BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, dalam kehidupan sehari-hari manusia tidaklah lepas dari hubungan satu dengan lainnya. Gerungan (2004) menyatakan bahwa manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sejak dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, yaitu makanan, minuman, dan lain-lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa pergaulan yang dimaksudkan adalah hubungan antara individu satu dengan yang lain yang saling mempengaruhi dan membentuk interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Menurut Mead (dalam Partowisastro, 1983) interaksi sosial adalah relasi sosial yang berfungsi sebagai relasi sosial dinamis, apakah relasi itu terbentuk antar individu, kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut H.Borner (dalam Gerungan, 2004) interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakukan Asrori (dalam Kurniawan, 2011) menjelaskan bahwa proses sosialisasi individu terjadi di tiga lingkungan utama, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pernyataan tersebut semakin menguatkan bahwa individu 1
melakukan interaksi sosial pada tiga lingkungan yang berbeda yaitu, lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Interaksi di lingkungan keluarga terjadi dalam bentuk hubungan antara anak-anak dengan orang tua. Interaksi di lingkungan keluarga merupakan dasar bagi perkembangan kemampuan hubungan sosial yang dimiliki oleh anak sebelum mereka bersosialisasi di lingkungan masyarakat atau sekolah sehingga penting bagi anak untuk mampu melakukan interaksi secara positif di dalam lingkungan keluarga agar dapat bersosialisasi secara positif di dalam lingkungan masyarakat. Interaksi di lingkungan sekolah merupakan hubungan timbal balik yang terjadi di dalam lingkungan sekolah. Interaksi di lingkungan sekolah melibatkan hubungan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan tenaga administrasi sekolah.kemampuan siswa dalam membangun hubungan sosial akan menyebabkan siswa merasa nyaman berada di lingkungan sekolah sehingga akan mudah mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa anak diharapkan mampu membina hubungan yang baik terhadap semua warga sekolah. Interaksi di lingkungan masyarakat merupakan bentuk interaksi yang paling luas. Di dalammasyarakat individu akan bergaul dengan individu lain yang memiliki bermacammacam karakteristik serta latar belakang yang berbeda-beda sehingga individu diharapakan mampu menyesuaikan diri dengan orang lain agar tercipta hubungan sosial yang positif di dalam masyarakat (Asrori dalam Kurniawan 2011). Dalam penelitian ini dibatasi hanya pada interaksi sosial siswa dengan siswa.interaksi antara siswa dengan siswa, lebih dikenal dengan istilah interaksi sosial dengan teman sebaya, karena anak berhadapan dengan teman yang seusia di sekolah yang 2
sama.interaksi sosial dengan teman sebaya merupakan hubungan yang paling sering dilakukan oleh siswa selama di lingkungan sekolah, karena para siswa lebih banyak melakukan komunikasi dengan siswa lain dalam semua kegiatan yang ada di sekolah. Di dalam lingkungan sekolah, siswa belajar untuk membina hubungan dengan teman-teman sekolahnya yang datang dari berbagai keluarga dengan status dan warna sosial yang berbeda. Hal tersebut menjadikan kemampuan siswa melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya sangat penting untuk dimiliki siswa agar dapat menjalin hubungan yang baik antara sesama teman. Kemampuan siswa untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya akan membuat siswa merasa nyaman berada dalam lingkungan sekolah, mudah bergaul dengan orang lain serta mudah mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan. Begitu sebaliknya apabila siswa memiliki kemampuan interaksi sosial teman sebaya yang kurang baik maka akan menghambat dalam pergaulannya, siswa menjadi tidak nyaman, mengalami kesulitan untuk bergaul, dan sulit mendapatkan informasi yag diperlukan. Kesulitan dalam melakukan interaksi sosial akan berakibat pada ketidakmampuan siswa untuk melakukan penyesuaian diri karena untuk dapat melakukan penyesuaian diri secara baik dibutuhkan kemampuan berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu interaksi sosial dengan teman sebaya akan mempengaruhi pergaulan serta penyesuaian siswa di lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil pra-penelitian dengan menyebar skala interaksi sosial teman sebaya kepada kelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu dengan didapatkan hasil sebagai berikut: 3
Tabel 1.1. Tabel Hasil Skala Interaksi Sosial Teman Sebaya kelas VIIIB Kategori Interval Frequensi Present (%) Sangat Tinggi 134-156 2 7% Tinggi 111-133 13 45% Sedang 87-110 6 21% Rendah 63-86 8 27% Sangat Rendah 39-62 - % Total 29 100 % Berdasarkan tabel diatas, dari 29 siswa dikelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu terdapat8siswa yang masuk dalam kategori rendah dengan presentase 27%, 6siswa masuk dalam kategori sedang dengan presentase 21%, 13 siswa masuk dalam kategori tinggi dengan presentase45%, dan 2 siswa masuk dalam kategori sangat tinggi dengan presentasi 7%. Dengan diketemukan fakta mengenai rendahnya interaksi sosial teman sebaya maka dikawatirkan dapat mempengaruhi pergaulan serta penyesuaian siswa di lingkungan sekolah. Untuk membantu mengatasi masalah tersebut dibutuhkan layanan bimbingan dari guru terutama guru BK. Bimbingan dan konseling memiliki banyak starategi yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalahnya. Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam interaksi sosial di lingkungan sekolah adalah melalui bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama. Menurut Zainal (2012) bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada sekelompok individu yang memiliki masalah, dengan melalui kegiatan kelompok. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam kegiatan bimbingan kelompok pelaksanaannya dilakukan secara bersama-sama terhadap sejumlah 4
individu sehingga masing-masing individu dapat memahami kegiatan bimbingan yang tengah diterapkan. Bimbingan kelompok memiliki beberapa teknik yang dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan pelaksanaannya, salah satu teknik tersebut adalah sosiodrama. Menurut Zainal (2012) Sosiodrama merupakan salah satu kegiatan bermain peran (Role Playing). Sesuai dengan namanya teknik sosiodrama dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Kelompok yang diberikan bimbingan dengan teknik sosiodrama sebagian diberi peran sesuai dengan jalan cerita yang disiapkan, sedangkan yang lain sebagai pengamat. Selesai permainan dilaksanakan, diadakan diskusi tentang pemeran, jalan cerita dan ketepatan pemecahan masalah dalam cerita tersebut. Menurut Winkel (2004) sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalanpersoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang lain termasuk konflik-konflik yang dialami dalam pergaulan sosial. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa teknik sosiodrama merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk memberikan layanan bimbingan kelompok di sekolah dengan cara memerankan perilaku yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2011) menunjukkan bahwa bimbingan kelompok teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Secara keseluruhan, pada siklus I rata-rata perubahan yang dicapai oleh masing-masing siswa adalah sebesar 39,93% dan pada siklus II rata-rata perubahan yang dicapai sebesar 5
56,52%. Perubahan yang dicapai pada siklus II tersebut dapat memenuhi indikator keberhasilan layanan yang ditetapkan sebelumnya, sehingga tindakan sosiodrama siklus II dinyatakan berhasil. Hasil penelitian Supriyanto (2011) bahwa layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya. Sebelum dilakukan layanan, 11 siswa masuk dalam kategori rendah, 8 siswa masuk dalam kategori sedang, dan 4 siswa masuk dalam kategori tinggi. Dalam tindakan penulis melakukan siklus I dan siklus II. Dalam siklus I ada 4 siswa (17%) berkategori rendah, ada 10 siswa (43%) berkategori sedang dan 9 siswa (40%) berkategori tinggi, masih ada siswa yang skornya dibawah 53 yaitu 4 siswa (17%). Setelah dilakukan siklus II, 100% subyek penelitian dan berkategori sedang hingga tinggi yakni 10 siswa (43%) dalam kategori tinggi dan 13 siswa (57%) dalam kategori sedang. Berdasarkan data tersebut dapat disimpukan bahwa bimbingan klasikal teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya di kelas VIIA di SMP Pendowo Ngablak Kab. Magelang Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan Interaksi Sosial Teman Sebaya Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu Kabupaten Semarang. 1.2. Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 6
Apakah bimbingan kelompok teknik sosiodrama secara signifikan dapat meningkatkan interaksi sosial teman sebaya pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu Kabupaten Semarang? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian sebagaimana dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui signifikansi peningkatan interaksi sosial teman sebaya melalui bimbingan kelompok teknik sosiodrama pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu Kabupaten Semarang. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian akan menjadi penting dan bermanfaat jika penelitian ini mampu memberikan makna dan kegunaan, baik secara teoritis maupun praktis. 1.4.1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah memberi sumbangan teori bagi guru BK mengenai layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial teman sebaya siswa. Apabila penelitian tentang penggunaan bimbingan kelompok teknik sosiodrama berhasil untuk meningkatkan interaksi sosial teman sebaya siswa kelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu maka temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Kurniawan (2011) yang menyatakan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan interaksi sosial teman sebaya. Jika temuan ini tidak terbukti ada 7
peningkatan yang signifikan interaksi sosial teman sebaya siswa kelas VIIIB SMP Negeri 02 Kaliwungu, maka temuan ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Kurniawan (2011). Manfaat Praktis 1. Untuk Kepala Sekolah Memberikan masukan kepada kepala sekolah untuk memberikan fasilitas kepada guru dan guru BK dalam melakukan bimbingan kelompok teknik sosiodrama. 2. Untuk Guru BK Memberikan masukan kepada guru BK tentang penerapan bimbingan kelompok teknik sosiodrama untuk meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya. 3. Untuk Siswa Siswa dapat meningkatkan interaksi sosial antar teman sebaya melalui bimbingan kelompok teknik sosiodrama. 1.5. Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian dibagi menjadi 5 bab, yaitu : Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, berisi tentang teori yang melandasi yaitu berisi tentanginteraksi sosial, bimbingan kelompok teknik sosiodrama, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. Bab III Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, prosedur penelitian, definisi operasional, variabel penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. 8
Bab IV Hasil dan Pembahasan berisi tentang hasil dan pembahasan penelitian. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran 9