BAB 3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

2011, No BAB 9 FORMAT

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

STATUS GIZI, ANGKA KECUKUPAN GIZI, DAN PENILAIAN KONSUMSI PANGAN

Veni Hadju Nurpudji Astuti

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN ASUPAN ZAT GIZI ANAK 0-23 BULAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan

2013, No.710 6

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

POLA PEMBERIAN ASI DAN STUNTING BAYI USIA ENAM SAMPAI SEBELAS BULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas No Kode Quesioner Pertanyaan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

INFORMASI NILAI GIZI

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

Transkripsi:

BAB 3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

24 3.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka pada Bab 2 dirumuskan kerangka teoritis faktor-faktor risiko yang mungkin menyebabkan stunting anak pada penelitian ini. Ada tujuh faktor yang diduga mengarah sebagai penyebab terjadinya stunting yaitu konsumsi pangan anak, penggunaan makanan oleh tubuh anak, sanitasi lingkungan rumah tangga, karakteristik anak, karakteristik orang tua, karakteristik rumah tangga, sosial-ekonomi rumah tangga dan politik negara. Konsumsi pangan kemungkinan dipengaruhi konsumsi air susu ibu (ASI) dan/atau makanan pendamping ASI (MP-ASI). Konsumsi ASI dan/atau MP-ASI kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah jenis konsumsi pangan, jumlah kelompok konsumsi pangan, frekuensi makan, dan jumlah konsumsi pangan hewani. Konsumsi pangan kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat konsumsi energi, protein, kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, seng, cooper, iodium, potasium, mangan, vitamin A, folate, vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B7, B12, C, D, E, K. Konsumsi pangan kemungkinan dipengaruhi mutu gizi makanan. Selain itu, konsumsi pangan kemungkinan dipengaruhi densitas asupan energi, protein, kalsium, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C. Konsumsi pangan kemungkinan dipengaruhi praktek pengasuhan, praktek pemberian makan, pengolahan/persiapan makan, kebiasaan makan, pendistribusian makanan dalam rumah tangga, pemberian ASI, waktu menyapih. Konsumsi pangan kemungkinan dipengaruhi pendidikan gizi, keamanan dan kualitas pangan, dan akses terhadap pangan. Praktek pemberian makan kemungkinan dipengaruhi karakteristik anak, karakteristik orang tua, karakteristik rumah tangga, sosial-ekonomi dan politik negara. Penggunaan makanan oleh tubuh anak kemungkinan dipengaruhi usia kehamilan ibu ketika bayi lahir (prematur), keadaan kesehatan, tahapan pertumbuhan (masa pertumbuhan intrauterine & masa pertumbuhan cepat setelah lahir), penyakit (terutama ISPA, diare, disentri & demam), serta kejadian infeksi (frekuensi & paparan). Penyakit dan infeksi kemungkinan dipengaruhi status gizi ibu ketika hamil, kualitas air susu ibu (ASI), dan lamanya pemberian ASI pada anak. Penyakit dan infeksi kemungkinan dipengaruhi pula oleh program promosi pemberian air susu ibu (ASI), kepemilikan KMS, immunisasi, fortifikasi MPASI

25 dan/atau suplementasi (vitamin A, seng, zat besi, yodium pada ibu dan/atau anak), akses terhadap informasi (terutama tentang gizi & kesehatan), serta pelayanan kesehatan, dan pemberian obat cacing pada ibu hamil dan anak. Adapun sanitasi lingkungan kemungkinan dipengaruhi kualitas air minum dan kebersihan lingkungan (tempat pembuangan limbah di rumah tangga). Karakteristik anak kemungkinan dipengaruhi jenis kelamin anak, umur anak, berat lahir anak, berat badan anak. Berat lahir anak kemungkinan dipengaruhi karakteristik orang tua. Karakteristik orang tua kemungkinan dipengaruhi pula oleh umur, pendidikan, pekerjaan, tinggi badan, status kesehatan fisik dan dan kesehatan mental. Karakteristik rumah tangga kemungkinan dipengaruhi besar keluarga, komposisi rumah tangga, jumlah anak balita, desa/kota, tempat tinggal, status ekonomi, kepemilikan benda dan uang. Akhirnya, lingkungan sosial, ekonomi dan politik negara kemungkinan dipengaruhi ras/etnis, musim, jumlah populasi, tingkat pendidikan, perekonomian makro dan mikro (terutama tingkat kemiskinan, ketersediaan lapangan kerja, & kondisi pasar), pembangunan (terutaman pembangunan pertanian), ketersediaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal, infrastruktur, dan sosial budaya masyarakat (institusi & sikap sosial), dan program ketahanan pangan (pemanfaatan lahan pekarangan, pemberian bantuan pangan, pendidikan gizi, bantuan tunai langsung). Kerangka teoritis, sebagaimana terdapat pada Gambar 1, menggambarkan kemungkinan hubungan seluruh faktor-faktor yang diduga sebagai penentu terjadinya stunting dan pola konsumsi pangan anak 0-23 bulan. Pengetahuan dari faktor-faktor risiko stunting dan pola konsumsi pangan, yang dirumuskan dalam Gambar 2, mempermudah perumusan dari kerangka pemikiran untuk menganalisis faktor-faktor risiko stunting dan pola konsumsi pangan pada penelitian ini. Kerangka operasional disusun dengan mempertimbangkan bahwa kajian menggunakan data sekunder, maka ada beberapa peubah yang seharusnya diteliti tetapi tidak tersedia dalam data sekunder sehingga dibuatlah peubah proksi (hampiran) atau peniadaan peubah dari kerangka teoritis.

26 File Gambar 1 di excel

File Gambar 2 di excel 27

28 3.2 Definisi Operasional 1. Anak bawah dua tahun (baduta) adalah anak laki-laki dan perempuan yang berusia 0-23 bulan. 2. Anak 0-5 bulan adalah anak laki-laki dan perempuan yang berusia 0-5 bulan 29 hari. 3. Anak 6-11 bulan adalah anak laki-laki dan perempuan yang berusia 6-11 bulan 29 hari. 4. Anak 12-23 bulan adalah anak laki-laki dan perempuan yang berusia 12-23 bulan 29 hari. 5. Asupan zat gizi adalah jumlah zat gizi yang diperoleh dari makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang. Zat gizi seluruhnya ada sekitar 45 jenis. Zat gizi dalam buku terbaru Tabel Komposisi Pangan Indonesia oleh Mahmud et al. (2009) terdiri dari 19 jenis yang meliputi air, energi, protein, lemak, karbohidrat, serat makanan, kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, tembaga, seng, retinol (vitamin A), β-karoten, tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin, dan vitamin C. Dalam penelitian yang dimaksud asupan zat gizi yaitu jumlah zat gizi yang meliputi energi, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C yang diperoleh dari makanan dan minuman yang dikonsumsi anak baduta yang diukur melalui pengumpulan data konsumsi pangan metode recall 1 kali 24 jam. 6. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi adalah perbandingan jumlah konsumsi energi dan zat gizi terhadap angka kecukupan zat gizi tersebut. 7. Mutu gizi konsumsi pangan atau mean adequacy ratio (MAR) adalah rata-rata tingkat kecukupan asupan energi, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C. Nilai tingkat kecukupan energi dan zat gizi maksimal 100%. 8. Densitas asupan zat gizi adalah rasio jumlah zat gizi yang dikonsumsi per hari per 1 000 kkal. 9. Pola konsumi pangan adalah jumlah jenis pangan yang dikonsumsi, jumlah kelompok pangan yang dikonsumsi, dan frekuensi konsumsi jenis pangan. Dalam penelitian ini pola konsumsi pangan meliputi, jumlah jenis

29 konsumsi pangan, jumlah kelompok konsumsi pangan, dan frekuensi makan. Hal tersebut karena data frekuensi konsumsi pangan tidak tersedia dalam data Riskesdas 2010. 10. Jumlah jenis konsumsi pangan adalah jumlah jenis pangan yang dikonsumsi dalam satu hari. Jumlah jenis konsumsi pangan dihitung berdasarkan jenis pangan yang ada di dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Indonesia. 11. Jumlah kelompok pangan adalah jumlah kelompok pangan yang dikonsumsi dalam satu hari. Kelompok pangan mengacu kepada kelompok pangan menurut Pola Pangan Harapan (PPH) yaitu padi-padian, umbi-umbian, hewani, minyak/lemak, kacang-kacangan, buah/biji berminyak, gula, dan sayur/buah. 12. Frekuensi makan adalah jumlah makan dan/atau minum dalam satu hari. 13. Stunting adalah keadaan berkaitan dengan sebagian aspek kesehatan anak baduta dengan nilai z-skor PB/U <-2 SD (WHO 2006). 14. Kelompok umur anak adalah 0-5 bulan, 6-11 bulan, dan 12-23 bulan. 15. Berat lahir rendah adalah berat bayi lahir < 2 500 g. 16. Underweight adalah keadaan berkaitan dengan sebagian aspek kesehatan anak baduta dengan nilai z-skor berat badan (BB) menurut umur (U) <-2 SD. 17. Tinggi ibu pendek adalah tinggi badan <145 cm. 18. Status ekonomi bawah adalah pengeluaran rumah tangga termasuk kuintil 1 dan 2. 19. Kualitas air minum tidak memenuhi syarat adalah keruh, bewarna, berasa, berbusa, dan/atau berbau. 20. Penampungan air limbah dari kamar mandi/tempat cuci/dapur terbuka adalah penampungan terbuka di pekarangan, penampungan di luar pekararangan, tanpa penampungan (di tanah), dan langsung ke got/sungai.