I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bleaching atau pemutihan gigi adalah perawatan pada gigi yang mengalami perubahan warna dengan menggunakan bahan oksidator atau reduktor (Grossmann dkk., 1995). Bahan bleaching terdiri dari hidrogen peroksida, natrium perborat, karbamid peroksida, pirozon, dan larutan Mc. Ines (Grossmann dkk., 1995; Walton & Torabinejad, 2008). Hidrogen peroksida digunakan sebagai bahan pemutih gigi sejak ratusan tahun yang lalu (Barlet dan Brunton, 2005). Hidrogen peroksida bersifat oksidator kuat, senyawa ini mengandung unsur hidrogen dan oksigen yang dapat terurai menjadi radikal bebas. Hidrogen peroksida yang tersedia di pasaran biasanya berupa cairan. Cairan ini merupakan cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau, tidak stabil, dan kaustik (Grossmann dkk., 1995). Hidrogen peroksida yang tersedia di pasaran saat ini adalah hidrogen peroksida 40% (boost), 38% (extraboost), 35% (superoxol), 30% (perhidrol), 25% (superoxyl), 20% (pyrozone) (Halim, 2006). Bahan bleaching sangat reaktif dalam mengurai senyawa-senyawa yang mengakibatkan perubahan warna. Sifat dari bahan bleaching ini dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan di dalam rongga mulut termasuk terhadap bahan bahan restorasi yang terdapat di dalam rongga mulut seperti amalgam, semen ionomer kaca, porselen, kompomer dan restorasi resin komposit (Jakfar, 2009; El-Murr dkk., 2011). Penelitian yang dilakukan Gandaatmadja dkk. (2010) terhadap tiga jenis resin komposit (mikrofil, hybrid, dan nanofil) menunjukkan perubahan kekasaran 1
2 permukaan resin komposit setelah pengaplikasian hidrogen peroksida 25% dan 35 %. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Atali dan Topbasi (2011) mengenai pengaruh hidrogen peroksida 35% dan 40%, berdasarkan penelitian itu dinyatakan bahwa pemakaian hidrogen peroksida dapat menyebabkan kekasaran permukaan pada resin komposit. Kekasaran permukaan resin komposit sendiri dapat memicu terjadinya diskolorasi atau perubahan warna yang diakibatkan oleh faktor ekstrinsik (Fay dkk., 1999). Resin komposit jenis hybrid saat ini sering digunakan karena kehalusan permukaannya yang lebih baik dari jenis resin komposit berbahan mikro, dan compressive strength yang tinggi hampir sama dengan sifat wear resistance amalgam. Resin komposit jenis hybrid dapat digunakan sebagai bahan tumpatan gigi posterior dan anterior (Annusavice, 2003). Annusavice (2003) juga menambahkan bahwa resin komposit hybrid memiliki hasil polish yang baik, shrinkage rendah, absorpsi cairan rendah, abrasi dan ketahanan pemakaian sama dengan struktur gigi (Garcia dkk., 2006). Namun selama pemakaiannya dapat berubah warna (Omata dkk., 2006). Perubahan warna resin komposit terjadi karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat disebabkan oleh bahan resin komposit itu sendiri yaitu jenis filler, perubahan resin matriks, perubahan antar muka antara matriks dan filler, monomer sisa yang tidak terpolimerasi pada waktu polimerisasi. Faktor ekstrinsik penyebab perubahan warna resin komposit antara lain absorbsi bahan pewarna dari sumber-sumber eksogen seperti kopi, teh, nikotin, minuman ringan dan obat kumur (Celik dkk., 2008).
3 Pemakaian obat kumur semakin berkembang baik di dunia kedokteran gigi ataupun masyarakat. Obat kumur digunakan untuk meningkatkan kesehatan mulut dan juga sebagai penyegar nafas. Pada umumnya, obat kumur terdiri dari tiga komponen utama penyusun yaitu zat aktif, surfactant dan flavoring agent. Zat aktif merupakan zat yang terkandung dalam obat kumur yang memiliki manfaat khusus untuk perawatan rongga mulut seperti antikaries, antimikrobial atau pengurangan pelekatan plak. Zat aktif kemudian akan dicampur dalam air atau alkohol. Zat aktif yang biasanya dapat dijumpai berupa bahan anti bakteri, anti jamur, bahan oksigenasi, astringents, anodynes, bufer, deodorinsing agents, dan deterjen. Surfactant yang terkandung di dalam obat kumur mempunyai fungsi untuk membantu menghilangkan debris dari gigi dan melarutkan komponenkomponen lain dalam obat kumur. Flavouring agent seperti eucalyptol dan menthol ditambahkan dalam obat kumur sebagai penyegar nafas (Powers dan Sakaguchi, 2006). Chlorhexidine adalah salah satu zat aktif yang terkandung dalam obat kumur. Chlorhexidine merupakan antibakteri dengan spektrum luas untuk bakteri gram positif, gram negatif, dan juga yeast. Chlorhexidine telah dibuktikan sebagai antiplak yang sangat efektif sehingga mempunyai peran penting pada terapi gingivitis dan pencegahan kelainan periodontal. Hambatan pertumbuhan plak oleh chlorhexidine dihubungkan dengan sifat chlorhexidine yang diserap oleh hidroksiapatit dan mucin dari saliva sehingga akan terbentuk ikatan dengan komponen-komponen tersebut. Ikatan tersebut terjadi 15-30 detik setelah berkumur dengan chlorhexidine dan lebih dari 1/3 bagian chlorhexidine diserap
4 dan melekat pada gigi, jumlah pelekatan sebanding dengan konsentrasinya. Prijantojo (1996), mengatakan bahwa berkumur dengan larutan chlorhexidine dua kali sehari dapat menghambat pembentukan plak dan mengurangi radang gingiva. Namun, penggunaan obat kumur dapat menyebabkan efek samping berupa noda berwarna kuning atau coklat pada gigi, lidah dan tepi tumpatan (Mangundjaja dkk., 2000). B. Perumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh obat kumur chlorhexidine 0,2% terhadap perubahan warna resin komposit hybrid pasca perawatan bleaching? C. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis penelitian mengenai pengaruh obat kumur chlorhexidine 0,2% terhadap perubahan warna resin komposit hybrid pasca perawatan bleaching belum pernah dilakukan sebelumnya. Gandaatmadja dkk. (2010) telah mengevaluasi pengaruh perbedaan jenis resin komposit (mikrofil, hybrid, nanofil) dan konsentrasi bahan hidrogen peroksida (25% dan 35%) pada perubahan kekasaran permukaan resin komposit setelah prosedur in office bleaching, menunjukkan hasil bahwa ada perubahan kekasaran pada ketiga jenis resin komposit (mikrofil, hybrid, nanofil). Pada penelitian Aryani (2010) mengenai perbedaan perubahan warna antara resin komposit hybrid dan nanofil akibat penggunaan obat kumur chlorhexidine 0,2%, diperoleh hasil bahwa terjadi perubahan warna yang bermakna pada resin komposit hybrid dan nanofil.
5 D. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh obat kumur chlorhexidine 0,2% terhadap perubahan warna resin komposit hybrid pasca perawatan bleaching. E. Manfaat Penelitian 1. Referensi bagi dokter gigi untuk mengantisipasi efek perubahan warna tumpatan resin komposit pasca perawatan bleaching. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi dokter gigi dalam memilih bahan pemutih gigi dan bahan tumpatan bagi pasien yang menggunakan obat kumur chlorhexidine 0,2 %.