BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Kerja Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan baku, membayar upah buruh, membayar hutang dan lainlain. Kekurangan uang tunai (kas) akan menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban dalam jangka pendek sedangkan kekurangan persediaan akan menyebabkan perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan. Perusahaan yang membiayai kebutuhan modal kerja dengan pinjaman, jika tidak dilakukan dengan perencanaan yang matang selain akan mengurangi laba yang seharusnya diperoleh, juga akan memberikan beban berat pada perusahaan diwaktu yang akan datang (Sundjaja, 2003:186). Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari (Sawir 2005: 129). Manajemen Modal Kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan.manajemen modal kerja yang efektif menjadi sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang (Syahyunan, 2004:36).
Menurut Riyanto (2001:57), ada tiga konsep pengertian modal kerja : a. Konsep Kuantitatif. Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar,aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar akan kembali ke dalam bentuk semula dalam waktu yang tidak terlalu lama. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). b. Konsep Kualitatif. Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnyaa, yaitu merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya Modal kerja dalam konsep ini sering disebut modal kerja neto (net working capital). c. Konsep Fungsional Modal kerja menurut konsep fungsional berdasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan pada periode tersebut disebut modal kerja. Dalam konsep ini dikenal modal kerja potensial, yaitu modal kerja yang menghasilkan pendapatan di luar kegiatan utama dari perusahaan yang bersangkutan dan dana yang diperoleh dari aktivitas perusahaan namun belum digunakan untuk kegiatan utama perusahaan.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya sehari-hari, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk ke dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. 2.1.1 Pentingnya Modal Kerja yang Cukup Manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah: 1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, misalnya seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar. 2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya. 3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga. 4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya. 5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya. 6. Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para pelanggan.
7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan. 8. Memungkinkan perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi. 2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja Menurut Sundjaja (2003:189) besarnya modal kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan tergantung pada beberapa hal, yaitu: a. Besar kecilnya skala usaha perusahaan Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil.perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat bergantung pada beberapa sumber saja.pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para langganan dapat sangat mempengaruhi unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan. b. Aktivitas perusahaan Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan.
c. Volume penjualan Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerja juga akan meningkat demikian pula sebaliknya. d. Perkembangan teknologi Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai, selain itu akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula bila tidak diimbangi dengan petambahan penjualan yang besar. e. Sikap perusahaan likuiditas dan Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecendrungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan perediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi yang dilakukan dan risiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.
2.1.3 Jenis-Jenis Modal Kerja Menurut Syahyunan (2004:39) modal kerja digolongkan dalam dua jenis yaitu: 1. Modal kerja permanen (permanent working capital) Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam: a. Modal kerja primer Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal kerja normal Modal kerja normal adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan dalam: a. Modal kerja Musiman Modal kerja musiman merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. b. Modal kerja siklus modal kerja siklus merupakan modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh konjungtur. c. Modal kerja darurat
Modal kerja yang besarnya berubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak). 2.1.4 Kebijakan Modal Kerja Menurut Syahyunan untuk menentukan kebijakan modal kerja terutama untuk menentukan besarnya proporsi aktiva lancar yang dibiayai oleh sumber dana jangka pendek dan dana jangka panjang, ada tiga kebijakan yang dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu: a. Kebijakan modal kerja moderat Untuk membiayai kebutuhan aktiva tetap dan aktiva lancar permanen dengan menggunakan sumber dana jangka panjang, baik dari hutang jangka panjang maupun modal sendiri. Hal ini untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo perusahaan tidak dapat membayar kembali. b. Kebijakan modal kerja konservatif Untuk membiayai kebutuhan aktiva tetap dan aktiva lancar permanen serta sebagian aktiva lancar yang berfluktuasi dengan menggunakan sumber dana hutang jangka panjang atau modal sendiri. Keputusan ini dimaksudkan untuk lebih memperkecil risiko meskipun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan yang tersedia untuk pemegang saham karena biaya hutang jangka panjang pada umumnya lebih besar daripada hutang jangka pendek.
c. Kebijakan modal kerja agresif Untuk membiayai kebutuhan aktiva tetap dan sebagian aktiva lancar permanen dengan sumber dana dari hutang jangka panjang dan sebagian aktiva lancar permanen lainnya dan semua aktiva lancar variabel dengan hutang jangka pendek. Oleh karena itu, perusahaan yang menggunakan kebijakan agresif menanggung pengembalian hutang jangka pendek yang lebih besar, sehingga risiko fluktuasi bunga hutang jangka pendek juga semakin besar tetapi dengan harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin besar. 2.1.5 Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover) Perhitungan perputaran modal kerja yang ditujukan untuk mengukur keefektifan pendayagunaan modal kerja untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan. Makin tinggi perputaran modal kerja semakin kecil dana yang tertanam dalam modal kerja untuk mencapai penjualan tertentu yang telah ditetapkan. Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan.selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan beroperasi.periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai disaat dimana kas diinvestasikan dalm komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas.makin pendek periode tersebut, makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya.berapa lama periode perputaran modal kerja adalah
tergantung pada berapa lama periode perputaran masing-masing komponen modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja.perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendanhnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. 2.2. Rasio Hutang Menurut Munawir (2004:18), Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. Pendanaan melalui hutang akan memiliki implikasi penting, yaitu (Brigham & Houston, 2010:140): 1. Dengan memperoleh dana melalui hutang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. 2. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang harus dihadapi oleh kreditor.
3. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjamsan lebih besar dari pada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar. Rasio hutang dapat diukur dengan menggunakan debt to equity ratio dan debt to asset ratio. a. Debt to equity ratio Rasio ini adalah perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas). Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut ( Van Horne dan Wachowicz, 2005:209): DDDDDDDD tttt eeeeeeeeeeee rrrrrrrrrr = b. Debt to Asset Ratio TTTTTTTTTT HHHHHHHHHHHH EEEEEEEEEEaaaa Rasio ini berfungsi menghitung berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibiayai dengan hutang. Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang (Van Horne dan Wachowicz, 2005:209). Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: dddddddd tttt aaaaaaaaaa rrrrrrrrrr = 2.3. Profitabilitas tttttttttt HHHHHHHHHHHH tttttttttt aaaaaaaaaa Dalam kegiatan operasional perusahaan, profit merupakan elemen penting dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan semua sumber daya
perusahaan maka tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penggunan semua sumber daya tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi. Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang dikurangi dengan beban. Menurut Brigham (2010 : 148) ada beberapa cara untuk mengukur tingkat suatu perusahaan yaitu : Margin laba atas penjualan, Basic Earning Power, Pengembalian atas aktiva (ROA), dan Pengembalian atas ekuitas (ROE). Peneliti membatasi hanya menggunakan satu cara yakni dengan memakai rasio Return On Total Assets untuk mengukur perusahaan. Return On Total Assets adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi tingkat pengembalian yang dihasilkan maka perusahaan akan semakin baik. LLLLLLLL BBBBBBBBBB h Return on Asset= tttttttttt aaaaaaaa 2.4. Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti 1 Ratih Gayatri (2012) Judul Penelitian Pengaruh Perputaran Modal Kerja, perputaran total asset dan rasio utang rentabilitas pada perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Variabel Teknik Analisis Penelitian X1=Perputaran Regresi Linear modal kerja Berganda X2=perputaran total aset X3= Debt to asset ratio Y= ROA Hasil Penelitian Secara simultan, perputaran modal kerja, perputaran total aset, dan debt to asset ratio terhaap rentabilitas.. Secara Parsial, perputaran modal kerja tidak. Perputaran total
2 Silviana Dwi Sulistianing rum (2012) Pengaruh perputaran modal kerja perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI. Pengaruh perputaran modal kerja perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI. X1=perputaran modal kerja Y= ROA Regresi Linear Sederhana aset dan debt to asset ratio rentabilitas Terdapat pengaruh yang antara variabel perputaran modal kerja dengan 3 I Made Dian X1= perputaran Regresi Linear Perputaran modal Satriya modal kerja Berganda kerja (2013) X2= perputaran kas secara positif dan X3=perputaran persediaan Y=ROA perusahaan Property dan Real Estate di BEI Peprutaran kas secara positif dan perusahaan Property dan Real Estate di BEI Perputaran persediaan secara positif dan perusahaan Property dan Real Estate di BEI 4 Julkarnain Pengaruh modal X1= Modal kerja Regresi Linear Secara simultan
(2012) kerja, perputaran modal kerja, perputaran kas, dan perputaran piutang pada perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia 5 Dewi Noratika (2014) 6 Julita (2013) Pengaruh perputaran modal kerja, perputaran piutang, perputaran kas, dan perputaran persediaan Net Profit Margin. Pengaruh debt to asset ratio dan debt to equity ratio X2=perputaran modal kerja X3=perputaran kas X4=perputaran piutang Y=ROA X1= perputaran modal kerja X2= perputaran piutang X3= perputaran kas X4= perputaran persediaan Y= Net profit margin X1= debt to equity ratio X2= Debt to asset ratio Y= Profitabilitas Berganda Regresi Linear berganda Regresi Linear Berganda modal kerja, perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang Secara parsial modal kerja. Peprutaran modal kerja, perputaran kas, dan perputaran piutang todak. Secara simultan,perputar an modal kerja, perputaran piutang, perputaran kas, dan perputaran persediaan NPM Secara parsial, perputaran modal kerja, perputaran kas. Perputaran piutang, perputaran persediaan tidak NPM. Secara simultan, debt to equity ratio, debt to asset ratio
Sumber : Jurnal Ilmiah pada perusahaan Transportasi yang terdaftar di BEI. Secara parsial, debt to equity ratio tidak. Debt to asset ratio 2.5. Kerangka Konseptual Jumlah modal kerja yang cukup merupakan syarat keberhasilan suatu perusahaan. Dengan modal kerja, perusahaan mampu menentukan posisi likuiditas, selain itu modal kerja juga sebagai penentu perusahaan Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas operasi dari perusahaan secara efesien dan ekonomis. Bila modal kerja terlalu besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga mengakibatkan adanya dana menganggur (idle fund), karena dana tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain dalam rangka peningkatan laba. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan produksinya, maka besar kemungkinannya akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Modal
kerja diukur dengan menggunakan working capital turnover, receivable turnover, dan inventory turnover. Menurut Munawir (2004:18), Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dibanding modal sendiri maka tingkat solvabilitas akan menurun karena beban bunga yang harus di tanggung juga meningkat. Hal ini akan berdampak menurunnya. Padadasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak menurunnya perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif dan berdampak peningkatan perusahaan. Menurut Brigham (2010 : 148) Rasio hutang dapat diukur dengan menggunakan debt to equity ratio dan debt to asset ratio. Profitabilitas diukur dengan menggunakan return on Asset (ROA).Menurut James Van Home dan John M. Wachowicz (2005, 124) bahwa net profit margin maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat memberikan pengukuran yang memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaan.net profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva, sedangkan rasio perputaran aktiva
tidak memperhitungkan dalam penjualan.roa dapat mengatasi kedua kelemahan tersebut. Peningkatan dalam daya untuk menghasilkan laba perusahaan akan terjadi jika terjadi peningkatan dalam perputaran aktiva, peningkatan dalam net profit margin, atau keduanya. Dengan memperhatikan variabel independen, dependen, maupun kontrol yang digunakan dalam penelitian ini, maka kerangka konseptual yang dapat dikembangkan sebagai berikut: Working Capital Turnover (X 1 ) Receivable Turnover (X 2 ) Inventory Turnover (X 3 ) Profitabilitas (ROA) (Y) Debt to Equity Ratio (X 4 ) Debt to Asset RAtio (X 5 ) 2.6. Hipotesis Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku,
fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Erlina, 2008:49). Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: H 1 : Working capital turnover, Receivable turnover, Inventory Turnover,Debt to equity ratio, Debt to asset ratio secara simultan positif pada perusahaan Propety dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia. H 2 : Working capital turnover, Receivable turnover, Inventory Turnover,Debt to equity ratio, Debt to asset ratio secara parsial positif pada perusahaan Propety dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia.