SERAT KYAI SAYANG (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN PRAGMATIK)

dokumen-dokumen yang mirip
SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa benda (tangible culture) atau budaya-budaya non-benda (intangible

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra Indonesia bisa diketahui dengan banyaknya karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.

MANFAAT STUDI FILOLOGI

2014 SAJARAH CIJULANG

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang

KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang. berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah

BAB II LANDASAN TEORI

: SUNTINGAN TEKS BESERTA KAJIAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

SYAIR NEGERI PATANI : Suntingan Teks dan Analisis Semiotik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

METODE EDISI: STEMMA

ISSN: METODOLOGI PENELITIAN FILOLOGI Mendekati Teks Kebahasaan dari Sudut Kesejarahan. Fina Aunul Kafi UIN Sunan Ampel Surabaya

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

KAJIAN FILOLOGI NASKAH PIWULANG PATRAPING AGÊSANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

KAJIAN FILOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT AMBEK SANGA SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT DWIKARÅNÅ

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu

Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti senang berbicara atau senang ilmu (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai

TRANSLITERASI. Pengertian Transliterasi. Manfaat Transliterasi. Metode Transliterasi. Masalah-Masalah Transliterasi

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

Alfian Rokhmansyah, M.Hum.

Wahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. teks dibagi menjadi tiga yaitu teks lisan, teks tulisan tangan dan teks cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Melayu klasik yang sebelumnya didominasi oleh sastra Hindu, mulai beralih haluan ke dalam

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belum pernah dilakukan kegiatan transliterasi teks atas naskah Wawacan Rawi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor

BAB II KEDUDUKAN FILOLOGI DI ANTARA ILMU-ILMU LAIN

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris (terdiri dari banyak pulau)

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

Transkripsi:

SERAT KYAI SAYANG (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN PRAGMATIK) Dwi Lestari *), Ken Widyatwati, S.S., M.Hum dan Drs. M. Muzakka, M.Hum. Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang Semarang Indonesia 50275. Telp: (024)76480619 Email: dwilestari287@gmail.com ABSTRACT Lestari, Dwi. 2017. Serat Kyai Sayang (Suntingan Teks and Pragmatical Study). Under graduates thesis of Sastra Indonesia. Semarang. Faculty of Humanities Diponegoro University. Supervisor Ken Widyatwati, S.S., M.Hum. and Drs. M. Muzakka, M.Hum. Serat Kyai Sayang is one of the manuscripts stored in Museum Radya Pustaka Surakarta with script code RP 53. Serat Kyai Sayang manuscript written during the reign of Pakubuwana IV. Serat Kyai Sayang can be categorized into prose type manuscripts. Serat Kyai Sayang consists of eight puppets, containing about a King who is seeking royal knowledge, that is the science of perfection or the science of the Godhead as the hand of a king. The results of pragmatic analysis conducted by researchers such as every human should keep the behavior and moral ethics well among others. Every human being must have a sincere attitude in lending goods to others, entertaining guests, and good ethics in giving and answering greetings. Every human being must carry out God's commands and establish God's prohibition. Every human being should seek knowledge in life. Keywords: Serat Kyai Sayang, Pragmatical Study, life teaching. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan peninggalan kebudayaan berupa karya sastra klasik. Karya sastra klasik dibagi menjadi dua, yaitu sastra lisan dan sastra tulis. Mulyadi mengatakan bahwa warisan kebudayaan tersebut ada yang dalam bentuk cerita rakyat yang diturunkan dari mulut ke mulut dan ada pula yang berbentuk tulisan tangan. Bentuk sastra lisan dan perkembangannya berbeda di tiap-tiap daerah yang memiliki adat istiadat yang berbeda. Bentuk sastra tulis merupakan sastra yang berbentuk tulisan tangan maupun cetak, baik yang sudah dibukukan maupun masih pada alas daun. Salah satu warisan kebudayaan karya sastra tulis yaitu berupa naskah (Mulyadi, 1994:1). Purwadi mengemukakan bahwa kesusastraan terdiri dari dua bentuk yaitu kesusatraan lisan yang berwujud dongeng, syair, puisi, dan peribahasa. Sedangkan kesusatraan tulis berwujud

novel, naskah, babad, dan syair. Kesusastraan tulis di Nusantara berkembang sejak zaman adanya tulisan. Tulisan zaman dahulu berwujud prasasti, misalnya prasasti Candi Prambanan. Setelah ada daun rontal, maka mulai ada kesusatraan berupa kakawin yang ditulis di atas daun rontal. Setelah perkembangan sedemikian rupa hingga saat ini, maka kesusastraan tulis dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yakni gancaran (prosa) dan geguritan (puisi) (Purwadi, 2009:1-2). Karya Sastra tulis yang di miliki Indonesia sangat beranekaragam, salah satunya karya sastra daerah. Peninggalan tulisan masa lampau pada saat ini dikenal dengan naskah (Baried, 1994: 6). Naskah kuno merupakan objek filologi. Naskah kuno banyak tersebar di daerah-daerah Indonesia. Naskah kuno disimpan di museummuseum, yayasan pelestarian naskah kuno maupun koleksi pribadi. Naskah kuno yang ada di Nusantara ditulis dalam berbagai aksara seperti aksara Jawa, aksara Jawi, Sunda, Bali, Arab Pegon, Makasar, Toba, Karo. Selain aksara, naskah juga memiliki bahasa yang berbagai macam seperti: bahasa Jawa, bahasa Sunda, Minangkabau, Batak, dan Banjar. Namun, dari sekian banyak naskah Nusantara yang ada, penelitian terhadap naskah masih jarang dilakukan oleh para filolog. Salah satu naskah yang belum mendapat perhatian dari para filolog adalah naskah Jawa yang berisi tentang sejarah yakni naskah Serat Kyai Sayang. Karya sastra Jawa sejak kemunculanya hingga sekarang terdapat nilai-nilai religius. Nilai-nilai religius tersebut berkaitan dengan keagamaan dan kepercayaan. Nilai religius yang terkandung dalam kesusatraan Jawa abad XVII dan XIX mencerminkan konsep-konsep yang bersifat akulturatif dari sejarah Islam, Hindu, Budha, dan Jawa. Nilai-nilai religious dalam kesusastraan Jawa meliputi keimanan manusia terhadap Tuhan, keteringatan manusia terhadap Tuhan, keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan, ketaatan manusia terhadap kekuasaan Tuhan (Purwadi dalam Soedarsono, 2009:216). Naskah Serat Kyai Sayang merupakan salah satu naskah yang tersimpan di Museum Radya Pustaka Surakarta dengan kode naskah RP53. Naskah Serat Kyai Sayang ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwana IV. Ada beberapa alasan dipilihnya naskah Serat Serat Kyai Sayang sebagai bahan penelitian karena naskah tersebut ditulis dalam bentuk prosa, sehingga memungkinkan lebih mudah dalam memahami isi teksnya apabila dibandingkan dengan puisi. Naskah Serat Kyai Sayang adalah naskah yang terdiri dari 88 halaman. Naskah Serat Kyai Sayangyang ditulis pada tahun 1923, naskah tersebut sudah berusia 94 tahun. Melihat umur naskah yang sudah cukup tua, sehingga dikhawatirkan akan mengalami kerusakan apabila tidak secepatnya ditangani. Pada naskah Serat Kyai Sayangmenggunakan aksara Jawa, bahasa Jawa kawi dan Jawa baru. Peneliti menggunakan naskah yang sudah ditransliterasi oleh pihak Museum Radya Pustaka, namun belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Serat Kyai Sayangtermasuk dalam kategori tembang yang dibagi menjadi 8 pupuh. Pupuh-pupuh tersebut diantaranya pupuhdhandanggula, pupuh mijil, pupuh kinanthi, pupuh pocung, pupuh sinom, pupuh asmaradana, pupuh maskumambang, pupuh pangkur. Naskah Serat Kyai Sayang (selanjutnya disingkat SKS) berisi

tentang perjalanan seorang Raja yang sedang mencari ilmu kerajaan, yaitu ilmu kesempurnaan atau ilmu tentang Ketuhanan sebagai pegangan seorang Raja. Asal-usul manusia yang terdiri dari empat unsur yaitu tanah, air, udara dan api. Kemudian juga terdapat dua ajaran yang sangat rahasia yaitu hidup di dunia ini hanyalah bersifat sementara saja, setelah itu akan ada kehidupan yang abadi yaitu kehidupan akhirat setelah mati; dan berdasarkan takdir manusia itu adalah sama. Penulis tertarik untuk mengkaji naskah SKS karena di dalam isi naskah terdapat nilai-nilai baik seperti nilai moral, nilai ibadah, dan nilai pendidikan. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti naskah SKS dengan pendekatan pragmatik karena dengan pendekatan pragmatik nilai yang terkandung dalam teks akan muncul dan memberikan pandangan baru bagi para pembaca teks. Pragmatik dalam penelitiannya menitikberatkan pada maksud dari suatu ajaran. Apabila sudah mengetahui maksud suatu ajaran dapat diketahui pula nilai-nilai yang ada pada karya sastra tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul Serat Kyai Sayang (Suntingan Teks dan Kajian Pragmatik). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana deskripsi dan suntingan teks naskah SKS?; (2) Apa saja nilai-nilaididaktis yang terdapat dalam naskah SKS? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan hendak dicapai dari penelitian SKS adalah sebagai berikut: (1) Membuat deskripsi dan suntingan teks naskah SKS; (2) Menganalisis nilai-nilai didaktis yang terdapat dalam naskah SKS. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca secara teoritis dan praktis. Pada manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam kepada pembaca mengenai penerapan teori filologi dan pragmatik terhadap objek kajian penelitian naskah SKS. Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam memahami dan memanfaatkan ajaranajaran atau nilai-nilai yang terkandung dalam teks Serat Kyai Sayang. Masyarakat pada umumnya agar dapat melestarikan serta mencintai kebudayaan yang diwariskan nenek moyang melalui naskah lama. E. Landasan Teori Permasalahan yang telah diuraikan di atas, diperlukan adanya landasanteori yang tepat. Teori merupakan alat terpenting dari suatu ilmu pengetahuan, tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja (Koentjaraningrat, 1977:19). Maka akan diuraikan teori sebagai jalan keluar permasalahan dalam penelitian ini yang meliputi: a. Teori Filologi Filologi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua kata yaitu philos dan logos. Philos yang artinya cinta dan logos artinya kata. Jadi filologi berarti cinta pada kata-kata (Djamaris, 2002:6). Filologi adalah

pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti luas mencakup bidang bahasa, sastra, dan kebudayaan (Lubis, 1996: 14). Menurut Siti Baroroh Baried berpendapat bahwa filologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang berupaya mengungkapkan kandungan teks yang tersimpan dalam naskah masa lampau (Baried, 1985: 11). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, objek kajian filologi berupa naskah dan teks lama. Naskah lama merupakan objek kajian dari filologi. Naskah merupakan hasil karya penciptaan yang mengandung budaya di masa lampau. Karya-karya tulisan masa lampau merupakan peninggalan yang mampu menginformasikan buah pikiran, dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang pernah ada (Baried, 1985: 1). Teks artinya kandungan atau muatan naskah, sesuatu yang abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja. Teks itu terdiri atas isi, yaitu ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca dan bentuk, bentuk adalah cerita dalam teks yang dapat dibaca(baried, 1985:54). Filologi sudah dipakai sejak abad ke-3 SM. oleh sekelompok ahli dari Aleksandria yang kemudian dikenal dengan ahli filologi. Pada waktu itu, berusaha mengkaji teks-teks lama dengan tujuan menemukan bentuk asli untuk mengetahui maksud pengarangnya dengan cara menyisihkan kesalahan-kesalahan dan ditemukan teks-teks yang dianggap berbeda (varian da rusak (korup) kemudian dilakukan hermeneutika yaitu memilih naskah yang memungkinkan penyusunan silsilahnya untuk mendapatkan bacaan yang dipandang asli atau paling dekat aslinya (Baried, 1985: 1-2). Tradisi penyalinan naskah terhadap suatu naskah yang digemari oleh masyarakat pada masa lampau menjadi sebuah kegiatan yang sakral di Indonesia terutama di Jawa. Kandungan nilai dalam naskah menyebabkan naskah diperbanyak dengan disalin secara berulang-ulang untuk berbagai tujuan. Proses penyalinan naskah tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan atau perubahan teks karena penyalinan kurang memahami pokok persoalan dan bahasa naskah yang disalin, tulisan tidak terang, salah baca, ketidaktelitian sehingga beberapa huruf hilang (haplografi), penyalinan maju dari perkataan yang sama (saut du meme an meme), suatu kata, suatu bagian kalimat, beberapa baris, atau satu bait terlampaui, atau sebalinya ditulis dua kali (ditografi). Naskah-naskah yang telah lama disalin tidak menutup kemungkinan mengalami korup atau rusak. Adanya perbedaan dari tiap naskah yang disalin, baik kecil maupun besar, menyebabkan timbul suatu naskah yang berbeda versi atau berbeda bacaan (Baried, 1985:60). Tugas utama filologi untuk memurnikan teks dengan mengadakan kritik teks terhadap teks. Kritik teks adalah perbandingan, pertimbangan, dan

penentuan teks yang asli atau teks yang autoritatif, serta pembetulan perbaikan, pembersihan teks dari kesalahan. Sebagai penanggungjawaban perbaikan teks itu, semua perbedaan teks itu dicatat dalam sebuah catatan yang biasa disebut aparat kritik (apparatus criticus) (Djamaris, 2002:8). Sutrisno mengukapkan tujuan kritik teks yaitu membersihkan teks dari kesalahan yang terjadi selama penyalinan berulang kali itu; merekontruksi isi naskah, sehingga isi naskah telah tersusun kembali seperti semula; dan menjelaskan bagian-bagian cerita yang kurang jelas sehingga seluruh teks dapat dipahami sebaik-baiknya (Djamaris, 2002:9). Naskah SKS ini merupakan naskah asli tulisan tangan yang merupakan salah satu koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta. Naskah SKS merupakan naskah tunggal karena hanya ditemukan satu naskah saja. Penyuntingan naskah tunggal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode standar dan metode diplomatik. Metode diplomatik digunakan apabila isi cerita dalam naskah itu dianggap suci atau dianggap penting dari segi sejarah, kepercayaan atau bahasa sehingga diperlukan perlakuan khusus atau istimewa. Metode standar adalah metode yang biasa digunakan dalam penyuntingan teks naskah tunggal, apabila isi naskah itu dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita dianggap suci atau penting dari sudut agama atau sejarah, sehingga tidak diperlakukan secara khusus atau istimewa (Djamaris, 2002: 24-25). b. Teori Pragmatik Pendekatan pragmatik merupakan bagian dari empat pendekatan sastra yang dirumuskan Abrams, yaitu mimetik, ekspresif, objektif, dan pragmatik. Redyanto Noor mengungkapkan bahwa pendekatan pragmatik memandang makna karya sastra ditentukan oleh publik pembacanya selaku menyambut karya sastra. Sebab karya sastra sangat memberikan perhatian terhadap pembaca (Noor, 2010: 35). Dalam bukunya The Mirror and the lamp (1971), Abrams meneliti teori-teori mengenai sastra yang berlaku dan diutamakan di masa romantik, khususnya dalam puisi dan ilmu sastra Inggris dalam abad ke-19 (Teeuw, 1984:49). Abrams memperlihatkan bahwa kekacauan dan keragaman teori lebih mudah dipahami dan diteliti jika berpangkal pada situasi karya sastra secara menyeluruh. Pembaca dan karya sastra dalam pendekatan pragmatik merupakan aspek penentu. Sehingga pendekatan pragmatik memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatik memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatik mempertimbangkan implilkasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan pertimbangan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-

masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik diantaranya berbagai tanggapan masyarakat atau penerima pembacatertentu terhadap karya sastra (Ratna, 2004:71-72). Setiap pengarang karya sastra memilki tujuan masing-masing dalam menciptakaan sebuah karya. Tujuan yang tersirat dalam sebuah karya yang hendak disampaikan kepada pembaca oleh pengarang yang merupakan hasil pemikiran. Bahwa setiap karya terkandung nilai-nilai yang dapat berpengaruh terhadap pembaca. Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang menekankan fungsi nilai-nilai dalam teks sehingga dapat mengetahui fungsi dari teks tersebut. Naskah mengandung informasi tentang kehidupan manusia yang kemungkinan masih relevan dengan kehidupan masyarakat zaman sekarang, termasuk naskah SKS. Untuk mengetahui fungsi naskah tersebut diperlukan kajian pragmatik. Sehingga nilai yang terkandung dalam naskah SKS dapat tersimpan dengan baik terhadap pembacanya. F. Metode Penelitian Metode adalah cara atau langkah yang akan digunakan dalam melakukan penelitian. Metode yang digunakan peneliti sesuai dengan objek material yang dihadapi oleh peneliti tersebut. 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka. Sumber data penelitian ini adalah katalogus naskah yang terdapat di berbagai perpustakaan, universitas, dan museum. Pengumpulan data dalam penelitian ini merupakan langkah utama dalam penelitian. Data yang akan digunakan terdiri atas dua kategori, yaitu sumber data primer dan sekunder. Naskah SKS dengan kode RP 53 yang ada di Museum Radya Pustaka Surakarta sebagai data primer. Sedangkan data sekunder yang digunakan yaitu berupa bukubuku atau makalah artikel dan sumber informasi penunjang lainnya yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian teks SKS. 2. Pengolahan Data Menurut Djamaris di dalam buku yang berjudul Metode Penelitian Filologi (2002) ada beberapa langkah kerja dalam pennelitian filologi, yaitu: (1) Inventarisasi naskah Tahap ini merupakan tahap awal dimana penulis harus menentukan terlebih dahulu objek kajian yang diambil. Pencarian ini dilakukan dengan cara studi katalog. Tahap pengumpulan data ini penulis melakukan pencarian naskah SKS ke Museum Radya Pustaka Surakarta. (2) Deskripsi naskah Deskripsi naskah adalah menganalisis keadaan naskah secara fisik yang mencakup berbagai hal antara lain judul naskah, nomor naskah, tanggal naskah, tempat penyimpanan, tempat penyalinan, ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan naskah, bahasa, kolofon, dan garis besar isi cerita. (3) Transliterasi Transliterasi adalah penggantian atau pengalihan huruf demi

huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Misalnya, pengalihan huruf dari huruf Arab-Melayu ke huruf Latin atau dari huruf Jawa atau huruf Bugis ke huruf Latin, atau sebaliknya. Transliterasi merupakan salah satu tahap dalam penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab- Melayu. Naskah lama dalam sastra Indonesia dan sastra daerah sebagaian besar ditulis dengan huruf Arab (Arab- Melayu atau Pegon) atau huruf daerah. Penyuntingan teks yang ditulis dengan huruf Arab atau huruf daerah itu perlu terlebih dahulu teks itu ditranslitersikan ke huruf Latin (Lubis, 1996: 73). Pada tahap ini, naskah Serat Kyai Sayang telah dialihaksarakan oleh Museum Radya Pustaka Surakarta. Jadi penulis hanya melakukan pengoreksian hasil transliterasi. Untuk mengoreksi penulis tetap melakukan transliterasi dengan menggunakan pedoman penulisan huruf aksara Jawa karena Serat Kyai Sayang menggunakan huruf Jawa. (4) Suntingan Teks Sebagai pertanggungjawaban perbaikan teks akan dicatat dalam catatan kaki (footnote) dan aparat kritik (apparatus criticus). Peneliti menggunakan metode edisi standar. Edisi standar atau edisi kritik yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahankesalahan kecil dan ketidakajegan, sedangkan ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku (Baried, 1994: 68). Tujuan dari penyuntingan teks adalah untuk memudahkan membaca dan memahami teks. (5) Translasi Translasi adalah alih bahasa. Translasi merupakan penerjemahan naskah sesuai dengan bahasa yang dikenal baik oleh masyarakat. Hal ini akan memudahkan pembaca untuk memahami isi naskah. Pada tahap ini penulis menterjemahkan dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Penulis menggunakan terjemahan bebas agar teks mudah dipahami. 3. Analisis data Pada analisis data ini penulis akan menggunakan teori pragmatik untuk mengetahui nilai-nilai atau ajaran-ajaran yang terdapat dalam naskah Serat Kyai Sayang. 4. Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data disajikan menggunakan deskriptif, yaitu berusaha menyajikan suatu obyek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga obyek itu seolah-olah berada didepan mata kepala pembaca dan seakan-akan para pembaca tersebut melihat obyek itu (Keraf, 1995:16). Tujuan naskah Serat Kyai Sayang dijelaskan secara deskriptif adalah untuk lebih memfokuskan pembaca terhadap kandungan naskah yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian, analisis pragmatik yang terkandung dalam naskah yaitu sebagai berikut: 1. Nilai moral Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, akhlak, dan budi pekerti (KBBI, 2013: 929). Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna yang disarankan lewat cerita (Nurgiyantoro, 2000:321). Nilai- nilai moral yang terdapat dalam SKS yaitu: a. Sopan santun b. Saling berbagi c. Suri tauladan yang baik untuk anak cucunya d. Menjamu tamu e. Etika dalam memberi salam 2. Nilai Ibadah Kata ibadah dalam KBBI adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-nya dan menjauhkan larangan-nya (2013:515). Nilai-nilai ibadah yang terdapat dalam Serat Kyai Sayang yaitu: a. Salat b. Syukur c. Ikhlas 3. Nilai Pendidikan Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (KBBI, 2013:326). Nilai pendidikan yang terdapat dalam SKS yaitu menuntut ilmu. SIMPULAN Naskah Serat Kyai Sayang merupakan salah satu naskah yang tersimpan di Museum Radya Pustaka Surakarta dengan kode naskah RP 53. Naskah Serat Kyai Sayang ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwana IV. Naskah Serat Kyai Sayang dapat dikategorikan ke dalam naskah berjenis prosa. Naskah Serat Kyai Sayang terdiri dari delapan pupuh yaitu: pupuh dhandanggula, pupuh mijil, pupuh kinanthi, pupuh pocung, pupuh sinom, pupuh asmaradana, pupuh maskumambang, dan pupuh pangkur. Serat Kyai Sayang yang berisi tentang perjalanan seorang Raja yang sedang mencari ilmu kerajaan, yaitu ilmu kesempurnaan atau ilmu tentang Ketuhanan sebagai pegangan seorang Raja. Kemudian juga terdapat dua ajaran yang sangat rahasia yaitu hidup di dunia ini hanyalah bersifat sementara saja, setelah itu akan ada kehidupan yang abadi yaitu kehidupan akhirat setelah mati; dan berdasarkan takdir manusia itu adalah sama. Analisis naskah SKS melalui suntingan teks sebagai pertanggungjawaban terhadap penelitian sebuah naskah lama. Pengerjaan disertai pertanggungjawaban transliterasi yang meliputi: pedoman transliterasi, penulisan translitrasi, dan aparat kritik. Naskah SKS dianalisis menggunakan pendekatan pragmatik. Di dalam naskah Serat Kyai Sayang terdapat tiga nilai penting yang menjadi sorotan dalam penelitian ini. Pertama nilai moral yang meliputi sopan santun dalam berbahasa Jawa, saling berbagi, suri tauladan yang baik untuk anak cucunya, dan menjamu tamu. Kedua nilai ibadah yang meliputi salat, mengucap syukur, ikhlas dalam meminjamkan barang. Ketiga nilai pendidikan yaitu menuntut ilmu. Naskah Serat Kyai Sayang mengandung berbagai macam ajaran-ajaran yang bermanfaat dalam kehidupan zaman sekarang. Ajaran-ajaran yang terdapat pada naskah Serat Kyai Sayang dapat menjadi pengingat sekaligus pedoman hidup bagi

masyarakat pada era sekarang, sehingga dapat membatasi pola pikir dan juga gaya hidup masyarakat untuk tidak melanggar norma-norma yang berlaku. DAFTAR PUSTAKA Abrams, M. H. 1951. The Mirror and The Lamp. Oxford University Press. Baried, Siti Baroroh dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Basuki, Anhari dkk. 2004. Pengantar Filologi. Semarang: Fasindo. Djamaris, Edward. 2002. Metode Penelitian Filologi. Jakarta: CV Manasco. Endraswara, Suwardi. 2003. Budi Pekerti Dalam Masyarakat Jawa. Yogyakarta: Hanindita. Keraf, Gorys. 1995. Deskripsi dan Eksposisi. Jakarta: PT. Grasindo. Lubis, Nabila. 1996. Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Forum Kajian Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah. Mulyadi, Sri Wulan Rujati. 1994. Kodologi Melayu di Indonesia. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Nardiati, Sri dkk. 1993. Kamus Bahasa Jawa-Bahasa Indonesia I. Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Purwadi. 2008. Sejarah Sastra Jawa Klasik. Yogyakarta: Panji Pustaka. Ratna, Kutha Nyoman. 2004. Teori Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal Terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.