BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Restoran dan Kafe di Kota Bandung dari tahun TAHUN PERTUMBUHAN (%) , , ,33

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah pula aneka ragam kebutuhan barang dan jasa untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan teknologi. globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. kuliner. Semakin besarnya peluang didalam bisnis kuliner ini membuat terjadinya

diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis untuk bisa tetap eksis di bidang usahanya. Secara umum tujuan dari pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era moderenisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan komunikasi dalam pemasaran berarti membicarakan. bagaimana pengaruh komunikasi dalam pemasaran dan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN ,68% ,61% ,89% ,8% ,2%

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan kepuasan bagi konsumennya. Perusahaan dapat menjadi pemenang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Perusahaan dituntut bekerja keras untuk memberikan barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Perkembangan bisnis di era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN. maksimal guna mempertahankan keberadaan perusahaan di tengah persaingan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ndubisi dan Moi (2005) mengatakan bahwa pembelian ulang (repurchase)

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri jasa restoran di Indonesia saat ini bisa dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pada era globalisasi saat ini banyak diminati dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang dimulai dari skala kecil seperti warung-warung

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari penduduk yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, usia anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertajam persaingan yang akhirnya membawa konsekuensi hanya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

(Survei terhadap nasabah Bank Rakyat Indonesia) DRAFT SKRIPSI. Untuk memenuhi salah satu syarat penyusunan skripsi guna

1.1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BANDUNG PADA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan jaman cafe telah memiliki banyak konsep.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek budaya dan sosial yang datang dari luar negeri membuat pola

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertajam persaingan yang akhirnya membawa konsekuensi hanya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan konsumen serta perubahan yang terjadi dalam menempatkan orientasi. kepada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau laba. Walaupun laba bukan merupakan satu-satunya aspek yang dinilai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era perdagangan bebas dan persaingan global memaksa setiap

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan membutuhkan inovasi dan kreatifitas dalam

Jumlah Restoran dan Kafe

BAB I PENDAHULUAN. mereka memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang ada dan berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

manusia serta berkembangnya arus globalisasi menimbulkan adanya pergeseran nilai budaya dari masyarakat sosial menjadi cenderung lebih individual.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Selain bertujuan bisnis atau mencari keuntungan, Restoran dan Kafe juga

BAB I PENDAHULUAN. kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga. keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. besar tetapi perusahaan kecil atau perusahaan pemula juga menerapkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan, oleh karena itu perusahaan perlu mengelola Sumber. perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Kabupaten. ribu jiwa. 148,6 ribu. Gambar 1. dari. kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari, baik itu kebutuhan yang bersifat primer

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sarana transportasi yang memadai, maka pergerakan ekonomi antar wilayah suatu

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang,baik jumlah maupun waktunya. Bidang usaha yang dapat digeluti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan 1.2 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Suasana Little White Cafe

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi dan dunia bisnis, mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. melihat peluang, ancaman dan tantangan dari dalam perusahaan atau luar

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Selama 1 tahun terakhir terjadi kenaikan dan penurunan jumlah konsumen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era perkembangan zaman seperti ini telah terjadi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. global yang menkonsumsi makanan dan minuman di rumah menjadi. mengkonsumsi makanan serta minuman diluar rumah. (Mawson&Feame, 1996,

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. wisata alam, wisata fashion, namun juga wisata kuliner semakin menarik banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup

UKDW BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis retail saat ini mengalami persaingan yang sangat ketat, dimana

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini gaya hidup masyarakat kota semakin kompleks, dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. itu banyak investor yang merasa perlu untuk berinvestasi di industri tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Perusahaan dituntut bekerja keras untuk memberikan barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota pendidikan dan kota pariwisata. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Asri Permata Legina, 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Tidak terkecuali pada jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha yang sangat pesat, segala bentuk kebutuhan hidup masyarakat baik dilihat dari segi kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier merupakan suatu kebutuhan yang ingin dipenuhi, terpuaskan dan tercapai oleh manusia. Keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau biasa disebut dengan UMKM, diharapkan dapat memberi konstribusi yang cukup baik terhadap upaya penanggulangan masalah masalah ekonomi yang sering dihadapi seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan. Peranan UMKM di Indonesia harus dapat mengurangi tingkat pengangguran yang semakin bertambah dari tiap tahun, menanggulangi kemiskinan dengan membantu masyarakat yang kurang mampu dan pemerataan pendapat yang dapat memperbaiki kehidupan masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam keuangan khususnya. Meningkatnya kemiskinan pada saat krisis ekonomi akan berdampak positif terhadap pertumbuhan output bagian UMKM. Pembangunan dan pertumbuhan UMKM merupakan salah satu penggerak yang krusial bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di banyak 1

2 negara di dunia. Karakteristik yang melekat pada UMKM bisa merupakan kelebihan atau kekuatan yang justru menjadi penghambat perkembangan ekonomi (economic growth constraints). Pada era globalisasi seperti sekarang ini pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat mendorong banyak UMKM untuk berkompetisi dalam setiap aktivitas pemasaran produk dan jasa. Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu kota tujuan pariwisata di Indonesia pada umumnya dan Jawa Barat pada khususnya, menunjukan perkembangan yang begitu pesat dalam bisnis restoran dan Cafe. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini, perkembangan Cafe di kota Bandung yang diambil data dari sumber Dinas Pariwisata dan Ekonomi sebagai berikut 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Cafe dan Restoran di Bandung 8,09 8,61 6,63 7,33 5,2 2012 2013 2014 2015 2016 Grafik 1.1 Perkembangan Resto dan Cafe di Bandung Sumber : Dinas pariwisata dan ekonomi tahun 2016 (http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/pertumbuhan-industrimakanan-akan-tetap-naik/32680) Grafik diatas memaparkan bahwa pertumbuhan jumlah restoran dan kafe di kota Bandung tergolong mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari

3 tahun 2012 pertumbuhan sebesar 5,20 % sedangkan pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan yang besar sebesar 6,63% pada tahun 2014 dengan jumlah pertumbuhan sebesar 7,33% meski pertumbuhan tergolong meningkat semakin minat membuka restoran dan kafe masih tinggi. Pertumbuhan cafe di kota Bandung, saat ini masyarakat yang dulunya hanya sekedar konsumsi komoditi, produk, dan jasa, kini mulai bergeser ke experiences atau pengalaman. Kini Masyarakat yang telah berkunjung ke cafe ini, ramai-ramai mengunggah fotonya ke media sosial, salah satunya Instagram. Dari foto-foto yang diunggah tersebut terlihat ragam makanan dan gambar suasana restoran yang begitu cantik. Dari Instagram inilah keluarga, teman-teman, atau kerabat lain mulai mengetahui keberadaan restoran. Fenomena diatas menciptakan peluang bagi pengusaha kuliner khususnya di kota Bandung untuk membuka restoran atau rumah makan. Peluang ini juga membuat persaingan yang semakin ketat di kota Bandung. Persaingan yang ketat perlu diantisipasi oleh pengusaha kuliner khususnya di kota Bandung. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pengusaha dibidang kuliner yakni dengan memberikan kepuasan kepada konsumennya. Kepuasan konsumen dianggap sebagai penentu sikap pascapembelian dan mencerminkan sebagai hasil positif atau negatif, yang berasal dari pengalaman pribadi konsumen, kepuasan konsumen (consumer satisfaction) diartikan sebagai fungsi dari seberapa sesuainya harapan pembeli produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut. Westbrook dan Reilly juga memberikan definisi atau pengertian kepuasan konsumen (consumer satisfaction) sebagai respons emosional terhadap pengalaman-pengalaman berkaitan dengan

4 produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai ritel, atau bahkan pola perilaku (seperti perilaku berbelanja dan perilaku pembeli. Coffe mempunyai cara yang berbeda untuk menikmati. Dengan memilih coffee shop yang indah dengan pelayanan mewah, dengan harapan bahwa konsumen akan merasa puas setelah ia mengorbankan sejumlah uang yang cukup besar di coffee shop yang mewah itu. Disamping itu ada yang memilih cara menikmati kopi di warung kopi biasa dengan harga yang relatif murah tetapi memberikan kepuasan rasa kopi yang dinikmatinya. Banyak orang yang beranggapan dari pada minum kopi di tempat yang mahal tetapi biasa dalam hal rasa, lebih baik menikmati kopi di warung biasa yang memberikan kenikmatan rasa sesuai dengan yang diinginkan. Persaingan bisnis yang semakin ketat dibidang coffee shop ternyata Coffe Cofindo Bandung dapat mempertahankan usaha beserta pelanggannya. Hal ini tentunya ditunjang dengan tempat yang disediakan begitu nyaman dengan ruang berac dan iringan lagu jazz. Coffe Cofindo Bandung juga menerapkan strategi dan usaha lain yang dijalankan Coffe Cofindo Bandung misalnya mengadakan live musik setiap akhir pekan. Hal penting lagi adalah dengan meningkatkan kualitas menu, membuat inovasi menu baru, dan juga dengan meningkatkan kualitas pelayanan para Barista untuk senantiasa memberi kepuasan kepada pelanggannya. Kepuasan dimaksudkan supaya pelanggan lebih setia dan terus malakukan pembelian serta merekomendasikan kepada pelanggan potensial untuk datang ke Coffe Cofindo Bandung dan menjadi pelanggan tetap juga. Kepuasan ini dijadikan alat oleh konsumen untuk membandingkan hasil yang dirasakannya

5 dengan harapannya, oleh sebab itu kepuasan merupakan aspek yang sangat diperhatikan oleh Coffe Cofindo Bandung. Konsumen akan semakin tertarik untuk kembali datang ke Coffe Cofindo Bandung, bahkan juga menarik konsumen baru dengan terpenuhinya kepuasan tersebut. Berikut ini adalah peneliti melakukan data penjualan para pesaing terdekatnya dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut : Tabel 1.2 Market Share Pesaing Terdekat Cafe Coffe Shop Data Penjualan April Percentase Mei Percentase Ngopdoel Cafe 14,011,000 48,85 14,670,000 51,15 Starbucks Cafe 13,450,000 49,1 13,920,000 50,9 Cofindo Cafe 10,040,000 40,6 13,193,000 59,4 You Cafe 8,905,000 46,8 10,110,000 53,2 Berdasarkan dari data market share di atas diperoleh bahwa starbucks dan ngopdoel berada di puncak dengan market share 50,9% dan 51,15% sedangkan cofindo di peringkat 3. Hal ini membuktikan produk yang dihasilkan coffindo masih perlu perkembangan yang membuat cofindo tampil beda dengan coffe yang disajikan oleh para pesaingnya seperti beberapa varian coffe yang tidak ditemukan di pesaing ataupun suasana cafe dimana konsumen merasa nyaman bila datang di cafe cofindo. Oleh karena itu untuk memperoleh pangsa pasar dapat dilakukan dengan memberikan kepuasan kepada konsumen. Kepuasan konsumen merupakan faktor kunci yang perlu diperhatikan oleh suatu perusahaan agar dapat unggul dalam persaingan yang semakin kompetitif, sudah dipastikan ada beberapa toko yang tutup disebabkan karena adanya ketidakpuasan konsumen akan produk yang

6 dihasilkan. Konsumen yang tidak puas akan melalukan pembelian di tempat lain yang mereka nilai lebih baik. Keadaan tersebut berdampak membuat tingkat penjualan yang berfluktuasi pada Café Cofindo di Bandung. Untuk menguatkan dengan adanya permasalahan di Café Cofindo di Bandung, penulis juga melihat data penjualan produk dari bulan april dan mei tahun 2017. Data yang disajikan sebagai berikut : Tabel 1.3 Data Penjualan Coffe Cofindo di Bandung No. Weeks/ Jumlah 2 Month Order Menu Pendapatan Percentase (%) 1 2 April 2017 47 120 Rp.3.450.000 13,45 2 9 April 2017 52 132 Rp.4.223.000 16,47 3 16 April 2017 43 99 Rp.2.367.000 9,23 4 30 April 2017 49 101 Rp.2.412.000 9,41 5 7 Mei 2017 59 138 Rp.4.411.000 17,2 6 14 Mei 2017 54 130 Rp.3.712.000 14,47 7 21 Mei 2017 50 127 Rp.2.891.000 11,27 8 28 Mei 2017 43 89 Rp.2.179.000 8,50 Total 397 936 Rp. 25.645.000 100 Sumber : Coffe Cofindo Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat data penjualan selama 2 bulan terakhir dengan rekapitulasi tiap minggu didapat hasil yang berfluktuatif artinya masih perlu adanya perbaikan dalam segi penjualan cafe cofindo dilihat dari data penjualan penurunan terjadi pada minggu ke 3 dan ke 4 dikarenakan sering tidak diadakannya acara seperti live music sehingga konsumen merasa kurang merasa asik untuk berlama-lama di cafe cofindo dan harga yang sering dikeluhkan oleh konsumen dikarenakan terlalu tinggi dari para pesaing.

7 Tabel 1.4 Hasil Kuesioner Pendahuluan Mengenai Kepuasan Konsumen di Cafe Cofindo Kota Bandung Tahun 2017 Pernyataan Saya puas minum Coffe di Cafe Cofindo Bandung Sangat Senang Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner 2017 Senang Kurang Senang Tidak Senang Sangat Tidak Senang 16,7% 6,7% 33,3% 20% 23,3% Beradasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa mayoritas konsumen menjawab kurang senang/kecewa saat minum coffe di Café Cofindo di Bandung sebesar 33,3%. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan konsumen, hal ini disebabkan harga yang terlalu mahal dari para pesaing dan suasana cafe yang kurang nyaman dikarenakan masih banyak yang menggunakan kursi kayu sedangkan konsumen lebih menyukai sofa karena lebih nyaman untuk menikmati coffe. Hal tersebut mengakibatkan daya tarik produk yang ditawarkan coffindo menjadi menurun, sehingga mengakibatkan ketidakpuasan pada konsumen. Berdasarkan penyebab fenomena-fenomena yang terjadi diatas, penulis melakukan survey pendahuluan yang tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan menyebabkan menurunnya kepuasan konsumen di Café Cofindo di Bandung, yaitu pada halaman selanjutnya : Tabel 1.4 Hasil Kuesioner Pra Survey Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpuasan Konsumen di Café Cofindo di Bandung Kota Bandung 2017 Bauran Retail Pernyataan SS S KS TS STS Saya Merasa Puas Minum Coffe di Café Cofindo di Bandung Karena : 1. Produk coffe café cofindo memiliki beragam varian 26,7% 46,7% 10% 16,6% - Produk 2. Produk coffe café cofindo memiliki kualitas baik 36,6% 46,7% 6,7% 10% - 3. Harga sesuai dengan Harga kualitas produk 6,7% 26,7% 10% 50% 6,7% 4. Harga relatif lebih murah 26,7% 13,3% 53,3% 6,7% -

8 dibanding pesaing 5. Sering mendengar rekomendasi coffe café Promosi cofindo dari orang lain 6. Sering melakukan event untuk menarik perhatian 7. Pelayanan yang cepat dari karyawan apabila terjadi Pelayanan keluhan 8. Karyawan berpenampilan rapi dan sopan 9. Pengelompokan menu Suasana tersusun dengan rapi café 10. Kebersihan tempat di coffe café cofindo Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner 2017 26,7% 40% 6,7% 26,7% - 26,7% 36,6% 16,6% 13,3% 6,7% 50% 16,6% 13,3% 20% - 43,3% 26,7% 20% 10% - 13,3% 13,3% 6,7% 53,3% 13,3% 26,7% 53,3% 13,3% 6,7% - Hasil penyebaran kuesioner pada pembahasan dari masalah-masalah yang mempengaruhi ketidakpuasan konsumen di coffe café cofindo adalah harga dan suasana cafe. Sebesar 50% konsumen merasa tidak puas atas harga coffe café cofindo. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan konsumen, Harga juga merupakan hal penting yang menjadi pertimbangan konsumen. Definisi harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari seluruh nilai yang ditukar oleh konsumen atau manfaat -manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar untuk mendapatkan hak menggunakan suatu produk. Harga juga memainkan peranan yang penting dalam mengkomunikasikan kualitas dari jasa tersebut. Dengan kesediaan petunjuk-petunjuk yang bersifat nyata, konsumen mengasosiasikan harga yang tinggi dengan tingkat kinerja suatu produk jasa yang tinggi pula. Suasana cafe juga merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen. Jika suasana cafe yang diberikan kepada konsumen sesuai dengan harapan konsumen, maka kepuasan konsumen akan

9 tercipta, tetapi jika suasana cafe yang tersedia tidak membuat konsumen nyaman atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen maka kepuasan konsumen tidak akan tercipta. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sejauh mana harga dan suasana cafe berpengaruh terhadap kepuasan konsumen dan menyajikan dalam suatu karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul Pengaruh Harga dan Suasana cafe Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Café Cofindo Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka penulis akan mengidentifikasi dan merumuskan masalah dari penelitian. 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas terdapat masalah dalam kepuasan konsumen café cofindo, masalah yang terjadi diduga diakibatkan oleh harga yang belum optimal dan suasana cafe yang kurang nyaman. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul, yaitu : 1. Terjadi kenaikan jumlah café dan restoran di kota Bandung setiap tahunnya. 2. Market share café cofindo terhitung rendah. 3. Data penjualan pada tahun 2016 menurun dikarenakan semakin menjamurnya caffe cofindo di Kota Bandung. 4. Kurangnya fasilitas interior

10 5. Harga terlalu mahal dengan para pesaing 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tanggapan konsumen tentang harga di Cafe Cofindo Kota Bandung. 2. Bagaimana tanggapan konsumen tentang suasana cafe di Cafe Cofindo Kota Bandung. 3. Bagaimana tanggapan konsumen tentang kepuasan konsumen di Cafe Cofindo Kota Bandung. 4. Seberapa besar pengaruh harga dan suasana cafe terhadap kepuasan konsumen di Cafe Cofindo Kota Bandung baik secara simultan dan parsial. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian di Cafe Cofindo Kota Bandung adalah untuk mengetahui dan menganalisis : 1. Harga di Cafe Cofindo Kota Bandung. 2. Suasana cafe di Cafe Cofindo Kota Bandung. 3. Kepuasan konsumen di Cafe Cofindo Kota Bandung. 4. Besarnya pengaruh harga dan suasana cafe terhadap kepuasan konsumen di Cafe Cofindo Kota Bandung baik secara simultan dan parsial. 1.4 Kegunaan Penelitian Bagian ini akan menjelaskan mengenai kegunaan penelitian yang dibagi menjadi dua bagian yaitu kegunaan secara akademis dan praktis.

11 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1. Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki harapan agar penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis serta menambah ilmu yang didapatkan selama melakukan proses perkuliahan. 2. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar studi untuk perbandingan dan referensi bagi penelitian lain yang sejenis dan diharapkan untuk penelitian yang selanjutnya bisa lebih baik dari penelitian yang telah dilakukan. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis Penelitian ini akan dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen pemasaran dan ilmu pengetahuan ekonomi yang ada hubungannya dengan masalah harga dan suasana cafe. 2. Bagi Pihak Cafe Cofindo Penelitian ini akan menghasilkan suatu kesimpulan dan saran-saran terhadap masalah yang dihadapi Cafe Cofindo sebagai suatu masukan dan bahan pertimbangan dalam menerapkan harga yang baik dan suasana cafe yang nyaman di masa yang akan datang. 3. Bagi Pihak lain Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menambah pengetahuan dan sebagai bahan referensi tambahan untuk penelitian ilmiah yang akan dilakukan selanjutnya.