KEAKSARAAN MASA KINI Oleh : Dadan Mulyana, S.Si., MM.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

Kesetaraan Gender Strategi Jitu dalam Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. diketahui bahwa literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

SEBUAH PROSES PEMBERDAYAAN

PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL. Pendekatan-Pendekatan Alternatif Dalam Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

I. PENDAHULUAN. belum bisa diwujudkan dalam setiap rezim pemerintahan. Isu pembangunan

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3

BAB I PENDAHULUAN. bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2008). Pendidikan formal

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembangunan. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

EXECUTIVE SUMMARY PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA DAERAH

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Kuswara Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

DIEMBARGO SAMPAI 9 APRIL (07:00 WIB) Pendidikan untuk Semua : Tujuan pendidikan global hanya dicapai oleh sepertiga negara peserta

KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Menghitung Jumlah Uang KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Menghitung Satuan Waktu

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Peningkatan Mutu Keaksaraan Diintegrasikan dengan Literasi Kewirausahaan, Peningkatan Budaya Baca dan Peningkatan Kapasitas Tutor Bindikmas PAUDNI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin

Daftar Isi. KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Membaca Huruf. KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Menulis Huruf

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

jawab untuk memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan dan peluang kehidupan global. Kehidupan global akan melahirkan kebudayaan global dalam

Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat

Daftar Isi KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Menghitung Satuan Panjang. KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Menghitung Satuan Berat

I. PENDAHULUAN. beberapa ciri yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU (TKIT) ASSALAM JETIS AMBARAWA TESIS

Daftar Isi. KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Membaca Huruf. KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Menulis Huruf

Nama:bayu prasetyo pambudi Nim: Analisis negara maju negara berkembang

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

Komparasi Literasi Oleh: Mustofa Kamil

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Menurut laporan Education for all (EFA ) Global

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

2014 KONTRIBUSI LITERASI SAINS DAN KORELASINYA TERHADAP PERILAKU SEHAT SISWA SEKOLAH LANJUTAN ATAS KELAS X

Indeks Pembangunan Manusia

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA. AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

KEBIJAKAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang rendah akan memiliki tingkat kesejahteraan yang kurang

I. PENDAHULUAN. karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

Menumbuhkan Motivasi, Menggali Potensi yang Tersembunyi

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa

PENINGKATAN IPM DI KAWASAN TIMUR INDONESIA. Oleh: Drs. S.H. Sarundajang Gubernur Sulawesi Utara

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kerangka berpikir. Tatakerja pendekatan sistem menelaah masalah

DAFTAR ISI. KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Membaca Menulis Suku Kata dan Kata. KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Membaca dan Menulis Kalimat

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

Transkripsi:

KEAKSARAAN MASA KINI Oleh : Dadan Mulyana, S.Si., MM. Literasi atau di Indonesia lebih dikenal dengan istilah keaksaraan, merupakan merupakan hak dan dasar untuk belajar sepanjang hayat, baik kesejahteraan ataupun bermata pencaharian. Keaksaraan menjadi pendorong bagi pembangunan berkelanjutan. Keaksaraan jauh lebih dari prioritas utama dalam pendidikan. Selain sebagai investasi utama di masa depan dan langkah pertama menuju semua bentuk-bentuk baru literasi yang diperlukan dalam abad kedua puluh satu. Menurut Irina Bokova, Direktur Jenderal UNESCO, menyatakan bahwa satu abad ini setiap anak harus dapat membaca dan menggunakan keterampilan ini untuk mendapatkan otonomi. Gagasan keaksaraan terus berkembang seiring perkembangan abad 21. Konsep keksaraan konvensional yang terbatas pada membaca, menulis dan berhitung masih digunakan secara luas, begitu juga gagasan keaksaraan fungsional yang menghubungkan keaksaraan dengan pembangunan sosial-ekonomi. Namun cara lain untuk memahami "melek" atau "kemahiran" beraksara terus bermunculan untuk mengatasi kebutuhan belajar beragam individu dalam masyarakat pengetahuan berorientasi dan global. Globalisasi telah merubah berbagai segi kehidupan masyarakat terutama pengaruh perkembangan teknologi dan informasi. Implikasinya, keberaksaraan tidak hanya sebatas konsep konvensional dan fungsional, namun harus mampu menjawab tantangan dan orientasi global. Sehingga kini harus dipikirkan pula, bagaimana keaksaraan dibentuk oleh budaya, sejarah, bahasa, agama dan kondisi sosialekonomi? Apa dampak dari kemajuan teknologi terhadap keberaksaraan? Inilah yang harus terus dikembangkan ke depan. Perkembangan keaksaraan Awalnya keaksaraan, memang hanya sebatas masalah a, b, c, d dan seterusnya, kedengarannya sangat sepele bahkan diabaikan oleh sebagian orang. Akan tetapi dari permasalahan ini, Indonesia menjadi negara yang terpuruk di dunia Internasional. Pada tahun 2014 United Nations Development Programme (UNDP) merilis laporan Human Development Index (HDI) untuk 187 negera dengan nilai rata-rata HDI sebesar 0,702 (pada skala 0 sampai 1). Sebagian besar negara-negara di dunia menunjukkan peningkatan HDI, akan tetapi peningkatannya tidak merata. Wilayah yang masih menunjukkan HDI relatif rendah adalah Afrika sub-sahara (0,502) dan Asia Selatan (0,588), sedangkan yang tertinggi yaitu Amerika Latin dan Karibia (0,740), diikuti oleh Eropa dan Asia Tengah (0,738). Indonesia menempati peringkat ke-108 dari 187 negara pada tahun 2013, atau tidak mengalami perubahan dari tahun 2012. Posisi tersebut menempatkan Indonesia pada

kelompok menengah. Skor nilai HDI Indonesia sebesar 0,684, atau masih di bawah rata-rata dunia sebesar 0,702. Peringkat dan nilai HDI Indonesia masih di bawah ratarata dunia dan di bawah empat negara di wilayah ASEAN (Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand). Tiongkok yang pada tahun 1990 masih di bawah Indonesia mulai menyusul Indonesia pada tahun 2005, dan hal itu secara faktual salah satunya disebabkan oleh masih banyaknya penduduk yang menyandang buta aksara. Melihat kondisi seperti itu, paradigma pendidikan keaksaraan secara global mengalami perluasan makna. Pendidikan keaksaraan bukan hanya sekedar berkutat pada masalah kesenjangan kecakapan membaca, menulis dan berhitung atau dikenal dengan istilah calistung. Akan tetapi juga menyangkut kecakapan-kecakapan tertentu atau penguasaan keterampilan praktis yang kontekstual dan selaras dengan perubahan peradaban manusia yang melahirkan konsekuensi logis tentang adanya tuntutantuntutan baru setiap individu. Problem seperti ini akan menciptakan kesenjangan yang hanya bisa dijembatani oleh pendidikan, khususnya pendidikan nonformal. Pendidikan keaksaraan sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam dunia pendidikan nonformal ini pun tidak terlepas dari tugas dan fungsinya yaitu sebagi pelengkap (suplemen), penambah (komplemen), dan pengganti (subtitusi) yang tercipta dari suatu sistem pendidikan secara menyeluruh. Setelah 70 tahun bangsa Indonesia merdeka, kondisinya telah berbalik. Kini, jumlah warga negara yang telah melek aksara sebanyak 97 persen. Berarti masih ada tiga persen saja yang masih buta aksara. Meskipun terkesan hanya tiga persen, namun sesungguhnya jumlah tersebut terbilang masih cukup besar. Karena masih ada sekitar 5,3 juta orang di Indonesia yang buta aksara. Secara global berdasarkan data UNESCO, terdapat 781 juta penduduk dewasa yang tidak dapat membaca, menulis, dan berhitung. Dua pertiga dari mereka adalah perempuan. Sedangkan pada kelompok anak terdapat lebih dari 126 juta yang tidak dapat membaca kalimat sederhana meskipun separuh dari mereka pernah bersekolah selama empat tahun. Selain itu, terdapat 42 persen anak-anak dari keluarga miskin dan anak yang berada di wilayah konflik tidak bisa sekolah (out of school) yang akan menjadi "calon" butaaksarawan baru. Oleh karena itu, strategi dan metode pelaksanaan pendidikan keaksaraan harus tetap dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi setiap negara. Sedangkan di tingkat nasional, selama satu dekade terakhir ini, program penuntasan buta aksara di Indonesia telah menunjukkan hasil yang positif. Jika tahun 2005 penduduk buta aksara mencapai 9,55 persen, maka pada tahun 2013 turun menjadi 3,86 persen. Capaian tersebut menunjukkan Indonesia berhasil memenuhi target Deklarasi Dakkar tentang Pendidikan untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA). Di tahun 2015 Indonesia telah berhasil menurunkan separuh penduduk buta aksara hingga tinggal 5 persen.

Pada tahun 2014, jumlah penduduk buta aksara di Indonesia yang masih relatif tinggi, terdapat di 11 provinsi, yaitu Papua 28,61 persen atau 584.441 jiwa, Nusa Tenggara Barat 10,62 persen atau 315.258 jiwa, Sulawesi Barat 7,63 persen atau 59.127 jiwa, Sulawesi Selatan 7,15 persen atau 375.221 jiwa, Nusa Tenggara Timur 6,94 persen atau 199.800 jiwa, Jawa Timur 5,78 persen atau 1.458.184 jiwa, Kalimantan Barat 5,50 persen atau 165.087 jiwa, Bali 5,11 persen atau 135.148 jiwa, Papua Barat 4,43 persen atau 24.334 jiwa, Sulawesi Tenggara 4,42 persen atau 64.798 jiwa, dan Jawa Tengah 4,43 persen atau 943.683 jiwa. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah terutama Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Selain menuntaskan sisa penduduk buta aksara di 11 provinsi, juga terdapat 27 kabupaten yang masih memiliki sekitar 50.000 penduduk buta aksara yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pemberantasan buta aksara. Menurut laporan UNESCO, trend peningkatan persentase penduduk melek aksara di atas 90 persen. Jumlah warga buta huruf di Indonesia hasil survei Pusat Data Statistik Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014 menyebutkan penduduk tuna aksara usia 15-59 tahun saat ini tercatat masih 5.984.075 orang atau masih sekitar 3,70 persen dari rata-rata nasional. Penduduk perempuan tercatat lebih banyak yang menyandang tuna aksara, yaitu 3.990.000 orang dibandingkan lelaki yang tuna aksara sebanyak 1.993.445 orang. Jumlah penduduk usia 15-59 tahun yang melek aksara sampai akhir Desember 2014 tercatat 155.657.749 orang. Mengingat jumlah penduduk tuna aksara masih tinggi, maka pemerintah harus mengubah paradigma perkembangan pendidikan keaksaraan di Indonesia seiring dengan pendidikan keaksaraan dunia yang mengusung tema "Literacy and Sustainable Society" atau "Keaksaraan dan Pendidikan Masyarakat Berkelanjutan". Sesuai dengan perkembangan pembangunan abad 21. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan keaksaraan ke depan diperuntukan untuk memperkuat kemandirian dan kewirausahaan. Sehingga program yang dikembangkan adalah program Keaksaraan Usaha Mandiri dan Aksara Kewirausahaan sebagai kelanjutan program keaksaraan dasar. Melalui program tersebut diharapkan terjadinya pelestarian atau pemeliharaan kemampuan keaksaraan dasar sekaligus diberikan sejumlah pendidikan kecakapan hidup, baik soft-skill berupa sikap dan karakter maupun hard-skill dalam bentuk keterampilan vokasional.

Pemberdayaan masyarakat abad 21 Abad 21 ditandai dengan semakin membaurnya warga masyarakat dunia dalam satu tatanan kehidupan masyarakat yang luas dan beraneka ragam akan tetapi juga bersifat terbuka untuk semua warga. Semua kebiasaan yang menyangkut pilihan pekerjaan, kesibukan, makanan, mode pakaian, dan kesenangan telah mengalami perubahan, dengan kepastian mengalirnya pengaruh kota-kota besar terhadap kota-kota kecil, bahkan sampai ke desa. Kebisaan hidup tradisional berubah menjadi gaya hidup global. Kesenangan bergaya hidup internasional mulai melanda. Perbincangan mengenai pengembangan hubungan antar negara menjadi mirip pembahasan tentang pengembangan komunikasi antar kota dan desa. Teknologi komunikasi memang memungkinkan dilakukannya pengembangan hubungan dengan siapa saja, kapan saja, di mana saja, dalam berbagai bentuk yakni suara dan gambar yang menyajikan informasi, data, peristiwa dalam waktu sekejap. Secara psikologis kondisi tersebut akan membawa manusia pada perubahan peta kognitif, pengembangan dan kemajemukan kebutuhan, pergeseran prioritas dalam tata nilai. Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru dalam pembangunan, yakni yang bersifat people-centered (diarahkan pada masyarakat), participatory (partisipasi), dan sustainable (kemampuan untuk hidup terus). Konsep ini lebih luas dari sekedar memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses kemiskinan lebih lanjut (safety net). Maka memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi yaitu: 1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tidak ada masyarakat yang tanpa daya sama sekali, karena jika itu terjadi maka komunitas masyarakat akan punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. 2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah yang lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi semakin berdaya. Yang lebih penting dalam pemberdayaan ini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. 3. Memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah jangan menjadi bertambah lemah, oleh karena

kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi bukan berarti mengisolasi atau menutupi mereka dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melalaikan yang lemah. Melindungi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi semakin tergantung pada berbagai program pemberian (charity) karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain). Proses pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan setiap usaha pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran/pengertian dan kepekaan pada warga masyarakat terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan/atau politik sehingga pada akhirnya warga masyarakat memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat, atau menjadi masayarakat yang berdaya. Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat adalah upaya memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara seimbang. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal, sesungguhnya merupakan sebuah upaya yang memungkinkan masyarakat dengan segala keberadaanya dapat memberdayakan dirinya. Dengan pusat aktivitas harusnya berada di tangan masyarakat itu sendiri dengan bertitik tolak dari masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan manfaatnya untuk masyarakat atau dengan istilah lain pendidikan berbasis pada masyarakat. Sejak tahun 2008 Indonesia telah bergabung dengan program LIFE (Literacy Initiative for Empowerment) yang digulirkan oleh UNESCO bagi sembilan Negara penyandang buta aksara terbesar termasuk di dalamnya Indonesia. Sejalan dengan program LIFE, dibangunlah dalam kerangka kerja AKRAB (Aksara agar Berdaya) pada tahun 2009 sebagai upaya penuntasan buta aksara melalui pendidikan keaksaraan terintegrasi dengan kecakapan hidup yang diharapkan dapat meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi yang mengarah pada pembangunan sumber daya manusia, mengentaskan kemiskinan dan pengangguran di negeri ini. Berdasarkan hal tersebut, pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan keaksaraan bukan sekedar penerapan Budaya Literasi (BUDAL). Akan tetapi lebih pada pendidikan kewirausahaan harus menjadi unsur utama bagi pemenuhan akan outcome dari pendidikan keaksaraan. Pendidikan kewirausahaan tidak terlepas dari keberaksaraan, namun keduanya saling bersinergi, sehingga pada gilirannya mendorong perbaikan kesejahteraan dan produktivitas masyarakat. Inilah sebenarnya yang diharapkan dalam masyarakat di era abad 21.