1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak perhatian khusus diarahkan pada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan (Isjoni, 2010: 7). Oleh karena itu, pembaharuan sistem pendidikan harus selalu dilakukan dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Berbagai upaya yang telah ditempuh untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, antara lain: pembaharuan dalam kurikulum, pengembangan model pembelajaran, dan perubahan sistem penilaian. Dengan mengembangkan model pembelajaran agar siswa menjadi aktif, salah satunya yaitu dengan merubah paradigma pembelajaran. Pembelajaran yang semula terpusat pada guru (teacher center) berubah menjadi terpusat pada siswa (student center). Guru bukan sebagai pusat pembelajaran melainkan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator. Selama pembelajaran berlangsung siswalah yang dituntut untuk aktif sehingga guru tidak merupakan peran utama dalam pembelajaran. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Matematika merupakan salah satu dari bidang studi yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar (SD) untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, 1 1
2 sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006: 416). Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Pepatah Cina mengatakan, Saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti (Heruman, 2010: 2). Dewasa ini pembelajaran matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Heruman (2010: 2) bahwa tujuan akhir pembelajaran matematika di SD yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Rendahnya hasil belajar matematika siswa dikarenakan dalam proses pembelajaran matematika guru umumnya terlalu berkosentrasi pada latihan menyelesaikan soal. Dalam kegiatan pembelajaran, guru biasanya menjelaskan konsep secara informatif, memberikan contoh soal, dan memberikan soal latihan. Guru merupakan pusat kegiatan sedangkan siswa selama kegiatan cenderung pasif. Siswa hanya mendengar, mencatat penjelasan dan mengerjakan soal. Dengan demikian pengalaman belajar yang telah mereka miliki tidak berkembang. Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri 2 Candiroto, kecamatan Candiroto kabupaten Temanggung, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk mata pelajaran matematika di SD Negeri 2 Candiroto, Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung adalah 65. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap guru kelas V bahwa hasil belajar ulangan matematika masih rendah hal ini terlihat 56% (14 siswa) masih dibawah KKM dan 44% (11 siswa) sudah tuntas dari 25 siswa. Selain itu juga terdapat beberapa siswa yang tuntas tetapi dengan nilai yang terlalu dekat dengan nilai KKM, meskipun tuntas tetapi nilainya belum maksimal, sehingga rata-rata kelas masih rendah. Hasil pengamatan lainnya diperoleh informasi bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
3 dianggap sulit oleh siswa. Anggapan ini mengakibatkan beberapa siswa menjadi malas belajar matematika sehingga beberapa siswa masih enggan untuk ikut berperan aktif pada pembelajaran. Selama ini pembelajaran yang digunakan oleh guru kebanyakan monoton. Siswa selama kegiatan pembelajaran hanya mendengar semua hal yang dijelaskan guru, mencatat yang telah diberikan dan mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan guru. Sehingga selama pembelajaran siswa menerima sesuatu materi yang sudah jadi siswa tidak ikut berfikir dan menggunakan pengalaman belajarnya. Menurut seorang siswa hal ini disebabkan karena mereka tidak berani bertanya kepada guru, takut salah dan lebih senang bertanya kepada teman. Keadaan tersebut apabila didiamkan akan menyebabkan siswa semakin mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep berikutnya. Proses pembelajaran matematika di kelas V dalam menyampaikan konsepkonsep matematika dengan berkelompok sudah dilaksanakan. Beberapa tugas yang dikerjakan siswa secara kelompok seperti tugas mengerjakan soal-soal latihan, memahami materi dan tugas lainnya. Tetapi kalau dicermati, kegiatan kelompok tersebut bukan pembelajaran kooperatif. Tujuan dari kerja kelompok hanya menyelesaikan tugas. Kegiatan belajar mengajar tersebut biasanya hanya didominasi oleh siswa yang pandai, sementara siswa yang kemampuannya rendah kurang berperan dalam mengerjakan tugas kelompok. Di samping itu juga siswa tidak dilatihkan untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan menghargai pendapat orang lain. Cara kerja kelompok tradisional seperti ini menyebabkan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa berkemampuan rendah kurang maksimal dan adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara hasil belajar siswa yang pandai dengan hasil belajar siswa yang kurang pandai. Sebagai upaya meningkatan hasil belajar matematika, siswa perlu dikembangkan suatu pembelajaran yang tepat sehingga kemampuan berfikir siswa untuk bertukar pendapat, bekerjasama, dan berinteraksi dengan guru dapat maksimal. Mengingat pentingnya pelajaran matematika untuk pendidikan, guru diharapkan mampu merencanakan pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa akan tertarik dengan matematika. Hal ini sependapat dengan hasil penelitian
4 Suryadi (Isjoni, 2010: 15) bahwa pada pembelajaran Matematika menyimpulkan bahwa salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah pembelajaran kooperatif. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000: 16) tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Menurut Isjoni (2010: 33), pembelajaran kelompok kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi lebih baik, sikap tolong-menolong dalam berperilaku sosial, dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan gagasan dan pendapatnya dalam kelompok. Menurut Slavin (Isjoni, 2010: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan yaitu diantaranya 1) STAD, 2) Jigsaw, 3) investigasi kelompok (Team Games Tounament), 4) Group Investigation (GI), 5) think pair share (TPS) dan 6) Number Heads Together (Trianto, 2009: 67). Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Tipe Number Heads Together. Pembelajaran Tipe Number Heads Together yang selanjutnya disingkat NHT merupakan salah satu pendekatan struktural dalam pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (Arends, 2008: 15). NHT pada dasarnya merupakan varian diskusi kelompok, ciri khasnya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok (Nur, 2005: 78). Untuk menunjang dalam diskusi kelompok, mempermudah siswa dalam mempelajari materi dan memahami konsep-konsep dapat dibantu dengan LKS. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS dapat difungsikan dengan tujuan untuk menemukan konsep/prinsip, juga dapat ditujukan untuk aplikasi konsep/prinsip (Hidayah, 2007: 8).
5 Dengan NHT melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan baik serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Selain itu LKS dapat membantu siswa lebih mudah untuk menemukan konsep/prinsip materi yang dipelajarinya. Untuk itu peneliti tertarik menggunakan pebelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar kelas V SD Negeri 2 Candiroto. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut: 1. Siswa menganggap metematika sebagai mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. 2. Guru masih menggunakan pembelajaran yang monoton, yaitu ceramah dalam proses pembelajaran. 3. Kerja kelompok yang dilakukan di dalam kelas hanya untuk penyelesaian tugas dan latihan soal sehingga kerjasama kelompok dalam proses pembelajaran masih kurang. 4. Dalam penyelesaian tugas kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pandai. 5. Nilai hasil belajar siswa cenderung masih rendah, belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 65. 1.3. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu meningkatkan kerjasama dan hasil belajar matematika dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT berbantuan LKS siswa kelas V semester II di SD Negeri 2 Candiroto tahun 2011/2012 yang dilakukan selama 2 siklus.
6 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Candiroto Tahun 2011-2012? 1.5. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Candiroto tahun 2011/2012. 1.6. Manfaat Penelitian a. Bagi Sekolah: Menambah koleksi perpustakaan sekolah mengenai hasil PTK, dapat sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan tentang pembelajaran yang dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar matematika. b. Bagi guru: Peningkatan proses pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS. Guru dapat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa sesuai dengan materi pelajaran pada mata pelajaran lain. c. Bagi siswa: Dapat meningkatkan kerjasama siswa dan hasil belajar matematika.