PENGARUH TAK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN DALAM MENGONTROL HALUSINASI DIRUANG KENARI RSKD PROVINSI SUL-SEL

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG KENARI RS.KHUSUS DAERAH PROVINSI SUL-SEL

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP PASIEN PERILAKU KEKERASAN DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

Rismayanti 1, Sudirman 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

Aristina Halawa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr.

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VII, No.1 April 2016

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN:

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

GAMBARAN KEMAMPUAN PASIEN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN DI RUANG NYIUR RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN KOTA MAKASSAR ABSTRAK

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

Koping individu tidak efektif

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

PENGARUH AKTIVITAS TERJADWAL TERHADAP TERJADINYA HALUSINASI DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

PENGARUH KOMUNIKASI DAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP KESEMBUHAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN LONTARA I RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

PENERAPAN ASKEP TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI DI RS.JIWA KHUSUS SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU. Nurhasanah

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

HUBUNGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR, KOMUNIKASI DAN TINDAKAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. (Alamat Respondensi: ABSTRAK

Transkripsi:

PENGARUH TAK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN DALAM MENGONTROL HALUSINASI DIRUANG KENARI RSKD PROVINSI SUL-SEL Asni Kala 1, Dahrianis 2 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK adalah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensai palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,perabaan atau penghiduan.pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Terapi aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakanaktivitas sebagai stimulasi dan yang terkait dengan pengalaman atau kehidupan yang didiskusikan dalam kelompok. Terapi aktivitas ini secara singnifikan memberi perubahan terhadap kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sul-sel dimulai tanggal 10 Juni 28 Juni 2013 Yang mana penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi aktivitas kelompok yang meliputi teknik mengenal halusinasi, menghardik, bercakap-cakap, menyusun aktivitas terjadwal, dan penggunaan obat secara teratur terhadap kemampuan mengntrol halusinasi. Jenis penelitian yang digunakan peneleliti dalam penelitian ini adalah quasy eksperimen dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Dari penelitian ini didapatkan klien yang di rawat di ruang perawatan kenari dengan masalah utama halusinasi pendengeran sebanyak 20 responden. Cara pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi, dengan menggunakan Chi-Square versi 16. Berdasarkan ui statistic di peroleh nilai p = 0,00 data ini menunjukkan bahwa masih ada pengaruh terapi terhadap kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi di ruang kenari RSKD Provinsi Sulsel.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antar rerapi aktivitas kelopok yang meliputi teknik mengenal halusinasi, menghardik, bercakap-cakap, menysu jadwal kegiatan, dan penggunaan obat secara teratur terhadap.hasil penelitian ini diharapkan member manfaat bagi RSKD Provinsi Sul-sel, keperawatan, klien dan kluarga dalam merawat klien dengan halusinasi. Kata Kunci : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Mengenal, Menghardik, Bercakap-Cakap, Menyusun Kegiatan Terjadwal, Cara Minum Obat PENDAHULUAN Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada ( Yosep Iyus, 2011 ). Kesehatan jiwa menurut undang-undang No 3 tahun 1966, adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan memperhatikan segi kehidupan manusia dan cara berhubungan dengan orang lain. adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien member persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati Farida & Hartono Yudi, 2010). Direkur jenderal pembinaan kesehatan masyarakat (binkesmas) departemen kesehatan dan World Helth Organization (WHO) tahun 2010 memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia bahkan berdasarkan data World bank dibeberapa Negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global (Global Burden Disease menderita gangguan jiwa Masalah kesehatan jiwa atau gangguan jiwa juga masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Data Profil Kesehatan Indonesia (2008) menunjukkan bahwa dari 1000 penduduk terdapat 185 penduduk mengalami gangguan jiwa. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2007, diketahui bahwa prevalensi. Gangguan jiwa per 1000 anggota 157

rumah tangga terdapat 140/1000 penduduk usia 15 tahun ke atas, dan diperkirakan sejak awal tahun 2009 jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa sebesar 25% dari populasi penduduk di Indonesia. Pada bulan Januari sampai Desember 2007 diprediksi penderita gangguan jiwa terbesar dimakasar mencapai 8.000 orang tetapi hanya sedikit keluarga yang memeriksakan karena alasan malu dan tidak memiliki biaya. Data pasien dengan gangguan jiwa yang dirawat di RS Khusus Daerah Provinsi Sulawesi selatan, Januari sampai Desember tahun 2010 sebanyak 5909 orang yang mengalami halusinasi dari 12914 yang mengalami gangguan jiwa ( 45,75% ),dan pada Januari sampai Desember tahun 2011 sebanyak 5966 orang yang mengalami halusinasi dari 13247 yang mengalami gangguan jiwa ( 47,35 %) sedangkan dari Januari sampai Desember tahun 2012 sebanyak 6977 orang yang mengalami halusinasi dari 14008 yang mengalami gangguan jiwa ( 51 % ). Data ini diperoleh dari ( medical record ) Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 02 April 2013. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu quasy eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Kenari RS Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dlaksanankan pada 10 Juni 28 Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami halusinasi yang dirawat di ruang kenari RS. Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan. Pengambilan sampling pada penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling yaitu dengan cara memilih sampel diantara populasi yang sesuai dengan criteria inklusi dan criteria eksklusi. Pengumpulan data dan pengolahan data Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah : 1. Populasi adalah pasien yang mengalami halusinasi di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 2. Sampel sebagian pasien yang mengalami halusinasi di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 3. Teknik sampling nonprobability dengan uji purposi sampling. 4. Variabel yang diteliti : TAK Stimulasi Persepsi terhadap kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. 5. Metode pengumpulan data Observasi dengan skala guttman. 6. Analisa data Uji Chi Square, batas kemaknaan α < 0,05. Simpulan α 0,05: Ho Diterima. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi disusun dengan mengacu pada uraian pada defenisi operasional variabel penelitian. 1. Editing Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuisioner dari responden. Hal ini dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera dapat di lengkapi. 2. Coding Penelitian melakukan pemberian kode pada data untuk memudahkan pengelompokan dan klasifikasi. Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric ( angka ) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori, kemudian dimasukkan kedalam lembaran tabel kerja untuk memudahkan dalam pengolahan data. Setiap item jawaban pada lembar kuisioner di beri kode sesuai dengan karakter masing-masing. 3. Tabulasi Data Kegiatan ini memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel, kemudian diolah dengan bantuan computer dimana tabel tersebut sudah di lampirkan. Analisis data Dalam melakukan analisis data dapat dibedakan menjadi 3 cara yaitu ; 1. Analisis univariat : teknik ini dilakukan terhadap setiap variabel hasil dsri penelitian 2. Analisis bivariat : model analisis ini digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antar variabel 3. Analisis multivariate : pada model analisis ini memungkinkan kita untuk melakukan tes hipotesis tentang adanya hubungan variabel atau lebih. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Rumah Sakit Khusu Daerah Provinsi sul-sel Umur n % 21-30 31-40 >20 5 11 4 25.0 55.0 20.0 20 100.0 Data dari table 1 distribusi responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa responden dengan umur antara 21-30 tahun sebanyak 5 ( 25 % ) responden, responden dengan umur antara 31-40 tahun sebanyak 11 158

( 55 % ), dan >41 tahun sebanyak 4 ( 20 % ) responden. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Rumah Sakit Khusus Daerah provinsi Sul-sel Pendidikan n % SD SLTP SMA D4 9 8 2 1 45.0 40.0 10.0 5.0 20 100.0 Data dari tabel 2 distribusi responden berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 9 ( 45 % ) responden, tingkat pendidikan SLTP sebanyak 8 (40%) responden Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit khusus Daerah Provinsi sul-sel. Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan 20-100 - 20 100.0 Data dari tabel 3 distribusi responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pada penelitian ini semua responden adalah laki-laki sebanyak 20 (100%) responden. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama Di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulsel Agama n % Islam Kristen 18 2 90.0 10.0 20 100.0 Data dari tabel 5.4 distribusi responden berdasarkan agama menunjukkan bahwa responden yang menganut agama islam sebanyak 18 ( 90 % ), dan yang menganut agama Kristen sebanyak 2 ( 10 % ) responden. Analisis Bivariat Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdaarkan Kemampuan Pasien Mengenal Di rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sul-sel Pendengara n Mengenal 10 50,0 0 0 12 50 2 10,0 8 40 8 50 12 60.0 8 40 20 100 p= 0.001 responden mengenal halusinasi menunjukkan bahwa yang mampu mengenal halusinasi sebanyak 12 ( 60,0 % ) responden dan yang kurang mampu mengenal halusinasi sebanyak 8 ( 40,0 % ) responden. Hasil analisa pengaruh kedua variabel di atas menggunakan uji statistik Chi-Square menunjukkan Koefesien Korelasi = 0.001. Sedangkan signifikansi dari pengaruh kedua variabel tersebut adalah (p) = 0.05. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemampuan Pasien Dalam Menghardik Di Rumah Sakit Khusus Provinsi Sul-sel Pendengaran Menghardik 10 50,0 0 0 10 50 1 5,0 9 45,0 10 50 11 55,0 9 45,0 20 100 p= 0.000 responden dalam menghardik menunjukkan bahwa yang mampu menghardik sebanyak 11 (55,5%) responden dan yang kurang mampu menghardik sebanyak 9 (45,0%) responden. Hasil analisa pengaruh kedua variabel di atas menggunakan uji statistik Chi-Square menunjukkan Koefesien Korelasi = 0.000. Sedangkan signifikansi dari pengaruh kedua variabel tersebut adalah (p) = 0.05. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kemampuan Pasien Dalam Bercakap-cakap Di Rumah Sakit Khusus DaerahProvinsi sul-sel Pende ngaran Bercakap-cakap 10 50,0 0 0 10 50,0 3 15,0 7 35,0 10 50,0 13 65,0 7 35,0 20 100 p= 0.003 responden dalam bercakap-cakap menunjukkan bahwa yang mampu bercakapcakap sebanyak 13( 65,0 % ) responden dan yang kurang mampu bercakap-cakap sebanyak 7 ( 35,0 % ) responden. Hasil analisa pengaruh kedua variabel di atas menggunakan uji statistik Chi-Square menunjukkan Koefesien Korelasi = 0.003. Sedangkan signifikansi dari pengaruh kedua variabel tersebut adalah (p) = 0.05. 159

Tabel 8. Disribusi Frekuensi Berdasarkan Kemampuan Pasien Dalam menyusun Jadwal Kegiatan Di Rumah Sakit Khusus DaerahProvinsi Sul-sel Pendengara n Menyusun Jadwal Kegiatan n % n % N % 9 45,0 1 5,0 10 50,0 40,0 10 2 10,0 8 50,0 11 55,0 9 50,0 20 100 p= 0.005 responden dalam menyusun jadwal kegiatan menunjukkan bahwa yang mampu menyusun jadwal kegiatan sebanyak 11( 55,0 % ) responden dan yang kurang mampu menyusun jadwal kegiatan sebanyak 9 ( 50,0% ) responden. Hasil analisa pengaruh kedua variabel di atas menggunakan uji statistik Chi- Square menunjukkan Koefesien Korelasi = 0.005. Sedangkan signifikansi dari pengaruh kedua variabel tersebut adalah (p) = 0.05. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemampuan Pasien Dalam minum Obat Di rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sul-sel Pendengaran Minum Obat 10 50,0 0 0 10 50,0 2 10,0 8 40,0 10 50,0 12 60,0 8 40,0 20 100 p= 0.001 responden dalam minum obat menunjukkan bahwa yang mampu minum obat sebanyak 12( 60,0 % ) responden dan yang kurang mampu minum obat sebanyak 8 ( 40,0 ) responden. Hasil analisa pengaruh kedua variabel di atas menggunakan uji statistik Chi-Square menunjukkan Koefesien Korelasi = 0.001. Sedangkan signifikansi dari pengaruh kedua variabel tersebut adalah (p) = 0.05. PEMBAHASAN 1. Pengaruh terapi aktivitas kelompok pasien dalam mengenal halusinasi dengan Terapi kelompok yang diberikan dengan memberan stimulus pada pasien bias mengontrol hslusinasi yang bertujuan agar klien dapat mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi halusinasi dank lien mampu mengenal perasaan bias mengalami halusinasi. Dari peneliti sebelumnnya menyatakan bahwa mengenal halusinasipada pasien dengan terapi aktivita kelompok maka akan dapat mengontrol halusinasi yang timbul (Elisabet, 2008 ). Dari hasil peneltian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara terapi mengenal halusinasi dengan kemampuan mengontrol halusinasi. Hal ini digambarkan bahwa berdasarkan tabel 5.5,dari hasil penelitian di RSKD Provinsi Sul-sel responden mengenal halusinasi menunjukkan bahwa yang mampu mengenal halusinasi sebanyak 12 ( 60,0 % ) responden dan yang kurang mampu mengenal halusinasi sebanyak 8 ( 40,0 % ) responden. p= 0,001 lebih kecil dari nilai α=0,05. melalui kemampuan pasien mengenal halusinasi dengan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien masalah utama halusinasi yang dirawat diruang kenari RSKD Provinsi Sul-sel. 2. Pengaruh terapi aktivitas kelompok pasien dalam menghardik dengan pendegaran Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memperdulikan halusinasinya. Kalau bias dilakukan asien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Terapi aktivitas kelompok yang diberikan stimulus pada klien bisa mengontrol halusinasi yang bertujuan agar klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengalami halusinasi. Klien juga dapat memahami dinamika halusinasi, cara menghardik halusinasi dan dapat memperagakan cara mengharidk halusinasi ( Sheila, 2008 ). Dari hasil penelitian sebelummnya menyatakan dengan cara menghardik 160

halusinasi pada terapi aktivitas kelompok klien dapat menolak halusinasi yang akan muncul dengan mengatakan tidak terhadap halusinasi dan tidak mempedulikannya (Elisabet, 2008 ). Hal ini digambarkan bahwa berdasarkan tabel 5.6,dari hasil penelitian di RSKD Provinsi Sul-sel responden dalam menghardik menunjukkan bahwa yang mampu menghardik sebanyak 11( 55,5 % ) responden dan yang kurang mampu menghardik sebanyak 9 (45,0 %) responden. p= 0,000 lebih kecil dari nilai α=0,05. melalui kemampuan pasien dalam menghardik dengan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien masalah utama halusinasi yang dirawat diruang kenari RSKD Provinsi Sul-sel. 3. Pengaruh terapi aktivitas kelompok pasien dalam bercakap-cakap dengan pendegaran Terapi aktivitas kelompok diberikan dengan memberikan stimulus pada klien bias mengontrol halusinasi, yang bertujuan agar klien dapat memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain dan menerapkan cara menghubungi orang lain ketika memulai mengalami halusinasi. Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, focus perhatian klien akan berlatih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol hausinasi adalah dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain ( Sheila, 2008 ). Dari hasil penelitian sebelumnya dengan terapi bercakap-cakap dengan orang lain pada terapi aktivitas kelompok klien akan mampu mengontrl halusinasi yang akan muncul ( Elisabet, 2008 ). Dari peneltian ini mengatakan bahwa ada pengaruh antara terapi bercakap-cakap dengan kemampan mengontrol halusinasi. Hal ini digambarkan berdasarkan tabel 5.7,dari hasil penelitian di RSKD Provinsi Sul-sel bahwa responden dalam menyusun jadwal kegiatan menunjukkan bahwa yang mampu menyusun jadwal kegiatan sebanyak 13( 65,0 % ) responden dan yang kurang mampu menyusun jadwal kegiatan sebanyak 7 ( 35,0% ) responden. p= 0,003 lebih kecil dari nilai α=0,05. melalui kemampuan pasien dalam bercakpcakap dengan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien masalah utama halusinasi yang dirawat diruang kenari RSKD Provinsi Sul-sel. 4. Pengaruh terapi aktivitas kelompok pasien dalam menyusun kegiatan terjadwal dengan pendegaran Melibatkan klien dalam terapi akan mengurangi resiko yang akan muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan membimbing klien membuat jadwal yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, klien akan mengalami banyak waktu yang luang yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu klien yang mengalami halusinasi bisa di bantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun sampai tidur malam setiap hati ( Sheila, 2008 ). Tahapan dalam melakukan aktivitas dimulai dari menjelaskan pentingnnya aktivitas yang teratur, melatih klien melakukan aktivitas, menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang telah dilatih. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa ada pengaruh menyusun aktivitas terjadwal dengan kemampuan klien mengontrl halusinasi. Hal ini menggambarkan bahwa berdasarkan tabel 5.7,dari hasil penelitian di RSKD Provinsi Sul-sel responden dalam menyusun jadwal kegiatan menunjukkan bahwa yang mampu menyusun jadwal kegiatan sebanyak 11( 55,0 % ) responden dan yang kurang mampu menyusun jadwal kegiatan sebanyak 9 ( 50,0% ) responden. p= 0,005 lebih kecil dari nilai α=0,05. melalui kemampuan pasien dalam menyusun jadwal kegiatan dengan pada pasien masalah utama halusinasi yang dirawat diruang kenari RSKD Provinsi Sul-sel. 5. Pengaruh terapi aktivitas kelompok pasien dalam cara minum obat dengan 161

Dengan penggunaan obat secara teratur pada terapi aktivitas kelompok yang diberikan klien akan mampu mengontrol halusinasinya yang bertujuan agar klien dapat mengetahui lima benar dalam minum obat, mengetahui jenis-jenis obat yang diminum, mengetahui perlunya minum obat yang teratur, mengetahui efek terapi dan efek obat dan juga mengetahui bila klien putus obat ( Sheila, 2008 ). Agar klien mampu mengontrol halusinasi maka perlu dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Klien gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering kali mengalami putus obat sehingga akibatnya klien mengalami kekambuhan. Bia kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit Agar klien patuh menggunakan obat maka perawat perlu menjelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa, menjelakan bila obat tidak digunakan sesuai program, menjelaskan akibat bila putus obat, dan menjelakan cara menggunakan obat dengan prinsip lima benar ( benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar obat ). Dari penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan penggunaan obat secara teratur dengan kemampuan klien mengontrol halusiasi. Hal ini digambarkan berdasarkan tabel 5.7,dari hasil penelitian di RSKD Provinsi Sul-sel bahwa responden dalam minum obat menunjukkan bahwa yang mampu minum obat sebanyak 12( 60,0 % ) responden dan yang kurang mampu minum obat sebanyak 8 ( 40,0 ) responden. p= 0,001 lebih kecil dari nilai α=0,05. melalui kemampuan pasien dalam minum obat dengan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien masalah utama halusinasi yang dirawat diruang kenari RSKD Provinsi Sul-sel. KESIMPULAN Ada pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dalam mengenal halusinasi dengan kemampuan mengontrol halusinasi 1. Ada pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dalam menghardik dengan 2. Ada pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dalam bercakap-cakap dengan 3. Ada pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dalam menyusun jadwal kegiatan dengan kemampuan mengontrol halusinasi 4. Ada pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dalam cara minum obat yang benar dengan kemampuan mengontrol halusinasi. SARAN 1. Diperlukannya mengenal halusinasi dalam mengontrol halusinasi nya 2. Dibutuhkannya teknik menghardik dalam mengontrol halusinasi. 3. Dibutuhkannya terapi teknik bercakapcakap dalam mengontrol halusinasi. 4. Dibutuhkan terapi teknik menyusun jadwal kegiatan dalam mengontrol halusinasi 5. Di perlukannya terapi penggunaan obat secara teratur dalam mengontrol halusinasi DAFTAR PUSTAKA Hidayat Aziz. 2008. Riset keperawatan dan Teknik penulisan ilmiah, Salemba Media : Jakarta Keliat & Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, Egc : Jakarta Kusuma Farida & Hartono Yudi. 2010. Buku ajar Keperawatan Jiwa, salemba Medika : Jakarta Riyadi Sujono & Purwanto Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa, Graha Ilmu : Yogyakarta Sheila.L,Viedebeck. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Edisi 2008. EGC. Jakarta. Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klie, CV. Trans Info Media : Jakarta. Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi, Refika Aditaman : Bandung. 162