[Type text] HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0 60 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DAMAU KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Nerpince Ginto Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini berjumlah 83 orang. Sampling mengambil secara proporsional random sampling. variabel bebasnya yaitu pendidikan orang tua, usia tua, ukuran keluarga dan lima indikator sikap gizi keluarga perawatan. variabel tergantungnya adalah sikap gizi keluarga perawatan dan status gizi anak. Korelasi antara variabel dianalisis dengan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek yang memiliki ayah berpendidikan kelompok menengah (45,8%), dan ibu pada kelompok menengah (49,4%), usia ayah pada kelompok dewasa (62,7%) dan usia ibu pada kelompok dewasa ( 53%), dan ukuran keluarga adalah dalam kelompok keluarga kecil (50,6%). Sebagian besar dalam pembelajaran telah menerapkan lima indikator prinsip keluarga asuhan gizi ini (). Lebih dari setengah dari subjek sudah menjadi keluarga asuhan gizi, bagaimanapun target pemerintah ini belum dicapai pada beberapa program yaitu berat badan anak-anak, pemberian ASI eksklusif, dan asuhan nutrisi gizi. Sebagian besar subjek memiliki anak dengan status yang normal. Statistik Chi square, mood indikatif tanpa keluarga karakteristik sosial memiliki korelasi dengan keluarga asuhan gizi. Keluarga karakteristik sosial memiliki korelasi dengan lima nutrisi indicator asuhan keluarga pendidikan ibu dengan berbagai makanan yang dikonsumsi (p = 0.040). Sikap Keluarga asuhan gizi memiliki korelasi dengan status gizi anak-anak didasarkan pada berat terhadap tinggi (p = 0,044). Lima Nutrisi sikap asuhan keluarga memiliki korelasi dengan status gizi anak-anak adalah berat badan dengan status gizi anak-anak berdasarkan berat indikator usia (p = 0.043), yodium dikonsumsi dengan status gizi anak-anak berdasarkan berat indikator usia (p = 0,010) dan berat anak-anak dengan status gizi anak-anak berdasarkan berat terhadap tinggi (p = 0,018). Kata kunci: Keluarga Asuhan Gizi, Status Gizi Anak PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia (SDM).Makanan yang diberikan seharihari harus mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat mencegah penyakit definisi, mencegah keracunan dan juga mencegah timbulnya penyakit yang dapat mengganggu kelangsungan hidup anak. (Soekirman,2000) Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. Masalah gizi terjadi disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan sangat penting sebagai landasan yang menentukan kualitas generasi penerus bangsa.( Depkes, 2010 ) Penyebab langsung status gizi yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak.penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi karena penyakit.anak yang mendapat makanan yang baik tetapi sering menderita penyakit infeksi dapat menderita kurang gizi. Demikian pula pada anak yang makanannya tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya akan Data laporan pelaksanaan kegiatan Pengambilan data oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud tahun 2013 menggambarkan keluarga yang 75%, sedangkan yang menerapkan 25%, padahal target sasaran pencapaian di Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar 80%.Penelitian tentang hubungan perilaku dengan status gizi khususnya di Kabupaten Kepulauan Talaud belum pernah dilakukan.oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan perilaku dengan status gizi Anak 0 60 bulan di Wilayah kerjapuskesmas Damau Kabupaten Kepulauan Talaud. METODOLOGI Penelitian ini adalah observasional bersifat analitik dengan rancang bangun cross sectional study, dimana data yang menyangkut variabel independen dan melemah dan mudah terserang penyakit. variabel dependen akan dikumpulkan Sehingga makanan dan penyakit merupakan penyebab kurang gizi. (Supariasa, 2002) dalam waktu yang bersamaan. Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang akan di teliti. Pada 77
penelitian ini populasi yang di gunakan yakni Keluarga atau Rumah Tangga yang mempunyai balita 0-60 bulan di wilayah kerja Puskesmas Damau Kabupaten Kepulauan Talaud yaitu sebanyak 276 keluarga. Karena penelitian adalah penelitian deskriptif maka populasi 276 di bentuk tabel atau diagram. Untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas berskala nominal dan variabel terikat berskala ordinal yang berupa data diuji menggunakan Chi Square dengan tingkat kesalahan ( ɑ: 0,05). Data dianalisa statistik dengan program Satistical Program for Social science (SPSS) versi Status Gizi Perilaku Total 16.0 for windows. BB/U Belum Gizi Kurang 5 6 11 Gizi Baik 25 47 53 Total 30 53 83 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Status Gizi BB/U berdasarkan perilaku di wilayah kerja Puskesmas bagi 30% sehingga besar Damau Tahun 2014 sampel yang digunakan yaitu sebesar 83 responden. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah proporsional random sampling. Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner, dacin, microtoise, Dalam penelitian ini, diketahui bahwa dari 11 keluarga yang belum mempunyai balita dengan status gizi kurang sebanyak 5 anak dan 6 anak sudah, Sedangkan 53 anak status gizi baik diantara 25 anak belum dan 47 anak sudah. lenghtboard, iodine test. Data dipaparkan secara deskriptif dan pengkategorian, serta disajikan dalam
Tabel 2. Distribusi Status Gizi TB/U berdasarkan perilaku di wilayah kerja Puskesmas Damau Tahun 2014 Dalam penelitian ini diketahui bahwa 4 balita diantara 2 anak yang belum dan 2 anak sudah mempunyai balita status gizi sangat pendek, balita status gizi pendek sebesar 25 balita dari 8 anak belum dan 17 anak sudah, sedangkan balita status gizi normal sebanyak 54 balita diantaranya 20 anak belum dan 34 anak sudah. Tabel 3. Distribusi Status Gizi BB/TB berdasarkan perilaku di wilayah kerja Puskesmas Damau Tahun 2014 Status Gizi BB/TB Perilaku Belum Total Kurus 3 0 3 Normal 24 50 74 Gemuk 3 3 6 Total 30 53 83 Dalam penelitian ini, diketahui bahwa dari 32 keluarga yang belum mempunyai balita kurus sebanyak 2 anak, balita normal 24 anak, balita gemuk 3 anak. Sedangkan dari 51 keluarga yang sudah didapatkan balita Status Gizi Perilaku Total TB/U Belum Sangat Pendek 2 2 4 Pendek 8 17 25 Normal 20 34 54 Total 30 53 83 kurus sebanyak 0 (nol) anak, balita normal 50 anak dan balita gemuk 3 anak. Berdasarkan hasil uji statistic Chi Kuadrat penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku kadarzi dengan status gizi balita indeks berat badan menurut umur (BB/U). Hal serupa juga ditunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku kadarzi dengan status gizi indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Dan indeks Berat badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) ada hubungan bermakna perilaku kadarzi dengan berat badan dengan tinggi badan (p= 0,044) Berdasarkan hasil uji statistik Chi Kuadrat menunjukkan bahwa ada hubungan antara lima variabel indikator 79
kadarzi dengan status gizi balita indeks berat badan menurut umur (BB/U) yaitu penimbangan berat badan secara teratur gizi, hal ini dikarenakan pendapatan keluarga atau status sosial ekonominya. Ada hubungan yang bermakna ada, (p=0,043) dan konsumsi garam antara penimbangan berat badan secara beryodium (0,010). Sedangkan variabel teratur dengan status gizi indeks Berat lima indikator kadarzi tidak ada hubungan status gizi balita indeks tinggi badan menurut umur (TB/U). Adapun variabel lima indikator kadarzi yang ada hubungan signifikan dengan status gizi balita indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yaitu penimbangan berat badan Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dan konsumsi garam beryodium (p= 0,018). Hal ini dikarenakan dengan penimbangan yang teratur setiap bulan maka pertumbuhan balita selalu terpantau. Sehingga ketika ada penurunan maupun peningkatan berat badan yang melebihi secara teratur dan konsumsi garam standar, maka dapat segera ditangani. beryodium (p=0,018) Hal ini dikarenakan status gizi BB/U merupakan parameter yang menggambarkan status gizi saat ini, Balita yang rajin datang ke posyandu, maka status gizinya akan selalu terpantau. Indeks BB/TB dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif. Sehingga, perilaku kadarzi berpengaruh Berat badan berkorelasi linear dengan terhadap status gizi indeks berat badan menurut umur (BB/U). Status gizi indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) menunjukkan status gizi masa lampau dan pertumbuhan tinggi badan relatif sensitif masalah kekurangan tinggi badan artinya dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu. Penggunaan garam yodium bermanfaat untuk pertumbuhan fisik, mental dan kecerdasan anak, yang
pengaruhnya juga dapat diketahui dalam jangka waktu yang lama. Pemeliharaan gizi anak sangat menentukan pertumbuhan fisiknya. ayah pada kelompok sedang setingkat SMA (45%), sedangkan tingkat pendidikan ibu pada kelompok sedang yaitu setingkat SMA (49,4%). Tingkat kesehatan yang buruk yang Sebagian dari separuh responden diakibatkan kurang baiknya pola asuh gizi dan kesehatan dirumah, secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada status gizi anak (Depkes,1994a). Pola asuh gizi dan kesehatan yang dapat diterapkan dalam tingkat rumah tangga salah satunya adalah KADARZI (Depkes 2007b). Cara menjaga agar anak sehat tetap sehat yaitu anak diberi makanan yang cukup dengan menu seimbang, perlu adanya pemantauan berat badan dan tinggi badan secara teratur setiap bulan, serta konsumsi suplemen yang dianjurkan. (Depkes 1994b). KESIMPULAN 1. Sebagian besar responden memiliki ayah dengan kategori umur dewasa madya yaitu sebesar 62,7%, sedangkan umur ibu sebagian besar dalam kategori dewasa madya 53%. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan memiliki besar keluarga termasuk dalam kelompok keluarga kecil yaitu beranggotakan 4 orang (50,6%). 2. Berdasarkan lima indikator perilaku diketahui bahwa sebagian besar responden telah melaksanakan kelima indikator perilaku (Penimbangan Balita secara teratur, Pemberian ASI Eksklusif, Makan beraneka ragam makanan, Penggunaan garam beryodium da konsumsi suplemen gizisesuai anjuran) secara baik, proporsinya secara berturut-turut yaitu 84,3%, 50%, 79,5%, 98,8% dan 95,2%. Berdasarkan perilaku kadarzi responden diketahui bahwa sebagian besar responden (63,9%) merupakan keluarga sadar gizi dengan telah melaksanakan lima indikator kadarzi secara baik. 81
3. Sebagian besar responden memiliki balita dengan status gizi indeks berat badan menurut umur (BB/U), indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) dan indeks Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), berturt-turut sebesar 86,7%, 65% dan 89,2%. hubungan dari lima indikator perilaku. 5. Hasil uji Chi Kuadrat menunjukkan bahwa perilaku kadarzi tidak berhubungan dengan status gizi balita baik berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U), indeks tinggi badan menurut umur 4. Berdasarkan hasil uji Chi Kuadrat (TB/U). Sedangkan indeks berat menunjukkan bahwa tidak ada karakteristik keluarga yang berhubungan dengan perilaku kadarzi yaitu usia ayah (p=0,183), usia ibu (p= 0,259) dan pendidikan ayah (p=0,823), pendidikan ibu (p= 0,140), serta besar keluarga (p=0,910). Variabel karakteristik keluarga yang memiliki hubungan lima indikator perilaku kadarzi yaitu hanya variabel pendidikan ibu balita dengan beraneka ragam makanan (p= 0,040). Sedangkan badan menurut tinggi badan (BB/TB) ada hubungan dengan perilaku kadarzi (p= 0,044).Variabel lima indikator kadarzi yang mempunyai hubungan dengan status gizi balita yaitu penimbangan secara teratur dengan status gizi indeks berat badan menurut umur (BB/U) yaitu penimbangan secara teratur (p=0,043),dan penggunaan garam yodium (p= 0,010). Dan lima indikator dengan status gizi balita tingkat pendidikan ayah, usia orang dengan hubungan indeks berat tua dan besar keluarga tidak ada badan menurut tinggi badan (BB/TB) yaitu penimbangan berat
badan (0.018), dan konsumsi garam beryodium (p= 0.000) DAFTAR PUSTAKA Adnyadewi IGA., 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan anak usia 3-5 tahun pada keluarga miskin di kota Bogor.skripsi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Afrieyati. 2002. Higiene dan Sanitasi Penyelenggaraan Makanan di Instansi Gizi RS Jiwa Pekan Baru dan Rumah Sakit Ibnu Sina Pekan Baru. skripsi, Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Almatsier S., 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Azwar A., 2000. Review peningkatan penggunaan ASI dan MP-ASI, Bogor : Campbell K., 2002. Family Food Environments of children : Does Sosioeconomic status Make A Difference. Asia Pacific Journal Clinical Nutrition. Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. Depkes. R.I., 2004. Keluarga Sadar Gizi Mewujudkan Keluarga Cerdas dan Mandiri. http:// ww gizi net. (27 september 2007). Depkes. R.I., 2000a. Buku Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan Rumah tangga. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Deprtemen Kesehatan RI. Depkes. R.I. 2000b. Pedoman Kampanye Keluarga Mandiri Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat dan DIrektorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. Depkes. R.I., 2004. Keluarga Mandiri Sadar Gizi (KADARZI) Mewujudkan Keluarga Cerdas dan Mandiri. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat dan DIrektorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. Depkes. R.I., 2007a. Pedoman pendampingan Keluarga Menuju KADARZI. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. Depkes. R.I., 1994a. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan KIA-Gizi dalam rangka pencapaian 6 sasaran Kesejahteraan Anak. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Pembinaan 83