BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis dan bukan. Angkatan kerja termasuk golongan aktif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bukanlah sebuah transaksi untung rugi, efektifitas dan efisiensi belaka, tetapi

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA?

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektifitas dan efisiensi belaka, tetapi menyangkut dimensi. terhadap suatu krisis yang tidak dapat di identifikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC

Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA Oleh: Mauled Moelyono 2

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni]

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

SDM Indonesia dalam Persaingan Global

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja Menurut Sumarsono (2003), dalam hubungannya dengan pasartenagakerja perilaku penduduk dipisahkan menjadi 2 golongan, yaitu golongan aktifsecara ekonomis dan bukan. Angkatan kerja termasuk golongan aktif secaraekonomis.golongan ini terdiri dari penduduk yang menawarkantenaga kerjanyadan berhasil memperolehnya (employed) dan penduduk yang menawarkan tenagakerjanya di pasar tenaga kerja tetapi belum berhasil memperolehnya(unemployed). Tenaga kerja dalam konsep kependudukan diterjemahkan dalam istilah man power, yaitu seluruh penduduk yang dianggap mempunyai potensi untuk bekerja secara produktif. Potensi ini berada pada batasan umur terbanyak dari jumlah penduduk keseluruhan, namun sumber daya yang besar tersebut belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya karena keterbatasan lapangan pekerjaan. Dengan demikian struktur umur tersebut memberikan gambaran adanya tuntutan penyediaan kesempatan kerja terutama untuk tenaga yang memiliki sedikit pengalaman. Kemampuan bersaing SDM tenaga kerja harus ditingkatkan baik secara formal maupun informal.untuk itu harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra- ASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar.maka perlu adanya evaluasi terhadap tenaga kerja sebagai upaya meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia.

Persaingan tenaga kerja setelah diberlakukannya MEA semakin meningkat dan sangat diperlukan adanya pembenahan kualitas sumber daya manusia sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Tenaga kerja Kota Medan diharapkan memiliki kemampuan dan berdaya saing dalam memasuki era MEA. Pemerintah dan swasta harus bersinergi dalam menetapkan suatu kebijakan yang saling mendukung dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki daya saing dengan negara ASEAN lainnya. 2.1.1 Kondisi Sumber Daya Manusia Indonesia Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara.hal ini terbukti di negara-negara maju bahwa sumber daya manusia sangat berperan aktif dalam memajukan negaranya untuk menjadi penguasa dunia. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi,maksudnya yakni bagaimana suatu negara menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, memiliki keterampilan, kemampuan, kemauan, pengetahuan serta jiwa daya saing yang tinggi dalam menghadapi persaingan global. Indonesia masih menghadapi masalah yang cukup serius berkenan dengan kualitas Sumber Daya Manusia. Terkait dengan kondisi sumber daya manusia Indonesia awalnya terdapat ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja yaitu pada masa krisis ekonomi (1998) jumlah angkatan kerja nasional sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini

berjumlah sekitar 8 juta.tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah.struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasipendidikan dasar yaitu sekitar 63,2%. Masalah ini menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi.lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatankerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia. Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjanadi Indonesia lebih dari 300.000 orang. Masalah Sumber Daya Manusia inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia.Rendahnya Sumber Daya Manusia Indonesia diakibatkan oleh kurangnya penguasaan IPTEK, tingkat pendidikan manusia yang rendah, perhatian pemerintah dalam hal pendidikan juga rendah, fasilitas yang tidak memadai, dan lain-lain.dalam kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi.oleh karena itu dimensi daya saing dalam Sumber Daya Manusia semakin menjadi faktor penting sehingga upaya

memacu kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendidikan merupakan tuntutan yang harus dikedepankan.( Vantika, 2015) 2.2 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Gagasan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN, atau MEA, dapat ditelusuri kembali ke pembentukanwilayah Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) di tahun 1992 (Ikhrar Nusa Bhakti,dkk, 2008:49). MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEANEconomic Community (AEC). Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020). Para pemimpin ASEAN sepakat untuk mempercepat integrasi perekonomian dan pembangunan Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015 ketika dilaksanakannya ASEAN summit di Cebu, Filipina tahun 2007. Para pemimpin sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara dengan tujuan agar daya saing ASEAN meningkat dan menarik investasi asing serta bisa menyaingi Cina dan India. Pembentukan pasar tunggal diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang nantinya memungkinkan satu Negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negaranegara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi semakin ketat (Nindi

dan Rifa, 2013). Kesepakatan pelaksanaan MEA diikuti oleh 10 negara anggota ASEAN dengan total penduduk 600 juta jiwa dan sekitar 43 persen dari jumlah penduduk tersebut dari Indonesia. Dengan demikian pelaksaan MEA akan menempatkan Indoneia sebagai pasar utama yang besar, baik untuk arus barang maupun investasi (Wuryandani, 2014). Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi, mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas, memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat, dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN, masyarakat ASEAN akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam melalui Initiative foraseanintegration dan inisiatif regional lainnya. Bentuk Kerjasamanya adalah : 1. Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas 2. Pengakuan kualifikasi profesional 3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan 4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan 5. Meningkatkan infrastruktur 6. Pengembangan transaksi elektronik melalui e-asean 7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber daerah

8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan, karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA): 1. Pasar dan basis produksi tunggal 2. Kawasan ekonomi yang kompetitif 3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata 4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global. Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan. 2.3 Pengaruh MEA Terhadap Ketenagakerjaan Kota Medan Pemberlakuan era persaingan bebas dalam pasar tunggal sekawasan Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membuat sebuah kesepakatan yang menciptakan pasar bebas barang, jasa dan modal di dalam kawasan Asia Tenggara yang diyakini meningkatkan kapasitas ekonomi Negara-negara di ASEAN. Salah satu kesepakatan yang telah disetujui bersama diantaranya membuka akses pasar barang dan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja. Mobilitas tenaga kerja yang tanpa batas di masa MEA yang di mulai sejak desember 2015 akan membuat kesempatan kerja bagi angkatan kerja semakin luas

dengan cakupan wilayah yang luas. Tenaga kerja bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan dan perusahaan juga dapat memilih tenaga kerja yang sesuai dengan spesifikasinya.hal tersebut harus disikapi dengan kesiapan tenaga kerja di dalam menghadapi masa MEA, mengingat jumlah pekerja migran yang cukup besar serta didominasi oleh pekerja dengan keahlian rendah (lowskilled).mea menuntut seluruh tenaga kerja agar mempunyai keahlian yang lebih dari rata-rata agar dapa bersaing dengan tenaga kerja asing dari negara anggota ASEAN lainnya sehingga sangat diperlukan perbaikan kualitas tenaga kerja di Kota Medan khususnya. 2.4 Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi MEA Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN. Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi dibandingkan dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Kemampuan bersaing Sumber Daya Manusia tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik secara formal maupun informal.untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra- ASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar.salah satu tantangan besar dunia pendidikan nasional kita adalah menanamkan kesadaran kolektif sebagai bangsa yang perlu berjuang keras untuk mencapai kemajuan, mengejar ketertinggalannya dari Negara-negara lain dalam banyak aspek.

Bagi Indonesia, keberadaan MEA menjadi babak awal untuk mengembangkan berbagai kualitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara dalam perkembangan pasar bebas.mea menjadi dua sisi mata uang bagi Indonesia. Di satu sisi menjadi kesempatan yang baik untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk dan Sumber Daya Manusia Indonesia kepada negara negara lain dengan terbuka, tetapi pada sisi yang lain dapat menjadi titik balik untuk Indonesia apabila Indonesia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik. Dalam era persaingan global, Indonesia harus memperhatikan tenaga kerja dan produksi yang tidak hanya sekedar soal kuantitatif, tetapi juga sisi kualitatif nya.kualitas tenaga kerja yang rendah salah satunya diakibatkan tingkat pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Seperti dikutip dari Buletin Komunitas ASEAN bulan Maret 2014, kesempatan bagi tenaga kerja baru di Indonesia 22% lebih buruk dibandingkan filipina, Malaysia, dan Vietnam. Hal ini berdampak pada perkembangan riset dan inovasi yang baru dalam meningkatkan daya saing yang lebih besar mengingat daya saing Indonesia yang masih rendah diantara negara ASEAN lainnya dapat menjadi batu sandungan dalam MEA. Ada beberapa persoalan mendasar yang dihadapi Indonesia dalam rangka menghadapi MEA, yaitu: 1. Masih tingginya jumlah pengangguran terselubung (disguised unemployment); 2. Rendahnya jumlah wirausahawan baru untuk mempercepat perluasan kesempatan kerja;

3. Pekerja Indonesia didominasi oleh pekerja tak terdidik sehingga produktivitas tenaga kerja menjadi rendah; 4. Meningkatnya jumlah pengangguran tenaga kerja terdidik, akibat ketidaksesuaian antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja; 5. Ketimpangan produktivitas tenaga kerja antarsektor ekonomi; 6. Sektor informal mendominasi lapangan pekerjaan, dimana sektor ini belum mendapat perhatian optimal dari pemerintah; 7. Pengangguran di Indonesia merupakan pengangguran tertinggi dari 10 negara anggota ASEAN; ketidaksiapan tenaga kerja terampil dalam menghadapi MEA; 8. Tuntutan pekerja terhadap upah minimum, tenaga kontrak, dan jaminan sosial ketenagakerjaan; serta 9. Masalah Tenaga Kerja Indonesia yang banyak tersebar di luar negeri. 2.5 Peluang dan Tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2.5.1 Peluang MEA Banyak pihak yang menyatakan bahwa Indonesia belum siap untuk menghadapi MEA nanti, namun jika kita bisa lebih jeli melihat peluang-peluang yang ada dengan diberlakukannya MEA, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara yang perekonomian meningkat tajam. Peluang-peluang tersebut di antaranya:

1. Manfaat Integrasi Ekonomi. Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk dapat membuka dan membentuk pasar yang lebih luas lagi. Hal ini akan mendorong peningkatan efisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di kawasan ASEAN. Dengan jumlah penduduk terbesar dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia berpeluang untuk mengirimkan tenaga kerjanya dengan mempersiapkan peningkatan kualitas dan keterampilan (Hard skill dan soft skill). 2. Pasar Potensial Dunia. Penduduk Indonesia menyumbang angka 40 % penduduk ASEAN tentu saja merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia dalam menjadi negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan. 3. Negara Tujuan Investor Sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbesar (40 %) di antara Negara anggota ASEAN, Indonesia diharapkan akan mampu menarik investor ke dalam negeri dan mendapat peluang ekonomi yang lebih besar dari Negara anggota ASEAN lainnya. Dengan kerja sama regional untuk meningkatkna infrastruktur (pipa gas, tekonologi informasi) membuka peluang bagi perbaikan iklim investasi Indonesia melalui pemanfaatan program kerjasama regional, terutama dalam melancarkan program perbaikan infrastruktur domestik.

4. Negara Pengekspor Negara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara pengeskpor baik produk berbasis sumber daya alam maupun berbagai produk elektronik. Dengan meningkatnya harga komoditas internasional, sebagian besar Negara ASEAN mencatat surplus pada neraca transaksi berjalan. Prospek perekonomian yang cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi (penanaman modal 5. Sektor Jasa yang terbuka Di bidang jasa, Indonesia yang mempunyai penduduk yang sangat besar dapat menyediakan tenaga kerja yang cukup dan pasar yang besar, sehingga menjadi pusat industri. Selain itu, Indonesia dapat menjadikan ASEAN sebagai tujuan pekerjaan guna mengisi investasi yang akan dilakukan dalam rangka MEA. 6. Daya Saing Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arusbarang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non tarif yang berarti sudah tidak ada lagi. Indonesia sebagai salah satu Negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan kunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektorsektor tersebut didalam negeri. 7. Aliran Modal MEA membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan aliran modal masuk ke kawasan yang kemudian ditempatkan di aset berdenominasi

rupiah. Aliran modal tersebut tidak saja portofolio regional tetapi juga dalam bentuk aliran modal langsung (PMA). Sedangkan dari sisi peningatan kapasitas dan kualitas lembaga, peraturan terkait, maupun sumber daya manusia, berbagai harmonisasi, standarisasi yang telah disetujui. Artinya akan terjadi proses perbaikan kapasitas di berbagai institusi, sektor maupun peraturan terkait. 2.5.2 Tantangan MEA Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam menuju MEA tidak hanya dari dalam negeri saja tetapi yang lebih besar adalah persaingan dengan sesama negara ASEAN dan negara di luar ASEAN seperti India, Korea dan Cina. Tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia diantaranya adalah: 1. Laju inflasi Laju inflasi Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya. Tingkat kemakmuran Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain dan juga stabilitas makro menjadi kendala peningkatan daya saing Indonesia. 2. Laju Peningkatan Ekspor dan Impor Kinerja ekspor selama periode 2004-2008, Indonesia berada diurutan ke-4 setelah Singapura, Malaysia dan Thailand. Sedangkan untuk impor, Indonesia sebagai importer tertinggi ke-3 setelah Singapura dan Malaysia, dan ini merupakan tantangan yang serius karena telah mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia yang defisit terhadap beberapa Negara ASEAN.

3. Kesamaan Produk Dalam hal kesamaan produk, yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah dengan meningkatkan nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negara ASEAN lainnya. 4. Daya saing SDM Hard skill dan soft skill tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan minimal memenuhi ketentuan standar yang telah disepakati. Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra- ASEAN, untuk membendung tenaga kerja terampil dari luar sehingga Indonesia tidak menjadi budak di negeri sendiri. 5. Dampak Negatif Arus Modal yang lebih bebas. Dampak negatif dari arus modal yang lebih bebas dapat mengakibatkan terjadinya konsentrasi aliran modal ke Negara tertentu yang dianggap memberikan potensi keuntungan lebih menarik. Hal ini dapat menimbulkan risiko tersendiri bagi stabilitas makroekonomi Indonesia. 6. Kepentingan Nasional Harus disadari bahwa kepentingan nasional merupakan yang utama dibandingkan dengan kepentingan kawasan dalam rangka integrasi ekonomi, hal ini berdampak pada sulitnya mencapai dan melaksanakan komitmen liberalisasi AEC Blueprint, sehingga perwujudan integrasi ekonomi kawasan akan dicapai dalam waktu yang lebih lama.

7. Kedaulatan Negara Kewenangan suatu negara untuk menggunakan kebijakan fiskal, keuangan dan moneter untuk mendorong kinerja ekonomi dalam negeri akan dibatasi dengan adanya integrasi ekonomi ASEAN. Ini merupakan pengorbanan yang besar bagi bangsa Indonesia khususnya, karena bagaimana mungkin tidak menggunakan kebijakan fiskal padahal Indonesia menargetkan 2.6 Konsep Kompetensi Kompetensi menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 adalah perangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas tugas di bidang pekerjaan tertentu.widarno (2007) menjelaskan bahwa kompetensi memiliki tiga tingkatan yaitu 1) Kompetensi utama, yaitu kemampuan seseorang untuk menampilkan kinerja yang memadai pada suatu kondisi pekerjaan yang memuaskan, 2) Kompetensi pendukung,yaitu kemampuan seseorang yang dapat mendukung kompetensi utama, 3) Kompetensi lain, yaitu kemampuan seseorang yang berbeda dengan kompetensi utama dan Kompentensi ini pada akhirnya akan menentukan daya saing dari tenaga kerja dengan tenaga kerja asing lainnya. Karakteristik kompetensi di klasifikasikan dalam dua jenis yaitu hard skill dansoft skill.hard skill merupakan kompetensi individu yang dapat diamati dan mudah dikembangkan, seperti halnya pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill).soft skill adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental tertentu yang hanya dapat dinilai secara kualitatif melalui observasi

perilaku misalnya self of concept, dan motive (Spencer dan Spencer, 1993 : 9-11 dalam Yuniarsih, 2008 : 23). Mulyatiningsih (2009) menjelaskan bahwa sekolah/universitas hanya mengejar target untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi professional dan mengabaikan kompetensi kepribadian serta sosial (softkill). Softkill pada pasar tenaga kerja memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan hardskill. Tenaga kerja/seseorang yang memiliki kepribadian baik, bermotivasi tinggi, percaya diri, ulet, tekun, disiplin, bertanggung jawab dan mampu mengendalikan stress, tentu akan memiliki daya tahan yang lebih unggul di dalam melaksanakan pekerjaan.

2.7 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Penulis 1. Surya Dewi Rustariyuni (2015) 2. Sholeh (2013) 3. Pudjo Utomo (2014) Judul Penelitian Kesiapan Tenaga Kerja di Kabupaten Badung dalam Menghadapi MEA 2015 Persiapan Indonesia Menghadapi AEC (ASEAN Economic Community) Kesiapan SDM (Tenaga Kerja) Bidang Konstruksi di Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Metode Analisis Deskriptif Kualitatif Deskriptif Analitik Deskriptif Kualitatif Hasil Penelitian Hasil penelitiannya adalah diperoleh implikasi tenaga kerja Kabupaten Badung dalam menghadapi MEA 2015, kompetensi tenaga kerja Kabupaten Badung dalam menghadapi MEA 2015, dan kesiapan diri tenaga kerja Kabupaten Badung menghadapi MEA. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa ASEAN Economic Community (AEC) mendatangkan beberapatantangan dan peluang secara bersamaan. Strategi yang harus disiapkan Indonesiadalam menghadapi AEC mengharuskan pemerintah Indonesia berjalan dengan lebih cepat. Hasil penelitiannya menunjukkan terbentuknya pasar tunggal dan kesatuan basis produksi didukung dengan aliran bebas barang, tenaga kerja terampil, jasa, investasi dan modal. Sebagai konsekuensi disepakatinya MEA, maka Indonesia akan menjadi salah satu sasaran penerima manfaat dan sekaligus dampak. Adapun perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah : Studi kasus yang saya teliti di Medan dan penelitian terdahulu mengambil studi kasus di daerah mereka yang mereka teliti.dan juga penulis lebih menekankan pada kompetensi yang dimiliki oleh setiap tenaga kerja yang ada di Kota Medan.

2.8 Kerangka Konseptual Maksud dari adanya kerangka konseptual adalah memberikan gambaran untuk dijadikan acuan penelitian yang akan dilakukan. Kesiapan tenaga kerja dapat ditentukan melalui kemampuan para tenaga kerja dalam tujuannya menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kemampuan tenaga kerja tersebut terbagi menjadi dua bagian besar yaitu Hard Skill dnsoft Skill. Masing masing kemampuan tersebut memiliki indikator yang harus dipahami untuk dapat dikatakan sebagai tenaga kerja yang memiliki kriteria Hard Skill dan Soft Skill. Menurut Yuniarsih (2008) Hard Skill merupakan kompetensi individu yang dapat diamati dan mudah dikembangkan, seperti halnya pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill).dan Soft Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas tugas fisik dan mental tertentu yang hanya dapat dinilai secara kualitatif melalui observasi perilaku. Penentuan seorang tenaga kerja dikatakan telah memiliki Hard Skill maupun Soft Skil dapat terlihat jika suatu tenaga kerja mampu menguasi berbagai indikator penyusun suatu Hard Skill maupun Soft Skill. Tahap awal dalam penelitian ini adalah pengumpulan data yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Kerangka konseptual ini menggambarkan bagaimana Kesiapan Tenaga Kerjadalam Menghadapi Era MEA di Kota Medan yang dapat dilihat melalui dua tahapan yaitu Hard skill (X 1 ), dan Soft skill (X 2 ). Maka secara ringkas kerangka pemikiran teoritis yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

Hard skill Kesiapan Tenaga Kerja Soft skill Gambar 2.1 KerangkaKonseptual