B. Jenis Pakan Ternak Sapi Potong Kualitas bahan pakan lokal yang pemanfaatanya dilakukan secara optimal dapat menentukan tercapainya produktivitas ternak secara maksimal. Selain kandungan nutrien pakan yang menjadi acuan kualitas pakan, kecernaan pakan juga menjadi faktor penentu pakan dapat terdegradasi dan diserap dengan baik oleh tubuh ternak. Pakan lokal yang biasanya berasal dari hijauan dan limbah pertanian memiliki serat kasar yang tinggi terutama kandungan lignin. Berikut beberapa bahan pakan non-hijauan yang sering digunakan dalam usaha sapi potong. 1. Dedak padi Dedak padi merupakan hasil samping industri beras berasal dari kulit gabah halus yang bercampur dengan sedikit pecahan lembaga beras dengan daya cerna yang relatif rendah. Banyaknya dedak padi yang dihasilkan tergantung pada cara pengolahannya. Pemakaian dalam ransum konsentrat sapi potong bisa mencapai 25%. sumber : saputro, 2015 2. Dedak Jagung dan janggel jagung Jagung, dedak jagung dan janggel jagung merupakan bahan pakan sumber energi. Jagung dan dedak jagung sangat disukai oleh ternak dan baik diberikan pada ternak. Dedak jagung diperoleh dari penggilingan/pemipilan jagung dengan janggel jagung. Janggel jagung massih memiliki kandungan nutrien yaitu serat kasar yang dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi potong.
3. Bungkil kelapa Bungkil kelapa merupakan hasil ikutan pengolahan minyak kelapa. Bungkil kelapa tergolong bahan baku pakan sumber protein dengan kandungan protein kasar antara 20 26%. Penggunaannya dalam ransum sapi potong bisa mencapai 30% dari total ransum dan sangat potensial digunakan untuk meningkatkan kualitas karkas. 4. Bungkil kacang tanah dan kulit kacang tanah Bungkil Kacang tanah merupakan hasil ikutan industri pengolahan minyak kacang tanah. Hasil ikutan yang lain yaitu kulit luar kacang tanah dan kulit ari kacang tanah. Kulit kacang tanah mengandung serat kasar yang tinggi. Kacang tanah memiliki sifat pencahar sehingga perlu pembatasan dalam penggunaannya. Bungkil kacang tanah disukai oleh ternak dan tergolong sebagai bahan baku pakan sumber protein yaitu kandungan protein kasar 41-46,62%. 5. Onggok Onggok merupakan hasil ikutan pengolahan teung tapioka dan gula. Onggok masuk pada bahan baku pakan sumber energi dengan pemakaian maksimal untuk sapi potong 40% penggunaannya dalam ransum. Onggok memiliki antinutrien yang berbahaya yaitu asam sianida (HCN) akan tetapi masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan gaplek dan ubi kayu. 6. Ampas tahu
Ampas tahu merupakan limbah dari pengolahan tahu. Ampas tahu cukup disukai oleh sapi potong terutama yang masih kondisi segar. Jumlah limbah yang dihasilkan bervariasi tergantung dari proses pembuatan. Rata-rata jumlah ampas tahu yang dihasilkan mencapai 39.2%. Penggunaan ampas tahu berkisar 12 95% dari campuran konsentrat. Ampas tahu dalam keadaan basah sebaiknya tidak diberikan ke ternak lebih dari 41%. Ampas tahu tergolong bahan baku pakan sumber protein dengan kandungan protein kasar > 20%. 7. Limbah kakao Limbah industri pengolahan kakao menjadi coklat antara lain kulit buah, kulit biji kakao dan lumpur coklat. Limbah industri pengolahan kakao menjadi coklat mempunyai kandungan protein > 20% sehingga tergolong dalam bahan baku pakan sumber protein. Penggunaannya dalam ransum sapi potong mencapai 30 40%. 8. Kedelai dan ikutannya Bungkil kedelai merupakan hasil ikutan industri pengolahan minyak kedelai. Bungkil kedelai tergolong bahan baku pakan protein tinggi mencapai 42-50 % sehingga masuk sebagai sumber protein. Bahan pakan hijauan yang sering digunakan dalam usaha sapi potong yaitu: 1. Rumput alam (rumput liar) merupakan rumput yang tumbuh
secara liar di alam bebas tanpa adanya campur tangan manusia. Pengadaan rumput alami biasanya sudah tersedia di alam atau tumbuh dengan sendirinya di lahan-lahan tertentu seperti perkebunan, pertanian dan kehutanan. Contoh rumput alam (rumput liar) diantaranya alang-alang (Imperata cyilindrica), rumput jarum (Andropogon acicularus), dan rumput teki. 2. Rumput potong, adalah rumput budidaya yang biasa di tanam di kebun rumput dan panennya dilakukan dengan cara dipotong baru disajikan untuk ternak yang dipelihara. Dikatakan sebagai rumput potong apabila memenuhi beberapa persyaratan antara lain produksi persatuan luas cukup tinggi, tumbuh tinggi/tegak secara vertikal, banyak anakan dan responsif terhadap pemupukan. Contoh jenis rumput potong antara lain: Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), Rumput Benggala (Pannicum maximum), Rumput Raja (King Grass), dan Rumput Setaria (Setaria sphacelata). 3. Rumput Gembala, adalah rumput yang ditanam di lahan penggembalaan, pemanfaatannya langsung disajikan untuk ternak yang dipelihara sebagai padang penggembalaan. Rumput budidaya dikatakan sebagai rumput gembala apabila memenuhi beberapa persyaratan antara lain: Tumbuh pendek atau menjalar, tahan renggutan dan injakan, oleh karena itu harus memiliki perakaran yang kuat dan dalam dan tahan kekeringan. Contoh jenis rumput gembala antara lain: Rumput Pahit (Axonopus compressus), Rumput Bebe (Brachiaria brizantha), dan Rumput Bede (Brachiaria decumben). Sumber : rafsanjani, 2017
4. Rumput gajah Rumput gajah (Pennisetum purpureum) memiliki kandungan protein 8,4-11,4% lemak 1,7-1,9% serat kasar 29,5-33% daya cerna 52%. Cara penanaman rumput ini hampir sama dengan rumput benggala dengan jarak 60x60 cm dengan hasil panen yang lebih banyak. Rumput ini dapat tumbuh baik di daerah pegunungan. Bahan keringnya mengandung 9,72% protein, 1,04% lemak, 43,56% BETN, 27,54% serat kasar dan 18,13% abu. 5. Rumput raja Rumput raja atau yang lebih dikenal dengan sebutan king grass merupakan hasil persilangan antara pennisetum purpereum (rumput gajah) dengan pennisetum tydoides. Rumput ini mudah ditanam, dapat tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, menyukai tanah subur dan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Produksi rumput ini jauh lebih tinggi dibandingkan rumput lainnya. Kandungan nutrisi pada rumput raja terdiri dari protein kasar 13,5%, lemak 3,5%, NDF 59,7%, abu 18,6%, kalsium 0,37%, fosfor 0,35%. Sumber : pucakmanik, 2012 6. Tanaman leguminosae Tanaman leguminosae merupakan tanaman semak berprotein tinggi. Leguminosae dibedakan menjadi dua yaitu tanaman merambat yang tergolong kacang-kacangan dan tanaman pohon. Tanaman pohon yang dapat digunakan sebagai pakan sapi potong yaitu Lamtoro (Leucaena leucocephala),
Kaliandra (Calliandra calothrysus) dan Gamal (Gliricidia sepium). Tanaman legum merambat yang biasa digunakan sebagai pakan ternak sapi potong yaitu Kacang Sentro (Centrosema pubescens), Kembang Telang (Clitoria ternatea), dan Kacang Ruji (Pueraria phaseoloides). Sumber : jitunews, 2015 7. Jerami Jagung (Zea mays) Daun jagung/tebon jagung (jerami jagung) sudah biasa digunakan sebagai salah satu bahan pakan hijauan untuk ternak sapi potong. Pemanfaatan jerami jagung sebagai pakan hijauan dapat diberikan dalam bentuk segar, dalam bentuk kering (hay) atau diolah terlebih dahulu menjadi silase atau fermentasi. Pemanfaatan tanaman jagung sebagai pakan hijauan juga mengalami perkembangan. Pada daerah daerah sentra peternakan sapi, jagung ditanam bukan untuk diambil jagungnya, melainkan dimanfaatkan sebagai bahan pakan hijauan, dan pemanenana dilakukan sebelum tanaman jagung berbuah. Sumber : dairyfeed online, 2017 8. Jerami padi Jerami padi merupakan sumber pakan yang berkualitas rendah, kandungan yang terdapat di dalamnya yaitu protein 4,5 5,5% lemak 1,4 1,7% daya cerna 30% (seandainya makan 10 kg jerami maka yang diserap hanya 3 kg, lainnya menjadi kotoran). Jerami sudah biasa digunakan sebagai pakan ternak ruminansia khususnya di daerah daerah kering yang sulit mendapatkan rumpu lapang atau rumput lar. Jerami juga sering digunakan utuk pakan cadangan ketika menghadapi musim paceklik (musim kering). Pada musim panen padi jerami melimpah, sehingga dapat dikumpulkan dan ditimbun dalam bentuk awetan jerami padi kering untuk cadangan pakan menghadapi musim kemarau/ musim kering ketika
sulit mendapatkan rumput lapang. Awetan jerami kering tersebut dinamakan hay. Sebagai pakan ternak ruminansia, jerami padi memiliki beberapa kelemahan diantaranya kandungan nutrisi yang rendah dan kecernaan yang rendah. Kecernaan yang rendah disebabkan adanya ikatan lingo selulosa dan lignohemiselulosa. Untuk mendapatkan jerami padi yang lebih berkualitas, kandungan nutrisinya lebih tanggi dan kecernaanya juga lebih tinggi dapat dilakukan dengan amoniasi dan atau fermentasi jerami. Dengan perlakuan tersebut dapat diharapkan terjadi peningkatan kandungan nutrisi dan kecernaan jerami padi, sehingga penggunaan sebagai pakan ternak diharapkan dapat lebih efisien. Sumber :warasfarm, 2013