BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toksoplasmosis adalah zoonosis yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii adalah jenis protozoa obligat intraseluler yang memiliki tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit) (Chahaya, 2003). Hospes definitif Toxoplasma gondii adalah kucing dan binatang sejenisnya (felidae) dengan hospes perantaranya yaitu manusia, mamalia, serta burung (Sutanto, et. al., 2008). Parasit ini dapat ditemukan kosmopolitan baik di negara tropis, subtropis, maupun negara dengan iklim dingin (Dharmana, 2007). Pada manusia Toxoplasmn gondii menginfeksi hampir 25% dari populasi dunia (Sutanto, et. al., 2008). Berdasarkan data dari CDC, sekitar 60 juta orang di Amerika Serikat terinfeksi oleh Toxoplasma gondii (CDC, 2013). Di Asia, khususnya negara di Asia Tenggara, Cina, dan Korea seroprevalensi parasit tersebut berkisar antara 4-39% (ACMSF, 2012). Di Indonesia berdasarkan pemeriksan serologis pada manusia, prevalensi toksoplasmosis berkisar antara 2%-63% (Sutanto, et. al., 2008). Sementara, Prevalensi toksoplasmosis kongenital di beberapa negara seperti Belanda diperkirakan 6,5 dari 1000 kelahiran hidup, di New York 1,3 %, Paris 3 % dan Vienna 6-7% (Rasmaliah, 2003). Pada beberapa hewan di Asia, data prevalensi toksoplasmosis dari kucing berdasarkan uji serologis sekitar 19% di Jepang, Korea Selatan 13%, Taiwan 8%, Singapura 31% (Kepmenper, 2014). Sementara, prevalensi zat anti Toxoplasma gondii pada hewan di Indonesia yaitu pada kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, 1
2 anjing 75%, ternak lain < 10% (Sutanto, et. al., 2008). Di Bali, berdasarkan penelitian dari Subrata menemukan bahwa kucing yang di periksa di sekitar rumah ibu maternal secara serologis sebanyak 47,5% positif terinfeksi Toxoplasma gondii, menunjukan bahwa kucing tersebut sedang atau pernah terinfeksi Toxoplasma gondii. (Subrata, 2014). Infeksi Toxoplasma gondii pada manusia sebagian besar disebabkan oleh kucing, kucing sangat dekat dengan manusia sehingga mempermudah untuk berinteraksi dengan manusia (Prawita, 2013). Selain faktor memelihara atau sering kontak dengan kucing, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi infeksi, seperti kebiasaan makan sayur mentah yang tidak dicuci dengan bersih, mengkonsumsi makanan dan minuman yang dihinggapi lalat sehingga terkontaminasi ookista, mangkonsumsi daging yang mengandung sista tanpa dimasak dengan matang, dan tangan penjamah makanan atau pengolah daging yang tidak dicuci dengan bersih (Juanda, 2006). Penularan juga dapat terjadi melalui transfusi darah (tropozoit), transplantasi organ atau cangkok jaringan (tropozoit dan sista) dan kecelakaan kerja di laboratorium (Kemenper, 2014). Air juga berisiko menularkan Toxoplasma gondii ke manusia (CDC, 2013). Serta, hewan lain seperti burung, ayam, tikus, anjing, domba, kambing, dan sapi yang merupakan hewan perantara juga memiliki potensi untuk menularkan Toxoplasma gondii kepada manusia (Kemenper, 2014). Gejala atau tanda klinis toksoplasmosis sulit dilihat pada manusia. Namun, pada ibu hamil dengan toksoplasmosis dapat menyebabkan masalah serius pada janin, dan sering dihubungkan dengan kejadian abortus. Sementara, bila infeksi terjadi pada kehamilan tahap lanjut maka bayi dapat lahir hidup dengan toksoplasmosis kongenital (Soeharsono, 2007). Beberapa gejala klasik yang ditimbulkan dari toksoplasmosis kongenital adalah hidrosefalus, retinochoroiditis dan kalsifikasi intrakranial
3 (Gebremedhin, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Simta et. al. pada tahun 2009 tentang seroprevalensi antibodi Toxoplasma gondii pada wanita dengan kehamilan normal dan wanita dengan riwayat abortus. Hasil penelitian tersebut menunjukan seroprevalensi toksoplasmosis lebih banyak ada pada kelompok kasus (wanita dengan riwayat abortus). Dari beberapa hasil penelitian mengenai outcame toksoplasmosis kongenital dan proporsi kasus terkait menunjukan bahwa efek yang paling umum adalah kelainan Central Nervous System (CNS) (3-20%), korioretinitis (4-15%), kalsifikasi intrakranial (10-12%) dan hidrosefalus (2%). Sementara, berdasarkan penelitian di Eropa menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, sekitar 1-2% menderita kesulitan belajar dan 4-27% mengalami retinochoroiditis. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan pada usia 20 tahun, 53% menderita gangguan penglihatan dan 73% dari yang ringan sampai kesulitan belajar berat (ACMSF, 2012). Berdasarkan penelitian Laksemi, et. al., tahun 2009 tentang seroprevalensi dan faktor-faktor risiko toksoplasmosis pada wanita di Bali menunjukan bahwa seroprevalensi toksoplasmosis pada wanita di Bali sebesar 63,9%, dan seroprevalensi tertinggi wanita terinfeksi Toxoplasma gondii berada di Kabupaten Gianyar dan terendah di Bangli. Seroprevalensi Toxoplasma gondii di Kabupaten Gianyar mencapai 82,5%, sementara berdasarkan kelompok umur yaitu 15-19 tahun 66,7%, 20-30 tahun 88,2%, 31-40 tahun 79,2%, 41-50 tahun 82,4%, dan 51-60 66,7% (Laksemi, et. al., 2013). Abortus merupakan salah satu gejala dari infeksi Toxoplasma gondii. Berdasarkan data yang tercatat dari 13 Puskesmas di Kabupaten Gianyar pada tahun 2015, terdapat sekitar 222 ibu yang mengalami abortus. Puskesmas Blahbatuh I memiliki kasus abortus yang paling tinggi yaitu sekitar 44 kasus. Penelitian terkait
4 gambaran faktor risiko toksoplasmosis pada wanita hamil di Kabupaten Gianyar, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I belum pernah dilakukan. Maka, penulis tertarik untuk meneliti Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Bagaimana Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016. 1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimanakah kepemilikan/ keberadaan kucing pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016? 2. Bagaimanakah kontak dengan feses (kotoran) kucing pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016? 3. Bagaimanakah praktik higiene pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016? 4. Bagaimanakah konsumsi makanan mentah/ setengah matang pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016? 5. Bagaimanakah kebiasaan minum air mentah/ tidak dimasak pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016? 6. Bagaimanakah kebiasaan kontak dengan tanah pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016?
5 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran risiko terinfeksi Toxoiplasma gondii pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016. 1.4.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui kepemilikan/ keberadaan kucing pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016. 2. Untuk mengetahui kontak dengan feses (kotoran) kucing pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016. 3. Untuk mengetahui praktik higiene pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016. 4. Untuk mengetahui konsumsi makanan mentah/ setengah matang pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016. 5. Untuk mengetahui kebiasaan minum air mentah/ tidak dimasak pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016. 6. Untuk mengetahui kebiasaan kontak dengan tanah pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam pengembangan ilmu terkait dengan gambaran risiko
6 toksoplasmosis pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya terkait toksoplasmosis yang lebih kompleks dan mendalam. 1.5.2 Manfaat Praktis Memberikan Informasi kepada semua pihak tentang gambaran risiko toksoplasmosis pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I. Sedangkan, dari aspek kesehatan masyarakat dapat dilakukan tindakan pencegahan yang cepat dan tepat untuk menurunkan infeksi toksoplasmosis sesuai dengan kondisi nyata di masyarakat. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang epidemiologi, khususnya epidemiologi penyakit infeksi terkait gambaran risiko terinfeksi Toxoplasma gondii pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I.