BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan yang layak sebagaimana mestinya. Tetapi tidak semua anak memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak. Masa

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Johnson (dalam Mastuti,2001) menyatakan bahwa manusia diciptakan bukan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah Tuhan dan juga aset bangsa yang sangat berharga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tentunya menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan bahagia

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Resiliensi. bahasa resiliensi merupakan istilah bahasa inggris

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang.

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam keluarga membuat remaja akan merasakan bahwa dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah bagi orangtua. Namun, anak juga. bisa menjadi cobaan bagi orangtua. Sebagaimana dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN SELF ESTEEM REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

Salah satu perkembangan yang penting dalam kehidupan manusia adalah. masa perkembangan anak, yang merupakan masa pembentukan dan peletakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan seseorang dari masa kanak-kanak menuju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era modern merupakan era yang ditandai dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI (SELF IMAGE) DENGAN ASPIRASI KERJA PADA SALESMAN ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang hangat dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

I. PENDAHULUAN. perlindungan anak sesuai denagan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

diambil kesimpulan sebagai berikut: rendah sebesar 20%.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pikiran mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki hak yang sama untuk mendapatkan hidup yang layak. Memiliki sebuah keluaga dengan orang tua yang lengkap, mendapatkan pendidikan yang layak sebagaimana mestinya. Tetapi tidak semua anak memiliki nasib yang sama atau mendapatkan hidup yang layak. Masih banyaknya terdapat anak yang kurang beruntung, seperti tinggal bersama keluarga, mendapatkan kasih sayang dari orang tua, atau hidup dalam keluarga yang berkecukupan. Karena hal tersebut, tidak sedikit dari mereka yang akhirnya di serahkan ke lembaga panti asuhan untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2005), panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar yang memberikan pelayanan pengganti atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional. Dalam hal ini sasaran utama panti asuhan adalah, anak yatim, piatu, yatim piatu, anak terlantar usia 0 sampai 21 tahun. Panti asuhan berfungsi sebagai pengganti orang 1

2 tua, sehubungan dengan orang tua anak yang tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam mendidik dan mengasuh anak. Penelitian menemukan bahwa, tidak seperti asumsi luas yang ada, hanya ada persentasi yang sangat kecil untuk anak-anak di panti asuhan yang benar-benar yatim piatu 60% dan 90% di antaranya memiliki salah satu atau kedua orang tua. Kebanyakan anak-anak ditempatkan di panti asuhan oleh keluarganya yang mengalami kesulitan ekonomi dan juga secara sosial dalam konteks tertentu, dengan tujuan untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan. Kenyataanya, kebanyakan panti asuhan tidak memberikan ''pengasuhan'' sama sekali, melainkan hanya menyediakan akses pendidikan. Hal ini tertera dalam pendekatan pengasuhan, pelayanan yang diberikan, dan sumberdaya yang diberikan oleh panti asuhan (http://www.kemsos.go.id/). Salah satu organisasi keagamaan yang telah berkembang mendirikan panti asuhan adalah organisasi Muhammadiyah. Di Provinsi Jawa Tengah sendiri sudah tersebar 93 panti asuhan, salah satunya berada di Kota Surakarta. Panti asuhan yang didirikan Muhammadiyah di Kota Surakarta bernama Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta. PAKYM Surakarta adalah panti asuhan tertua yang ada di Kota Surakarta, yakni berdiri sejak tahun 1971 (Sragenpos, 04/11/2011). PAKYM Surakarta merupakan salah satu wujud amal usaha/ kegiatan sosial yang dikelola oleh bagian Pembina Kesejahteraan Sosial dan Pengembangan Masyarakat Pimpinan Cabang Muhammadiyah, Laweyan, Surakarta. Panti asuhan ini mengasuh anak dari latar belakang yang berbeda,

3 seperti anak yatim, anak piatu, anak yatim piatu, anak terlantar dan anak yang tidak mampu. Remaja yang tinggal di panti asuhan tentu berbeda dengan remaja yang masih tinggal dengan orang tuanya. Menurut Gender (dalam Dedy, 2011), remaja dalam menghadapi berbagai masalah perkembangan memerlukan kehadiran orang dewasa yang mampu memahami dan memperlakukannya secara bijaksana dan sesuai dengan kebutuhannya. Remaja membutuhkan bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari orang tua atau orang dewasa lainnya untuk menghadapi segala permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan proses perkembangan, sehingga remaja dapat melalui dan menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dengan wajar. Sedangkan remaja yang tinggal di panti di tuntut dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Hal tersebut memungkinkan remaja menjadi tertekan dengan kehidupan yang dijalani di panti asuhan. Resiliensi sangat penting pada diri remaja terutama remaja yang tinggal di panti asuhan agar mampu keluar dari keadaan yang membuatnya tertekan. Richardson (2002) menjelaskan resiliensi adalah istilah psikologi yang digunakan untuk mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengatasi dan mencari makna dalam peristiwa seperti tekanan yang berat yang dialaminya, di mana individu meresponnya dengan fungsi intelektual yang sehat dan dukungan sosial. Maka dari itu harapannya bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan mampu memiliki resiliensi yang baik. Dengan memiliki resiliensi yang baik tentunya remaja dapat bangkit dari kenyataan yang tidak diinginkan atau suatu kondisi yang membuatnya tertekan, seperti kehilangan kedua orang tuanya,

4 kehilangan salah satu dari kedua orang tua, dan masalah ekonomi keluarga yang mengharuskan mereka untuk melanjutkan hidup di panti asuhan. Remaja yang memiliki resiliensi dapat mengatasi berbagai permasalahan kehidupan dengan cara mereka, sehingga remaja tersebut dapat menjalankan hidunya dengan lebih produktif. Remaja yang memiliki resiliensi akan mampu menerima kenyataan, selalu optimis, dapat menyelesaikan masalah, serta memiliki tujuan dalam hidupnya. Evarall, dkk (2006) mengatakan bahwa remaja yang resilien cenderung memiliki tujuan, harapan, dan perencanaan terhadap masa depan, gabungan antara ketekunan dan ambisi dalam mencapai hasil yang akan diperoleh. Tapi kenyataannya justru berbeda, bahwa remaja di panti asuhan memiliki resiliensi yang kurang. Masalah-masalah yang secara umum dialami oleh remaja di panti asuhan diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan dengan penghuni panti asuhan, didapati bahwa anak panti mengalami berbagai macam masalah. Diantaranya yaitu merasa bahwa pengasuh di panti asuhan kurang perhatian sehingga menimbulkan ketidaknyamanan, peraturan yang terlalu ketat, pihak panti asuhan tidak memberi kesempatan pada anak asuhnya untuk mengambil keputusan sendiri. Selain itu anak panti asuhan juga terkadang merasa tidak nyaman dengan kelakuan teman-temannya sehingga memicu pertengkaran. Jika memiliki masalah, anak asuh cenderung menyimpan masalahnya sendiri. Anak panti asuhan merasa sedih jika teringat keluarganya, selain itu apanti merasa kurang percaya pada dirinya sendiri. Masalah lain yang dialami oleh anak panti yaitu mereka kurang peka terhadap temannya dan kurang mampu dalam

5 menyelesaikan masalahnya sendiri. remaja yang memiliki resiliensi yang kurang cenderung menutup dirinya, ketika ada masalah merasa sedih terus-menerus dan tidak berusaha untu kenyelesaikan masalahnya, strees, merasa mudah cemas, menolak kenyataan dan tidak memiliki tujuan dalam hidupnya. Selain itu ada anak yang sengaja pergi dari panti tanpa memberitahu pengurus atau pengasuh dengan alasan merasa tidak betah di panti asuhan. Ada juga anak yang baru masuk dan memilih untuk keluar karena tidak mau tinggal di panti asuhan. Remaja dengan resiliensi yang kurang cenderung akan lari dari masalah yang di hadapinya, merasa tidak mampu dalam menyelesaikan masalah, menutup diri, stress, menolak kenyataan, serta tidak memiliki tujuan dalam hidupnya. Penelitian Hartini (2001), anak panti asuhan cenderung mempunyai kepribadian yang inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan sehingga anak panti asuhan akan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Menurut Desmita (2012) sejumlah besar ahli psikologi menyadari betapa individu (anak anak, remaja, dan bahkan orang dewasa) yang hidup pada era modern sekarang ini semakin membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi kondisi kehidupan abad 21 yang penuh dengan perubahan perubahan yang sangat cepat, tidak jarang menimbulkan dampak yang tidak menyenangkan bagi individu. Resiliensi dianggap sebagai kekuatan dasar yang menjadi fondasi dari semua karakter positif dalam membangun kekuatan emosional dan psikologikal seseorang. Tanpa adanya resiliensi, tidak akan ada keberanian, ketekunan, tidak ada rasionalitas, tidak ada insight.

6 Salah satu faktor yang memungkinkan dapat mempengaruhi reseliensi adalah self-esteem. Menurut Grotberg (dalam Desmita, 2012) menjelaskan resiliensi merupakan perpaduan ketiga faktor dari I Am, I Have, I Can. Dimana faktor I Am merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri, seperti perasaan, tingkah laku dan kepercayaan yang terdapat dalam diri seseorang. Salah satu bagian faktor I am adalah bangga pada diri sendiri. Individu yang merasa bangga pada diri sendiri adalah seorang yang sadar akan pentingnya merasa bangga, dapat mengetahui siapa mereka dan apapun yang mereka lakukan atau akan dicapai. Individu tersebut tidak akan membiarkan orang lain meremehkan atau merendahkan mereka. Ketika individu mempunyai masalah dalam hidup, kepercayaan diri dan self esteem membantu mereka untuk dapat bertahan dan mengatasi masalah tersebut. Sebagai layaknya seorang anak manusia, anak panti asuhan juga akan mengalami kehidupan yang melalui tahap-tahap perkembangan. Mereka juga memasuki masa remaja yang merupakan salah satu tahapan kehidupan masa transisi antara masa kanak-kanak (childhood) dengan masa dewasa (adulthood) yang mengakibatkan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial yang besar. Masa remaja adalah masa storm and stress yaitu meningkatnya emosi karena perubahan fisik dan hormon didalam dirinya. Ia mulai melihat dunia luar dengan kacamata yang berbeda dibandingkan dengan masa kanak-kanaknya. Nilai-nilai baru bermunculan dan ia harus bisa melihat nilai-nilai mana yang sesuai dan dapat diterapkan bagi dirinya. Dasarnya adalah nilai-nilai yang pada umumnya diperoleh sejak kecil dari keluarganya. Itulah sebabnya bahwa keluarga memang

7 memiliki peran yang sangat besar bagi perkembangan anak di masa yang akan datang (Papalia, 2009). Tetapi, peran pengasuh tidak dapat menggantikan peran orangtua seutuhnya, dikarenakan para pengasuh harus berbagi perhatian dengan begitu banyak anak asuh lainnya yang menyebabkan kurangnya kasih sayang, kehangatan dan perhatian dari para pengasuh yang sebenarnya diharapkan dapat menggantikan peran dari orang tua (Febiana, 2005). Selain itu menurut Coopersmith (dalam Daniel. C & Lawrence. A, 2012) peran keluarga dan orang tua sagat penting dalam pembentukan dasar self-esteem, terutama pada masa kanak kanak. Dalam hal ini keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak sehingga penerimaan keluarga yang positif akan memberi dasar pembentukan rasa self-esteem yang tinggi pada masa dewasa nanti. Hal ini tentu mempengaruhi pembentukan self-esteem mereka. Padahal masa yang paling menentukan perkembangan harga diri adalah masa remaja. Remaja yang tinggal di panti asuhan berpotensi mempunyai harga diri negatif. Meskipun remaja menyatakan bahwa dirinya sama dengan anak yang lain, namun kenyataannya biaya hidupnya masih ditanggung oleh orang lain. Goebel dan Brown (dalam Sandha, Hartati & Fauziah, 2012) Self-esteem merupakan penilaian dan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri. Remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sangat membutuhkan self-esteem, karena self-esteem mencapai puncaknya pada masa remaja. Pada msa remaja individu mengenali dan mengembangkan seluruh aspek dalam dirinya. Santrock (2009), juga berpendapat bahwa Self-esteem mengacu pada suatu gambaran menyeluruh dari individu. Self-esteem juga berarti harga diri (self-

8 worth) atau gambaran diri (self-image). Sebagai contoh, seorang anak dengan self esteem yang tinggi mungkin akan merasa bahwa dirinya bukan hanya seorang anak, melainkan seorang anak yang baik. Penelitian sebelumnya mengenai self esteem remaja di panti asuhan dengan sampel 184 remaja berusia 12 20 tahun dapat diketahui bahwa remaja yang tiggal dipanti asuhan lebih banyak yang memiliki Self - esteem rendah (52,17 %). Remaja yang memiliki Self esteem positif ditemukan lebih banyak pada remaja perempuan; usia 15-18 th ; tinggal di panti asuhan 2, 3, 8-10; kelas IX, X, XI; hobby menggambar, game, membaca dan menari; tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah; mengikuti organisasi; pernah berprestasi; masih mempunyai hanya ayah atau ibu; urutan anak ke 2 dan masuk ke asrama karena wali tidak dapat mengurus (Androe, 2009). Penjelasan di atas dapat diketahui, bahwa terjadi permasalahan remaja yang berada di panti asuhan berpotensi memiliki harga diri (self esteem) yang rendah. Di sisi lain resiliensi pada remaja sangat penting dibentuk saat mengalami permasalahan dalam hidupnya, mampu mengambil keputusan dengan tepat, menentukan masa depan dan dapat bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Berdasarkan permasalahan tersebut dapat diajukan rumusan masalah, yaitu apakah ada hubungan self - esteem dengan resiliensi pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta. Sesuai dengan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

9 B. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Hubungan antara self-esteem dengan resiliensi remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta 2. Tingkat self-esteem pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta 3. Tingkat resiliensi remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta 4. Peran self-esteem terhadap resiliensi remaja di Panti Asuhan Keluarga Muhammadiyah Surakarta C. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Remaja di panti asuhan, memberikan informasi serta pemahaman kepada remaja bahwa pentingnya membangun self-esteem pada diri sendiri agar menjadi individu yang resilien. 2. Pengasuh di panti asuhan, sejauh mana self-esteem berperan dalam meningkatkan resiliensi dimana remaja di panti asuhan perlu dididik agar mampu menjadi resilient dalam menghadapi masalah masalah. 3. Ilmuwan Psikologi, dapat di jadikan sumber referensi atau tambahan informasi untuk peniliti selanjutnya terkait dengan masalah resiliensi remaja di panti asuhan.