BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi bagi masyarakat dewasa ini merupakan kebutuhan yang mendasar, seiring dengan tingginya mobilitas masyarakat untuk berpindah dari satu tempat ketempat lain dengan cepat dan hemat. Seiring itu pula berbagai moda alat transportasi ditawarkan dan tersedia, dari angkutan umum yang dikelola oleh pemerintah ataupun swasta, sampai kepada pilihan kendaraan pribadi. Namun demikian, pertumbuhan moda transportasi yang tinggi tidak sebanding dengan pembangunan dan ketersediaan jalan. Hal itu mengakibatkan terjadinya kepadatan dan kemacetan dijalan yang tidak dapat dihindari, khususnya pada waktu-waktu tertentu, yang secara langsung justru menghambat mobilitas masyarakat. Oleh karena itu, selain moda transportasi yang cepat dan hemat, masyarakat juga membutuhkan moda kendaraan yang memiliki fleksibiltas terbaik, khususnya untuk menembus kepadatan dan kemacetan yang terjadi. Dari jenis-jenis moda transportasi yang ada, sepeda motor menjadi pilihan utama. Hal ini dapat dilihat dari tingginya pertumbuhan kepemilikan sepeda motor di masyarakat. Ukuran sepeda motor yang ramping, membuat sepeda motor memiliki fleksibilitas tinggi ketika menembus kepadatan dan kemacetan, sehingga dapat mencapai tujuan lebih cepat. Selain itu, bila dibandingkan dengan moda transportasi lain seperti mobil, atau bus angkutan umum, sepeda motor dinilai lebih hemat secara operasional dan terjangkau bila dimiliki oleh pribadi, data mengenai perkembangan jumlah kendaraan bermotor tersebut bisa dilihat pada tabel berikut ini (Suryamin, 2014) : 1
2 Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Tahun Tahun Mobil Penumpang 1987-2014 Bis Truk Sepeda Motor Jumlah 1987 1170103 303378 953694 5554305 7981480 1988 1073106 385731 892651 5419531 7771019 1989 1182253 434903 952391 5722291 8291838 1990 1313210 468550 1024296 6082966 8889022 1991 1494607 504720 1087940 6494871 9582138 1992 1590750 539943 1126262 6941000 10197955 1993 1700454 568490 1160539 7355114 10784597 1994 1890340 651608 1251986 8134903 11928837 1995 2107299 688525 1336177 9076831 13208832 1996 2409088 595419 1434783 10090805 14530095 1997 2639523 611402 1548397 11735797 16535119 1998 2769375 626680 1586721 12628991 17611767 1999*) 2897803 644667 1628531 13053148 18224149 2000 3038913 666280 1707134 13563017 18975344 2001 3189319 680550 1777293 15275073 20922235 2002 3403433 714222 1865398 17002130 22985183 2003 3792510 798079 2047022 19976376 26613987 2004 4231901 933251 2315781 23061021 30541954 2005 5076230 1110255 2875116 28531831 37623432 2006 6035291 1350047 3398956 32528758 43313052 2007 6877229 1736087 4234236 41955128 54802680 2008 7489852 2059187 4452343 47683681 61685063 2009 7910407 2160973 4452343 52767093 67336644 2010 8891041 2250109 4687789 61078188 76907127 2011 9548866 2254406 4958738 68839341 85601351 2012 10432259 2273821 5286061 76381183 94373324 2013 11484514 2286309 5615494 84732652 104118969 2014 12599138 2398846 6235136 92976240 114209266 Sumber : Kantor Kepolisian Republik Indonesia *) sejak 1999 tidak termasuk Timor-Tiimur
3 Alat transportasi sudah menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat Indonesia, apalagi saat ini alat transportasi umum masih belum memadai. Karena itu motor bekas menjadi salah satu solusi alat transportasi yang cukup ekonomis, aman, dan cepat. Penjualan mokas tidak hanya tumbuh di 2015, melainkan sampai 10 tahun ke depan. Peminat mokas umumnya merupakan konsumen yang membeli kendaraan lebih karena fungsi, bukan gaya. Karena itu tidak ada istilah gengsi di segmen ini. Mokas yang paling banyak diminati adalah yang bertransmisi otomatis (Sugianto, 2015). Pilihan masyarakat terhadap sepeda motor itu, disambut baik oleh produsen-produsen kendaraan bermotor dengan menawarkan berbagai jenis sepeda motor sesuai dengan kebutuhan dan selera masyarakat, menciptakan persaingan bisnis yang ketat. Produsen-produsen sepeda motor bersaing untuk meraih konsumen dengan senantiasa meningkatkan kemampuan teknologi, desain, dan value for money. Sepeda motor telah berkembang menjadi bagian gaya hidup, tidak lagi semata-mata sebagai moda transportasi yang cepat, hemat, dan fleksibel. Sebagai bagian dari gaya hidup, sepeda motor memiliki daur hidup yang cepat, bukan karena rusak atau tidak lagi berfungsi, namun juga karena style yang usang. Harga jual yang terjangkau, dan kemudahan cara kepemilikan, membuat sebagian masyarakat senantiasa meng-update sepeda motor-nya dengan menjual yang lama dan membeli yang baru. Hal ini menyebabkan munculnya pasar baru, yaitu pasar sepeda motor bekas pakai (motor bekas), yang tentunya memiliki karakter pasar yang berbeda dengan pasar sepeda motor baru. Data mengenai perbandingan kualitas dan harga motor bekas dan motor baru dapat di lihat pada tabel berikut ini:
4 Tabel 1.2 Perbandingan Kualitas, Harga, Motor Baru dan Motor Bekas Jenis Motor Motor Baru Motor Bekas 1. Kualitas a. Motor Matic - Kondisi Mesin 100 % kondisi Baru Kondisi 85-90 % - Kondisi Kelistrikan 100 % kondisi Baru Kondisi 85-90 % - Kondisi Fisik 100 % kondisi Baru Kondisi 85-90 % - Kondisi Ban Depan Belakang 100 % kondisi Baru Kondisi 85-90 % - Kelengkapan Surat Surat Menunggu proses dari samsat Langsung di terima oleh pembeli b. Motor Bebek - Kondisi Mesin 100 % kondisi Baru Kondisi 85-90 % - Kondisi Kelistrikan 100 % kondisi Baru Kondisi 85-90 % - Kondisi Fisik 100 % kondisi Baru Kondisi 85-90 % - Kondisi Ban Depan Belakang 100 % kondisi Baru Kondisi 85-90 % - Kelengkapan Surat Surat Menunggu proses dari samsat Langsung di terima oleh pembeli c. Motor Sport - Kondisi Mesin 100 % kondisi Baru Kondisi 85-90 % - Kondisi Kelistrikan 100 % kondisi Baru Kondisi 85-90 % - Kondisi Fisik 100 % kondisi Baru Kondisi 85-90 % - Kondisi Ban Depan Belakang 100 % kondisi Baru Kondisi 85-90 % - Kelengkapan Surat Surat Menunggu proses dari samsat Langsung di terima oleh pembeli 2. Harga a. Motor Matic (Honda Beat Pop Esp CW 2015) 14.200.000 11.000.000 b. Motor Bebek ( Honda New Supra X FI CW 2015 ) 15.900.000 13.500.000 c. Motor Sport ( Honda New Mega Pro CW 2015 ) 20.400.000 17.000.000 Sumber : Data olahan dari berbagai sumber Dari perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas dari motor baru dan motor bekas tentunya ada perbedaan yang signifikan seperti kualitas motor baru baik itu motor tipe matic, bebek, maupun sport kondisi mesin, kelistrikan, fisik ban depan belakang 100 persen dalam kondisi siap pakai atau bagus kecuali dalam kelengkapan surat surat harus melalui proses dari samsat tidak bisa langsung di ambil, akan tetapi kualitas dari motor bekas tentunya akan berbeda dengan kondisi motor baru baik itu motor tipe matic, bebek, maupun sport kondisi mesin, kelistrikan, fisik, ban depan belakang kondisinya 85-90 persen siap pakai sedangkan untuk kelengkapan surat surat bisa langsung di terima di tempat oleh pembelinya, adapun harga motor baru baik matic, bebek, sport terpaut selisih harga di kisaran Rp. 3.000.000 sampai Rp. 3.500.000 dengan motor bekas. Pasar motor bekas memiliki potensi yang cukup tinggi. Sebagian masyarakat memilih untuk membeli motor bekas daripada motor baru karena berbagai alasan: Alasan pertama kenapa orang lebih memilih membeli motor bekas pastinya alasan harga. Dapat menghemat ratusan ribu bahkan jutaan dengan
5 membeli motor bekas, yang kedua model, motor keluaran terbaru model atau desainnya sama saja hanya yang membedakan pada striping, Selain itu membeli motor baru surat-surat dan plat nomernya pun lama keluar. Dibanding membeli motor bekas surat-suratnya sudah lengkap. yang ketiga: Pengalaman buruk. pengalaman di sini maksudnya ada juga pengalaman buruk seseorang sesudah membeli motor baru ternyata motornya bermasalah. Pengalaman buruk seperti ini bisa jadi membuat orang kapok membeli motor baru dan lebih memilih motor bekas, yang kelima: lebih awet, pendapat kebanyakan orang motor bekas keluaran lama itu kualitas mesinnya lebih bagus daripada motor-motor keluaran terbaru, apalagi motor built-up ataupun motor yang dibuat di luar negeri. Oleh karena itu banyak orang memburu membeli motor bekas (Ramdhani, 2016). Potensi pasar yang tinggi ini, menciptakan persaingan bisnis yang ketat pula. Seperti halnya produsen sepeda motor baru, penjual motor bekas menggunakan strategi-strategi pemasaran, dan memberikan pelayanan-pelayanan dan keuntungan value for money lainnya, bahkan melebihi ketika membeli sepeda motor baru, untuk meraih konsumen. Kota Bandung sebagai Ibukota provinsi Jawa Barat tampaknya menjadi pasar potensial bagi pelaku bisnis sepeda motor bekas. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penjual motor bekas di kota Bandung, seperti sentra motor bekas di sepanjang Jalan Inggit Garnasih (Ciateul). Sepeda motor bekas dijajakan disepanjang jalan, didalam toko (showroom) bahkan ditrotoar, baik oleh individu maupun perusahaan. Persaingan pemasaran disini sangat ketat, bahkan lebih ketat dari persaingan pemasaran produk sepeda motor baru. Untuk itu, penjual (baik individu ataupun perusahaan) dituntut untuk memiliki strategi pemasaran yang handal untuk meraih konsumen, beradaptasi dengan perubahan iklim bisnis yang cepat. Penjual motor bekas lebih kreatif dan inovatif dalam merancang dan memutuskan misi bisnis dan strategi pemasaran yang akan diterapkan di lapangan untuk bisa mengantisipasi berbagai macam perubahan yang terjadi, serta dapat terus berkompetisi dan bergerak searah dengan keinginan konsumen. Selain itu, berbeda dengan produsen sepeda motor baru, penjual sepeda motor bekas tidak
6 didukung oleh peran korporasi besar dan jaringan pemasaran yang besar, sehingga strategi pemasaran harus lebih efektif dan efisien, agar memperoleh apa yang diharapkan (dalam hal ini konsumen) dan memastikan pertukaran nilai yang tepat (Kotler dan Armstrong, 2012). Di samping itu juga dalam menghadapi persaingan pemasaran yang semakin tajam, seorang produsen tidak boleh terpaku bentuk produk yang menawarkan manfaat dasarnya saja. Persaingan sekarang bukanlah apa yang diproduksi perusahaan dalam pabrik akan tetapi antara apa yang mereka tambahkan pada hasil pabrik tersebut dalam bentuk pengemasan, iklan, konsultan bagi pelanggan, pendanaan, pengiriman, pergudangan dan hal-hal lainnya yang dipandang perlu. Dengan demikian keberhasilan menjual suatu produk sangat ditentukan oleh keterampilan mengelola produk inti, produk tambahan dan produk yang disempurnakan yang berbeda dari pesaingnya (Kotler, 2012). Layaknya sebuah peperangan, persaingan bisnis juga menuntun keberadaan senjata yang unggul. Bentuknya bisa berupa produk yang berkualitas, strategi distribusi yang tepat atau penetapan harga yang jitu. Harga merupakan instrumen pemasaran yang paling fleksibel dan mudah dimainkan dibanding instrumen pemasaran yang lain. Hal ini berarti ada titik lemah dan sekaligus kekuatan yang dimilikinya. Kelemahannya, jika tidak waspada bisa mendorong nilai produk merosot ke bawah, atau bahkan tak tersentuh pembeli. Sebaliknya menjadi kekuatan kalau sampai pada tahap dianggap sebagai bagian dari nilai produk itu sendiri. Daya tarik produk tidak dapat dilepaskan dari harga seperti uang, waktu, aktivitas kognitif, upaya prilaku, nilai dan penetapan harga (Peter dan Amstrong, 2000) dan kualitas produk seperti kinerja, ciri-ciri atau keistemewaan tambahan (karakteristik produk), keandalan, kesesuaian dengan spesifikasi, daya tahan, pelayanan, estetika dan hasil akhir (Tjiptono, 2011). Harga akan cenderung menjelaskan kualitas produk barang tersebut. Kini konsumen cenderung menuntut harga yang sesuai dengan kualitas produk Semakin ketatnya persaingan bisnis yang ada, terutama persaingan yang berasal dari perusahaan sejenis, membuat perusahaan semakin dituntut agar bergerak lebih cepat dalam hal menarik
7 konsumen. Sehingga perusahaan yang menerapkan konsep pemasaran perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembeliannya dalam usaha-usaha pemasaran sebuah produk yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan dalam konsep, salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah dengan mengetahui apa kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing (Kotler, 2012). Pengambilan keputusan pembeli dipengaruhi kemampuan perusahaan menarik pembeli, dan selain itu juga dipengaruhi faktor-faktor diluar perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian pada setiap orang pada dasarnya adalah sama, namun proses pengambilan keputusan tersebut akan diwarnai oleh ciri kepribadian, usia, pendapatan dan gaya hidupnya. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008) secara umum keputusan pembelian adalah seleksi dari dua atau lebih pilihan alternatif. Tindakan memilih tersebut diperjelas lagi sebagai tindakan pengambilan keputusan yang meliputi keputusan tentang jenis dan manfaat produk, keputusan tentang bentuk produk, keputusan tentang merek, keputusan tentang jumlah produk, keputusan tentang penjualnya dan keputusan tentang waktu pembelian serta cara pembayarannya. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut istilah keputusan pembelian dapat diartikan sebagai bagian dari perilaku konsumen yang bertujuan untuk menentukan proses pengembangan keputusan dalam membeli suatu barang atau jasa dimana individu terlibat secara langsung dalam mendapatkan dan mempergunakan barang atau jasa yang ditawarkan tersebut. Oleh karena itu kesimpulan terbaik individu untuk melakukan pembelian terbentuk berdasarkan kebutuhan dan keinginannya.
8 1.2 Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Tingginya minat beli masyarakat akan sarana transportasi khususnya sepeda motor bekas, memicu adanya persaingan antar dealer sepeda motor bekas. Tingginya persaingan serta konsumen yang selektif, mengharuskan dealer tersebut untuk menggunakan strategi agar dapat menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Transportasi bagi masyarakat dewasa ini merupakan kebutuhan yang mendasar, seiring dengan tingginya mobilitas masyarakat untuk berpindah dari satu tempat ketempat lain dengan cepat dan hemat. Seiring itu pula berbagai moda alat transportasi ditawarkan dan tersedia, dari angkutan umum yang dikelola oleh pemerintah ataupun swasta, sampai kepada pilihan kendaraan pribadi. Namun demikian, pertumbuhan moda transportasi yang tinggi tidak sebanding dengan pembangunan dan ketersediaan jalan. Hal itu mengakibatkan terjadinya kepadatan dan kemacetan dijalan yang tidak dapat dihindari, khususnya pada waktu-waktu tertentu, yang secara langsung justru menghambat mobilitas masyarakat. Oleh karena itu, selain moda transportasi yang cepat dan hemat, masyarakat juga membutuhkan moda kendaraan yang memiliki fleksibiltas terbaik, khususnya untuk menembus kepadatan dan kemacetan yang terjadi. Dari jenis-jenis moda transportasi yang ada, sepeda motor menjadi pilihan utama. Hal ini dapat dilihat dari tingginya pertumbuhan kepemilikan sepeda motor di masyarakat. Ukuran sepeda motor yang ramping, membuat sepeda motor memiliki fleksibilitas tinggi ketika menembus kepadatan dan kemacetan, sehingga dapat mencapai tujuan lebih cepat. Selain itu, bila dibandingkan dengan moda transportasi lain seperti mobil, atau bus angkutan umum, sepeda motor dinilai lebih hemat secara operasional dan terjangkau bila dimiliki oleh pribadi. Untuk dapat bertahan dalam persaingan bisnis ini maka diperlukan strategi bisnis dan strategi pemasaran yang baik sehingga mampu menghasilkan produk yang lebih efisien dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta memenuhi harapan dan kepuasan konsumen baik pada
9 segi harga produk yang lebih murah dan kualitas produk yang lebih baik dibandingkan produk pesaing. Tingkat kualitas tidak selalu harus tinggi kualitasnya bisa saja rendah, sedang atau tinggi, sesuai dengan positioning yang diinginkan. Maka kualitas produk harus disesuaikan dengan posisi produk di pasar. Selain tingkatan kualitas, kualitas yang tinggi juga dapat berarti konsistensi tingkatan kualitas yang tinggi. Dalam konsistensi kualitas yang tinggi tersebut, kualitas produk berarti kualitas kesesuaian bebas dari kecacatan dan konsistenan dalam memberikan tingkatan kualitas yang akan dicapai atau dijanjikan. Dari penelitian terdahulu menurut Adi (2012) dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara kualitas produk dengan proses keputusan pembelian. Hal ini dapat dimaknai bahwa semakin baik kualitas produk yang dilakukan oleh suatu perusahaan, maka akan semakin meningkat pula proses keputusan pembeliannya. Penelitian ini didukung oleh penelitian Kurniasari (2013), Suti (2010), Rizki (2015), dan Arumsari (2015) yang menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Selain ditinjau dari kualitas suatu produk, faktor harga merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian suatu produk bahkan sebagian masyarakat pertimbangan harga merupakan pertimbangan utama dalam pembelian suatu produk atau jasa. Harga adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran yang mempunyai peranan penting bahkan sangat menentukan keberhasilan suatu kegiatan pemasaran. Tanpa penetapan harga, seorang pemasar mungkin tidak dapat menawarkan produknya kepada calon pelanggan. Dengan adanya harga, seorang pemasar dapat memproyeksikan berapa tingkat penjualan yang akan dicapai dan berapa profit yang akan diperoleh. Penilaian yang dirasakan setiap konsumen terhadap suatu barang dan jasa yang mereka terima tidak sama, banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Persepsi konsumen terhadap suatu harga dapat mempengaruhi keputusannya dalam membeli suatu produk. Oleh karena itu setiap produsen akan berusaha memberikan persepsi yang baik terhadap produk atau jasa yang mereka jual. Penelitian ini didukung oleh penelitian Adi (2012), Kurniasari (2013), Suti (2010), Rizki (2015), dan
10 Arumsari (2015) yang menyatakan bahwa harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Banyak penelitian terdahulu yang membahas mengenai pengaruh Variabel Kualitas Produk dan Harga Dengan Proses keputusan pembelian. Dari hasil penelitian yang telah ada diketahui bahwa kualitas produk dan harga secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian. Hal ini berarti bahwa semakin baik kualitas produk dan harga maka akan meningkatkan proses keputusan pembelian. Hal ini didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Adi (2012), Kurniasari (2013), Suti (2010), Rizki (2015),) dan Arumsari (2015) yang menyatakan bahwa kualitas produk dan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. 1.2.2. Pembatasan Masalah Variabel dalam penelitian ini di batasi pada kualitas motor bekas, harga dan proses keputusan pembelian masyarakat kota Bandung. Pembatasan ini dilakukan karena variabel-variabel tersebut dapat menggeserkan eksistensi motor baru dalam hal proses keputusan pembelian masyarakat terhadap motor bekas yang ada di Kota Bandung. Dalam hal unit analisis dalam penelitian ini maka dibatasi hanya pada masyarakat Kota Bandung. Sementara itu, untuk unit observasinya, maka data akan diperoleh dari hasil kuesioner berupa pertanyaan yang akan disebarkan kepada masyarakat yang datang ke showroom yang berada di Jalan Ciateul dan sekitarnya. 1.2.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kualitas motor bekas, harga dan proses keputusan pembelian masyarakat untuk membeli motor bekas 2. Bagaimana pengaruh kualitas motor bekas terhadap proses keputusan pembelian motor bekas masyarakat di kota Bandung
11 3. Bagaimana pengaruh harga motor bekas terhadap proses keputusan pembelian motor bekas masyarakat di kota Bandung 4. Bagaimana pengaruh kualitas motor bekas dan harga terhadap proses keputusan pembelian motor bekas masyarakat di kota Bandung 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam tentang kualitas, harga motor bekas serta implikasinya terhadap proses keputusan pembelian motor bekas masyarakat di kota Bandung yang dilakukan secara komprehensif Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk memperoleh hasil kajian mengenai kualitas motor, harga dan proses keputusan pembelian motor bekas masyarakat di kota Bandung 2. Untuk memperoleh hasil analisis mengenai bagaimana pengaruh kualitas motor bekas terhadap proses keputusan pembelian motor bekas masyarakat di kota Bandung 3. Untuk memperoleh hasil analisis mengenai bagaimana pengaruh harga terhadap proses keputusan pembelian motor bekas masyarakat di kota Bandung. 4. Untuk memperoleh hasil analisis mengenai bagaimana pengaruh kualitas motor bekas dan harga terhadap proses keputusan pembelian motor bekas masyarakat di kota Bandung 1.4. Kegunaan Hasil Penelitian Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Implikasi Akademis Penelitian ini mampu memberikan manfaat terhadap pengembangan ilmu manajemen, khususnya manajemen pemasaran, dengan menggunakan metode
12 metode dan analisis yang menyangkut kualitas, harga motor bekas terhadap keputusan pembelian motor bekas masyarakat di kota Bandung 2. Implikasi Manajerial Penelitian ini dapat menambah gagasan pemikiran dan bahan masukan dalam pengambilan kebijakan bagi showroom atau dealer motor bekas dalam hal meningkatkan keputusan pembelian motor bekas masyarakat kota Bandung yang berkaitan dengan kualitas, harga motor bekas