umum. Peluang keberadaan parkir ini dimanfaatkan warga sekitar untuk memperoleh penghasilan. Gambar 12. Pola Pemanfaatan Ruang Publik (Analisis Peneliti, 2017) Pola pemanfaatan ruang tersebut dapat berjalan dengan baik apabila memiliki unsur-unsur ruang publik yaitu comfort, relaxation, passive engagement, active engagement, discovery (Carmona dkk, 2003). Kualitas ruang publik bawah jalan layang Janti bila dilihat dari unsurunsurnya sebagai berikut: a. Comfort Merupakan salah satu syarat mutlak keberhasilan ruang publik. Lama tinggal seseorang berada di ruang publik dapat dijadikan tolok ukur comfortable tidaknya suatu ruang publik. Dalam hal ini kenyamanan ruang publik antara lain dipengaruhi oleh : environmental comfort yang berupa perlindungan dari pengaruh alam seperti sinar matahari, angin; physical comfort yang berupa ketersediannya fasilitas penunjang yang cukup seperti tempat duduk dan social comfort. Untuk ruang publik bawah jalan layang Janti masih kurang penerangan, ketersediaan air bersih dan pembuangan sampah sehingga masih kurang nyaman. b. Relaxation Merupakan aktifitas yang erat hubungannya dengan psychological comfort. Suasana rileks mudah dicapai jika badan dan pikiran dalam kondisi sehat dan senang. Kondisi ini dapat dibentuk dengan menghadirkan unsur-unsur alam seperti tanaman / pohon, air dengan lokasi yang terpisah atau terhindar dari kebisingan dan hiruk pikuk kendaraan di sekelilingnya. Untuk ruang publik bawah jalan layang Janti bisa dimanfaatkan untuk rileks menyehatkan badan dan pikiran hanya masih ada kebisingan lalu lintas yang dapat menganggu. c. Passive engagement Aktifitas ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Kegiatan pasif dapat dilakukan dengan cara duduk-duduk atau berdiri sambil melihat aktifitas yang terjadi di sekelilingnya atau melihat pemandangan yang berupa taman, air mancur, patung atau karya seni lainnya. Kegiatan pasif di ruang publik bawah jalan layang Janti dapat dilakukan dengan melihat-lihat sekitar, duduk-duduk santai dan bila kereta api melintas bisa menyuguhkan nuansa tersendiri. Pengguna bisa melihat dan merasakan pesawat terbang melintas di atas karena lokasinya yang dekat dengan bandara. d. Active engagement Suatu ruang publik dikatakan berhasil jika dapat mewadahi aktifitas kontak/interaksi antar anggota masyarakat (teman, famili atau orang asing) dengan baik. Ruang publik bawah jalan layang Janti bisa dinikmati bersama-sama dengan teman, keluarga ataupun orang lain. Pengguna dimanjakan dengan berbagai kuliner yang tersedia di ruang publik janti ini. Area yang cukup luas untuk berkumpul atau berdiskusi bisa dimanfaatkan masyarakat. e. Discovery Merupakan suatu proses mengelola ruang publik agar di dalamnya terjadi suatu aktifitas yang tidak monoton. Untuk ruang publik bawah jalan layang Janti ini sebenarnya sudah beragam aktivitasnya hanya perlu penataan pola pemanfaatan ruangnya agar tidak monoton. Kulit dinding jalan layang yang polos ini juga memberikan kesan monoton. Dengan pemberian warna atau lukisan dinding jalan layang dapat menyegarkan suasana sehingga tidak berkesan monoton. 451

Gambar 13. Kualitas Ruang Publik (Analisis Peneliti, 2017) Kualitas ruang publik bawah Jalan Layang Janti paling baik dari faktor passive engagement karena lebih menarik untuk duduk-duduk sambil makan minum, melihat kereta, bus, pesawat yang melintas. Peringkat kedua, faktor active engagement berpeluang untuk dilakukan seperti berkumpul, berdiskusi atau berinteraksi karena banyak orang yang transit di area ini. Peringkat ketiga, faktor relaxation karena memang santai tapi masih bising. Peringkat keempat, faktor comfort karena kurang nyaman dengan lalu lintas yang padat dan penerangan malam yang kurang. Peringkat akhir, faktor discovery karena cenderung monoton suasananya. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan mengenai kondisi eksisting, aktivitas dan pola pemanfaatan ruang publik bawah jalan layang Janti sebagai berikut: Kondisi eksisting ruang publik bawah jalan layang ini relatif baik dengan dinding masih kokoh dan bersih, parkir masih cukup hanya kurang penerangan pada malam hari. Aktivitas di ruang publik bawah jalan layang ini antara lain perdagangan dan jasa, serta mobilitas masyarakat. Kekurangannya properti lapak banyak ditinggalkan di lokasi ketika tidak dipakai, minim air bersih sehingga kualitas produk kurang. Pola Pemanfaatan Ruang Publik Bawah Jalan Layang Janti terdiri dari RTH, PKL, Perdagangan dan Jasa, Parkir, dan Halte. RTH di sebelah utara. Perdagangan dan Jasa di Barat dan Timur. PKL di sepanjang tengah sampai selatan. Halte di tengah utara rel Kereta Api. Parkir di antara para PKL. Daftar Pustaka Carmona, dkk. 2003. Public places urban spaces, the dimension of urban design. New York : Architectural press. Carr, Stephen dkk. 1992. Public Space. USA: Cambridge University Press Iskandar. 2009. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi untuk Penelitian Pendidikan, Hukum, Ekonomi & Manajemen, Sosial, Humaniora, Politik, Agama dan Filsafat. Jakarta: Gaung Perseda Press Mahendra, Cantya P. dkk. 2014. Pola Aktivitas Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik di Alun- Alun Batu. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Ucapan Terima Kasih Tak ada gading yang tak retak. Hasil penelitian tak luput dari kekurangan. Terimakasih kepada masyarakat kawasan Janti, paguyuban pedagang bawah Jalan Layang Janti dan STTNAS Yogyakarta yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini. 452