BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
VII. ANALISIS FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

IV METODE PENELITIAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

VII. ANALISIS PENDAPATAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

IV. METODE PENELITIAN

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KOMPARASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM KANDANG CLOSED HOUSE DAN OPEN HOUSE

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

III. METODE PENELITIAN. Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

II. TINJAUAN PUSTAKA

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

Pedaging di Kabupaten Majalengka

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PETERNAKAN UNGGAS TAHUN 2009

VIII. ANALISIS FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KECAMATAN AMBUNTEN, KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur)

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Kondisi sosial dari masyarakat setempat dengan tidak bertentangan dengan ketertiban dan kepentingan umum.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

I. PENDAHULUAN. dengan susunan asam amino lengkap. Secara umum telur ayam ras merupakan

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

D Praditia, W. Sarengat dan M. Handayani* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan PertanianUniversitas Diponegoro Semarang

Transkripsi:

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Ayam ras petelur ialah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan dapat diambil telur dan dagingnya, maka arah dari produksi yang banyak tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur (Rasyaf, 1994). Secara garis besar ayam ras petelur yang tersebar di seluruh dunia terdiri dari dua jenis, yaitu ayam ras petelur yang menghasilkan telur dengan kerabang putih atau disebut juga dengan telur putih dan telur dengan kerabang cokelat atau disebut dengan telur cokelat. Sebenarnya warna kerabang telur tidak berpengaruh terhadap nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya. Pilihan telur hanya ditentukan oleh selera konsumen saja. Seperti telur cokelat, lebih disukai oleh negara-negara Asia termasuk Indonesia. Selain di Asia, telur cokelat juga lebih disukai konsumen dari beberapa negara di Afrika dan Eropa (Perancis dan Inggris). Sedangkan penyebaran terbanyak jenis ayam ras petelur

22 putih yaitu negara-negara Eropa dan benua Amerika. Adapun perbedaan ayam ras petelur putih dan ayam ras petelur cokelat adalah sebagai berikut : a) Ukuran tubuh Ayam ras petelur cokelat mempunyai ukuran tubuh lebih besar sekitar 30-50% dibandingkan dengan ayam ras petelur putih. b) Konsumsi pakan Karena ayam ras petelur cokelat ukuran tubuhnya lebih besar, maka tingkat konsumsi pakan lebih banyak dibandingkan dengan ayam ras petelur putih. Karena itu, biaya untuk menghasilkan satu kilogram telur cokelat lebih mahal dibandingkan dengan biaya untuk menghasilkan satu kilogram telur putih. c) Produksi telur Produksi telur ayam ras petelur cokelat sama baiknya dengan produksi telur ayam ras petelur putih. Ukuran telur cokelat lebih besar daripada telur putih, tetapi ketebalan kerabangnya lebih tipis dibandingkan dengan telur putih (Fadilah dan Fatkhuroji,2013). Ayam petelur tipe normal menjalani masa awal (masa remaja/masa belum produktif) 4 bulan atau 16 minggu. Masa bertelur ayam (masa produktif) biasanya 13 bulan atau 55 minggu, ada juga yang lebih tergantung dengan jenisnya. Maka total waktu pemeliharaan adalah 71 minggu. Selain itu, produk sampingan dari usaha peternakan ayam tersebut, selain telur dan ayam afkir, berupa kotoran ayam atau ayam yang mati selama pemeliharaan, juga dapat dimanfaatkan. Kotoran ayam, misalnya, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman atau untuk bahan gas

23 bio. Di sisi lain, ayam-ayam yang mati selama pemeliharaan dapat digunakan untuk pakan ikan lele. Demikian seterusnya sampai semua bagian dari usaha ternak ini mempunyai nilai komersial yang dapat memberikan keuntungan maksimal (Suharno, 2001). Proses mencapai dewasa kelamin pada ayam ras petelur sangat tergantung pada bobot badan yang dicapai dan rangsangan pencahayaan. Umumnya, sistem reproduksi ayam ras betina dimulai dari umur 13-14 minggu. Ayam ras petelur akan mencaoai dewasa kelamin dengan sempurna sekitar umur 18 minggu dengan bobot badan 1.550 gram dan memiliki potensi menghasilkan 400 butir per ekor atau setara dengan 25 kg telur per ekor (Fadilah dan Fatkhuroji,2013). Namun ayam ras petelur ini sangat peka terhadap perubahan lingkungan sehingga lebih mudah mengalami stres. Tuntutan hidup ayam ras petelur yang tinggi membuat ayam ras petelur ini lebih cocok diternakkan secara intensif (Sudarmono, 2003). Cahaya dapat merangsang sekresi hormon yang mempengaruhi proses ovulasi dan peneluran. Disamping itu cahaya juga berperan menghasilkan hormon yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Lampu penerang mempunyai manfaat yang sangat besar bagi anak ayam. Sebab, selain dapat merangsang pertumbuhan, anak ayam memang sangat menyukai adanya cahaya. Bagi anak ayam, pencahayaan dengan intensitas rendah dalam waktu yang lama adalah lebih penting daripada intensitas tinggi, tetapi hanya berlangsung beberapa saat saja (Rasyaf, 1994). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam beternak ayam ras petelur antara lain penentuan lokasi peternakan yang jauh dari pemukiman penduduk, terdapat akses

24 jalan, jaringan listrik dan jaringan telepon, topografi lahan rata dan lapang, ketersediaan sumber air, dekat dengan pasar, dan lingkungan masyarakat yang kondusif (Fadilah dan Fatkhuroji,2013). Perencanaan usaha menjadi penting diperhatikan karena berhubungan dengan modal, tenaga kerja, dan skala usaha yang akan dihasilkan. Usaha peternakan juga berhubungan dengan perizinan. Untuk skala usaha peternakan skala kecil (peternakan rakyat) tidak perlu mengurus izin pendirian skala usaha kepada pemerintah, tetapi cukup dengan melaporkan saja. Namun untuk usaha menengah dan besar memerlukan prosedur perizinan (Rahardi dan Hartono, 2000). Skala usaha adalah besaran usaha yang secara linier menentukan tingkathasil (yield) yang mungkin diperoleh pedagang ternak dari produksi fisis yang akan dicapai dari usahanya tersebut. Skala usaha menjadi penting untukdiperhitungkan pada kegiatan usaha perdagangan ternak unggas dalam kaitanuntuk mencapai apa yang diistilahkan sebagai suatu economic of scale atau skalausaha yang ekonomis dan menguntungkan pada usaha yang dimaksud. Skala usahadalam kegiatan perdagangan ternak unggas didefinisikan sebagai banyaknya populasi ternak unggas yang dibeli pedagang pada peternak unggas yangkemudian diperdagangkan di pasar (Saediman, 2012). Skala usaha sangat terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan dan kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan input seperti modal, tenaga kerja, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi dan operasi lainnya harus dipertimbangkan. Oleh karena itu, dalam

25 merencanakan usaha produksi pertanian, maka keputusan mengenai usaha menjadi sangat penting (Rusmiati, 2008). 2.2 Penelitian Terdahulu Menurut Saediman (2012) dalam penelitian berjudul Pengaruh Skala Usaha Terhadap Pendapatan Peternak Ayam Ras Petelur di Kecamatan Maritengngae,Kabupaten Sidrap menyimpulkan bahwa skala usaha berpengaruh nyata terhadap peternak ayam ras petelur dengan kontribusi sebesar 80,2% dan sisanya 19,8% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian. Hasil NPV usaha peternakan ayam ras petelur pada kelompok peternakan Gunungrejo Makmur yang dihitung dengan menggunakan social discount rate sebesar 6% (setara bunga deposito 6% per tahun) seperti terlihat pada tabel 5 yaitu pada strata I adalah sebesar Rp 108.840.066,-, strata II sebesar Rp 303.559.110,- dan pada strata III sebesar Rp 648.408.885,-. Usaha peternakan tersebut pada semua strata berdasarkan nilai NPVnya layak untuk diusahakan karena nilai NPVnya lebih besar dari 0 (Hartono, dkk, 2012). 2.3 Landasan Teori Ilmu usaha tani dapat dianggap sebagai ilmu terapan yang sangat tergantung pada struktur peternakan suatu wilayah, cara-cara beternak serta kondisi sosial ekonominya. Atas dasar pengertian tersebut maka usaha tani adapat diartikan sebagai ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumber daya secara efisien pada suatu usaha peternakan (Prawirokusumo, 1990).

26 Dalam analisis usaha ternak petelur terdapat biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi terdiri dari biaya pembuatan kandang dan biaya pembelian peralatan dan perlengkapan. Dan untuk biaya operasional juga terbagi atas dua kelompok besar yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (Fatkhuroji dan Fadilah, 2013). Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah walaupun jumlah produksi berubah dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya pakan biasanya yang terbesar dalam usaha peternakan yaitu berkisar antara 60-80% dari total biaya (Prawirokusumo, 1990). Adapun yang termasuk biaya tetap adalam usaha ternak ayam ras petelur adalah penyusutan kandang dan peralatan. Sedangkan untuk biaya variabel yaitu bibit, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin, alat pemanas, penerangan, tenaga kerja, dan bunga bank (Santosa dan Sudaryani, 2005). Analisis pendapatan merupakan parameter untuk mengukur berhasil tidaknya suatu usaha. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat yang cukup untuk memenuhi sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993). Pendapatan atau keuntungan merupakan tujuan setiap jenis skala usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah penerimaan yang diperoleh dari hasil skala usaha lebih besar dari pada jumlah pengeluarannya. Semakin tinggi selisih tersebut, semakin meningkat keuntungan yang dapat diperoleh. Bisa diartikan

27 pula bahwa secara ekonomi skala usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Jika situasinya terbalik, skala usaha tersebut mengalami kerugian dan secara ekonomis sudah tidak layak dilanjutkan (Soekartawi, 2003). IRR (Internal Rate of Return) merupakan sebuah tingkat pengembalian yang dinyatakan dalam persen yang identik dengan ongkos investasi. Dapat disebut pula sebagai nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. IRR merupakan tingkat keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang postif ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat i yang sama yang diberi berbunga selama sisa umur proyek. Jadi bila IRR >discount factor proyek dikatakan layak, dan sebaliknya IRR <discount factor proyek dikatakan tidak layak (Prawirokusumo, 1990). 2.4 Kerangka Pemikiran Untuk memulai sebuah usaha, peternak berperan sebagai pengambil keputusan dalam memutuskan jenis usaha ternak apa yang hendak ia usahakan. Umur, pengalaman, pendidikan, jumlah ternak, dan jumlah tanggungan keluarga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha ternak.

28 Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :Skala Kecil Umur Skala Besar Umur Pengalaman Pendidikan Jumlah Ternak Jumlah Tanggungan P E T E R N A K Pengalaman Pendidikan Jumlah Ternak Jumlah Tanggungan Lingkungan Skema 1. Kerangka Pemikiran Karakteristik Peternak Ayam Ras Petelur Usaha ternak ayam ras petelur dapat pula dibedakan menjadi skala usaha kecil dan skala usaha besar. Dalam pengusahaan ternak ayam ras petelur usaha kecil dan usaha besar terdapat perbedaan input produksi. Juga terdapat jumlah output yang berbeda, sehingga menghasilkan total pendapatan yang berbeda pula. Melalui analisis kelayakan usaha, akan diketahui layak tidaknya usaha ini untuk terus dilanjutkan.

29 Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut : PETERNAK Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Usaha Kecil Usaha Besar Input Input Output Output Pendapatan Pendapatan Layak Tidak Layak Menyatakan Hubungan Skema 2. Kerangka Pemikiran Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Lingkungan Dalam usaha ternak ayam ras petelur, terdapat pengaruh dan hubungan input (bibit, kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja) terhadap output (telur, ayam afkir dan kotoran ayam).

30 Secara skematis dapat dgambarkan sebagai berikut: SKALA KECILSKALA BESAR Bibit Bibit Kandang Kandang Pakan Y Pakan Obat-Obatan Obat-Obatan Tenaga Kerja Tenaga Kerja Y = Output = Menyatakan hubungan = Menyatakan pengaruh Lingkungan Skema 3. Kerangka Pemikiran Pengaruh dan Hubungan Input Terhadap Output 2.5 Hipotesis Penelitian 1. Ada perkembangan usaha ternak ayam ras petelur 5 tahun terakhir di daerah penelitian. 2. Ada perbedaankarakteristik peternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.

31 3. Ada perbedaan input dan output pada usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian. 4. Ada hubungan input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian. 5. Ada pengaruh input terhadap output antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian. 6. Ada perbedaanpendapatan antara usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian. 7. Ada perbedaankelayakan usaha ternak ayam ras petelur skala kecil dan usaha skala besar di daerah penelitian.