V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

ANALISIS PERAN KECAMATAN CIBINONG SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BOGOR

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG Nomor : W10-A24/3122a/Hk.00.4/XII/2010

KEADAAN UMUM LOKASI. Gambar 2. Wilayah Administrasi Kabupaten Bogor. tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun Indikator Rencana Tahun 2013

PENGADILAN AGAMA CIBINONG

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PENYULUH KABUPATEN BOGOR

SKPD : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

VI. KINERJA PEMBANGUNAN PERDESAAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2011

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

Pertanian dan Kehutanan yang Maju serta Berkelanjutan, yang selanjutnya

Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rancangan Awal Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun I - 1

PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil pendugaan selang prediksi dari data simulasi yang menyebar Gamma dengan D i = 1 dan tanpa peubah penyerta

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH DRAFT AWAL RANCANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

PENDEKATAN SPASIAL UNTUK SINKRONISASI DATA ADMINISTRASI WILAYAH SPATIAL APPROACH FOR SYNCHRONIZING REGIONAL ADMINISTRATIVE DATA


PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...3 PENDAHULUAN...I Latar Belakang Landasan Hukum...

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Bogor B. Pembangunan Sistem Informasi 1. Investigasi Sistem

DAFTAR ISI DATA UMUM KONDISI GEOGRAFIS, PEMERINTAHAN DAN DEMOGRAFIS SERTA INDIKATOR KINERJA MAKRO

LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2013 dan Prakiraan Maju 2014 Kabupaten Bogor

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan Tahun 2013 dan Prakiraan Maju tahun 2014

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI JAWA BARAT

TABEL 5.2 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2014 TAHUN 2014

BAB V PELAKSANAAN PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BOGOR

SKPD : SKPD DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN

LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TATA LOKA VOLUME 19 NOMOR 1, FEBRUARI 2017, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP P ISSN E ISSN

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Prakiraan Maju Rencana Tahun 2014 Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Kode. Kebutuhan Dana/ Kebutuhan Dana/ Program/Kegiatan.

TARGET KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RENSTRA SKPD (2013) UNIT KERJA

SKPD : DINAS KOPERASI, UKM, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

DRAFT ANTARA RANCANGAN AWAL DRAFT AWAL RANCANGAN

SKPD : DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN LOKASI PASAR INDUK KABUPATEN BOGOR BERDASARKAN PERKEMBANGAN WILAYAH DAN AKSESIBILITAS E L I Y A N I

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Populasi Ternak Domba berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun

Leuwiliang Leuwisadeng 050 Ciampea 050 Ciampea 050 Ciampea 050 Tenjolaya 070 Ciomas 070 Ciomas

Arwana (Schleropages formosus)

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prakiraan Maju Rencana Tahun 2014 Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Kode. Pagu Indikatif

V GAMBARAN UMUM PASAR INDUK KRAMAT JATI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN (per 27 Oktober 2014)

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS KESEHATAN

I. PENDAHULUAN *

Aplikasi mangosteen 1.0

BAB IV GAMBARAN UMUM

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LAMPIRAN 1. Data Curah Hujan Kabupaten Bogor

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2013 dan Prakiraan Maju Tahun 2014 Kabupaten Bogor

SKPD : DINAS KESEHATAN

1 Pengembangan Pembinaan Bidang PNF/Seksi - 1,1 Satuan Paud Sejenis (SPS) PAUD

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERENCANAAN. 3.1 Analisis tingkat kota yang dapat mempengaruhi kawasan

Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) 3. Sistem Informasi Perumahan di Seksi Pembangunan di Kabupaten Bogor

KOTA DEPOK KAB. SUKABUMI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN

I-1 KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2013 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2014 KABUPATEN BOGOR

Transkripsi:

49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Wilayah Salah satu parameter yang sering digunakan untuk mengetahui perkembangan wilayah adalah kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 7. Perkembangan wilayah tidak hanya dipengaruhi oleh penduduknya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh fasilitas yang tersedia. Tabel 7. Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2007 No Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (Ha) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) Kelas Kepadatan 1 Jasinga 95.145 13.563,64 7,01 Rendah 2 Cigudeg 112.825 18.846,46 5,99 Rendah 3 Leuwiliang 111.161 9.205,82 12,08 Rendah 4 Leuwisadeng 72.592 3.464,93 20,95 Sedang 5 Cibungbulang 122.522 3.535,55 34,65 Sedang 6 Pamijahan 135.807 11.242,24 12,08 Rendah 7 Ciampea 138.974 3.430,06 40,52 Sedang 8 Tenjolaya 50.674 4.556,38 11,12 Rendah 9 Ciomas 128.738 1.637,13 78,64 Tinggi 10 Cijeruk 75.083 4.639,00 16,19 Rendah 11 Cigombong 83.030 4.325,16 19,2 Rendah 12 Sukaraja 151.906 4.452,92 34,11 Sedang 13 Ciawi 92.510 4.744,26 19,5 Rendah 14 Cisarua 109.800 7.281,03 15,08 Rendah 15 Cariu 47.176 8.564,89 5,51 Rendah 16 Tanjungsari 48.778 15.962,49 3,06 Rendah 17 Jonggol 112.710 11.578,12 9,73 Rendah 18 Babakan Madang 86.202 9.181,09 9,39 Rendah 19 Sukamakmur 74.231 18.931,00 3,92 Rendah 20 Cileungsi 201.087 6.993,60 28,75 Sedang 21 Citeureup 168.445 6.848,82 24,59 Sedang 22 Gunung Putri 197.205 6.094,74 32,36 Sedang 23 Cibinong 250.996 4.575,68 54,85 Tinggi 24 Parung 101.503 2.583,72 39,29 Sedang 25 Gunung Sindur 85.140 4.971,11 17,13 Rendah 26 Rumpin 124.626 13.648,13 9,13 Rendah 27 Parung Panjang 93.476 7.070,61 13,22 Rendah 28 Nanggung 88.108 16.414,34 5,37 Rendah 29 Bojonggede 205.572 2.980,98 68,96 Tinggi 30 Tajurhalang 87.801 2.949,95 29,76 Sedang 31 Caringin 109.589 8.474,71 12,93 Rendah

50 Tabel 7. Lanjutan No Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (Ha) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) Kelas Kepadatan 32 Dramaga 90.110 2.445,46 36,85 Sedang 33 Megamendung 91.069 6.198,03 14,69 Rendah 34 Tenjo 63.849 8.188,37 7,80 Rendah 35 Tamansari 81.934 4.121,64 19,88 Rendah 36 Rancabungur 48.435 2.391,21 20,26 Sedang 37 Ciseeng 94.340 4.063,26 23,22 Sedang 38 Klapanunggal 76.076 9.639,12 7,89 Rendah 39 Sukajaya 62.900 16.011,09 3,93 Rendah 40 Kemang 79.713 3.212,28 24,82 Sedang Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2008 (diolah) Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah, kepadatan penduduk di Kabupaten Bogor (Tabel 7) dikelompokkan menjadi tiga kelas kepadatan yaitu tinggi (42-79 jiwa/ha), sedang (16-41 jiwa/ha) dan rendah (0-15 jiwa/ha), maka Kabupaten Bogor memiliki 3 kecamatan dengan tingkat kepadatan tinggi, 18 kecamatan dengan tingkat kepadatan sedang, dan 19 kecamatan dengan tingkat kepadatan rendah (Gambar 5). PARUNG PANJANG GN.SINDUR Gambar 5. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Bogor (Jiwa/Ha)

51 Kecamatan-kecamatan yang memiliki kepadatan tinggi dan sedang cenderung berada di sekitar Kota Bogor dan arah utara Kabupaten Bogor. Kecamatan Ciomas merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan tertinggi yaitu 78,64 jiwa/ha. Hal ini disebabkan karena letaknya yang strategis berdekatan dengan Kota Bogor dan memiliki aksesibilitas yang baik. Kecamatan Bojonggede memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi kedua yaitu 68,96 jiwa/ha, dan Kecamatan Cibinong memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi ketiga yaitu 54,85 jiwa/ha, sedangkan kecamatan dengan penduduk terbesar adalah Kecamatan Cibinong dengan jumlah penduduk 250.996 jiwa. Kondisi ini merupakan konsekuensi akibat perkembangan pemanfaatan lahan di Kecamatan Cibinong dan Bojonggede sebagai salah satu kawasan sub-urban yang menyangga kawasan industri sekitarnya. Kecamatan Cariu merupakan kecamatan dengan populasi terendah yaitu 47.176 jiwa, sedangkan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Tanjungsari yaitu 3,06 jiwa/ha. Kecamatan Tanjungsari ini semula merupakan bagian dari Kecamatan Cariu. Perkembangan wilayah tidak hanya dipengaruhi oleh penduduknya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh fasilitas yang tersedia. Pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya diidentifikasi dengan menggunakan analisis skalogram. Dengan analisis ini dapat ditentukan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah. Wilayah dengan fasilitas yang lebih lengkap merupakan pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas yang kurang akan menjadi daerah belakang (hinterland). Metode ini pada dasarnya memberikan hirarki yang lebih tinggi pada pusat-pusat pengembangan yang mempunyai persediaan jumlah jenis dan unit fasilitas pembangunan yang lebih banyak. Metode skalogram lebih menekankan kepada kriteria kuantitatif dalam sistem pelayanan dibandingkan kriteria kualitatif yang menyangkut perbedaan derajat fungsi-fungsi atau peranan pelayanan itu sendiri. Disamping itu, distribusi penduduk dan jangkauan pengaruh pelayanan secara spasial tidak dipertimbangkan secara spesifik dalam metode ini.

52 Distribusi spasial dari berbagai macam aktivitas dengan treshold yang berbeda menyebabkan tumbuhnya berbagai tingkatan lokasi pusat pelayanan, yang membentuk pola spasial sistem lokasi pusat-pusat pelayanan. Menurut Rustiadi et al., (2008), hirarki dari pusat pelayanan yang lebih tinggi memiliki sarana pelayanan yang lebih banyak dan lebih beragam dari pusat pelayanan yang berhirarki lebih rendah, namun hirarki tersebut tidak selalu sama dengan hirarki administratif. Secara teoritis hirarki mencerminkan adanya perbedaan massa, dimana hirarki yang lebih tinggi mempunyai massa yang lebih besar daripada yang berhirarki lebih rendah. Menurut Tarigan (2005) ada beberapa faktor yang tidak diragukan lagi menciptakan daya tarik bagi sebuah wilayah, misalnya adalah pasar, komplek pertokoan, fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Variabel yang digunakan dalam analisis skalogram pada penelitian ini adalah jumlah mushola, masjid, gereja, pura, vihara, TPA, madrasah diniyah, madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiah, madrasah aliyah, pesantren, SD negeri & swasta, SLTP negeri & swasta, SLTA negeri & swasta, rumah sakit, puskesmas & pustu, tempat praktek dokter umum, tempat praktek dokter gigi, tempat praktek dokter spesialis, kantor pos tambahan/kantor pos pembantu/rumah pos, hotel berbintang, objek wisata, KUD dan non KUD, pasar tradisional, restoran, rumah makan, hotel berbintang, hotel melati dan terminal (Lampiran 3). Berdasarkan hasil analisis skalogram, fasilitas yang tersedia di 40 kecamatan Kabupaten Bogor sebagian besar adalah fasilitas kebutuhan dasar manusia seperti fasilitas peribadatan (mushola dan masjid), fasilitas pendidikan (TPA, Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Ibtidaiyah, Pesantren, SD, SLTP dan SLTA), fasilitas kesehatan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan tempat praktek dokter umum) serta KUD dan Non KUD (Tabel 8). Hasil dari analisis skalogram dapat ditentukan bahwa wilayah-wilayah yang mempunyai nilai indeks perkembangan wilayah paling besar dapat dikategorikan ke dalam wilayah dengan tingkat perkembangan maju, atau dicirikan oleh jumlah dan jenis sarana, prasarana dan infrastruktur yang tersedia cukup memadai. Sedangkan untuk wilayah-wilayah yang mempunyai indeks perkembangan sedang lambat atau wilayah terbelakang dan kelompok wilayah

ini lebih dicirikan dengan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana sangat terbatas. Tabel 8. Fasilitas yang Tersedia di Kabupaten Bogor No Jenis Fasilitas Jumlah Wilayah yang Memiliki Fasilitas 1 Mushola 40 2 Masjid 40 3 TPA 40 4 Madrasah Diniyah 40 5 Madrasah Ibtidaiyah 40 6 Madrasah Tsanawiah 40 7 Pesantren 40 8 SD Negeri & Swasta 40 9 SLTP Negeri & Swasta 40 10 Puskesmas & Pustu(Unit) 40 11 Tempat Praktek Dokter Umum (Unit) 40 12 KUD & Non KUD (unit) 40 13 SLTA Negeri & Swasta 38 14 Madrasah Aliyah 34 15 Tempat Praktek Dokter Gigi (Unit) 26 16 Kantor Pos Tambahan/Kantor Pos 24 Pembantu/Rumah Pos 17 Pasar Tradisional (unit) 23 18 Rumah Makan 23 19 Objek Wisata 17 20 Tempat Praktek Dokter Spesialis (Unit) 15 21 Gereja 12 22 Hotel Melati 12 23 Vihara 11 24 Rumah Sakit (Unit) 9 25 Hotel Berbintang 9 26 Hotel Berbintang 9 27 Terminal 9 28 Restoran 4 29 Pura 2 Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2008 (diolah) Hasil analisis skalogram berdasarkan indeks perkembangan 40 kecamatan di Kabupaten Bogor terdapat 7 kecamatan yang termasuk dalam hirarki wilayah I atau memiliki tingkat perkembangan tinggi yang dicirikan oleh jumlah dan jenis sarana, prasarana dan infrastruktur yang tersedia cukup memadai. Adapun kecamatan tersebut adalah Kecamatan Cibinong, Kecamatan Cisarua, Kecamatan 53

Caringin, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Gunung Sindur. Kecamatan yang termasuk dalam hirarki II atau tingkat perkembangan sedang yang dicirikan dengan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana terbatas sebanyak 14 kecamatan adapun kecamatan tersebut adalah Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Ciampea, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Jonggol, Kecamatan Parung, Kecamatan Babakan Madang, Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Kemang, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Cariu, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Tenjo, dan Kecamatan Tenjolaya. Sedangkan kecamatan yang termasuk dalam hirarki III atau tingkat perkembangan rendah yang dicirikan dengan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana sangat terbatas sebanyak 19 kecamatan. Adapun kecamatan tersebut adalah Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Cibungbulang, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Tajurhalang, Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan Rumpin, Kecamatan Tamansari, Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Sukajaya. (Tabel 9 dan Gambar 6). Tabel 9. Hirarki Kecamatan dalam Kabupaten Bogor Berdasarkan Indeks Perkembangan Kecamatan 54 No Nama Kecamatan Indeks Perkembangan Kecamatan Hirarki Berdasarkan IPK 1 Cibinong 47,27181495 I 2 Cisarua 50,13592680 I 3 Caringin 38,32469882 I 4 Ciawi 44,33679359 I 5 Megamendung 39,69859891 I 6 Leuwiliang 38,14072507 I 7 Gunung Sindur 37,91438665 I 8 Cileungsi 32,85083805 II 9 Ciampea 28,43191262 II 10 Cigombong 35,30469944 II 11 Jonggol 32,71259174 II

55 Tabel 9. Lanjutan No Nama Kecamatan Indeks Perkembangan Kecamatan Hirarki Berdasarkan IPK 12 Parung 29,99709717 II 13 Babakan Madang 31,80620223 II 14 Gunung Putri 28,01247718 II 15 Ciomas 29,60519641 II 16 Kemang 29,73470620 II 17 Parung Panjang 31,94833926 II 18 Cariu 35,90819378 II 19 Tanjungsari 29,87110711 II 20 Tenjo 28,55514274 II 21 Tenjolaya 29,91211675 II 22 Sukaraja 24,27484465 III 23 Citeureup 25,34050184 III 24 Cibungbulang 27,12085024 III 25 Cigudeg 22,54698904 III 26 Ciseeng 19,14188718 III 27 Jasinga 27,89224255 III 28 Klapanunggal 17,26156929 III 29 Nanggung 25,29523541 III 30 Pamijahan 21,94441340 III 31 Sukamakmur 18,70430579 III 32 Tajurhalang 14,99478967 III 33 Bojonggede 13,10524989 III 34 Cijeruk 25,20645370 III 35 Dramaga 22,19991103 III 36 Leuwisadeng 22,78640488 III 37 Rumpin 21,36653855 III 38 Tamansari 15,98795862 III 39 Rancabungur 6,72466348 III 40 Sukajaya 13,56628091 III Sumber: BPS, 2008 (diolah) Kecamatan yang termasuk dalam hirarki I berdasarkan indeks perkembangan kecamatan hanya Kecamatan Cibinong yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi dan jumlah penduduk yang tertinggi di Kabupaten Bogor, hal ini karena Kecamatan Cibinong merupakan ibukota Kabupaten Bogor yang memiliki fasilitas lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Bogor. Dalam hal ini terdapat hubungan yang erat antara ketersediaan fasilitas dengan aspek demografis, dimana semakin

56 besar jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, maka ketersediaan fasilitas semakin besar. Kecamatan Cisarua, Kecamatan Caringin, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Leuwiliang, dan Kecamatan Gunung Sindur meskipun termasuk dalam hirarki I berdasarkan indeks perkembangan kecamatan namun memiliki tingkat kepadatan penduduk rendah. Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Gunung Sindur termasuk dalam penataan ruang kawasan puncak (Bopunjur) berdasarkan Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur yang bertujuan mengendalikan perkembangan di kawasan puncak tersebut agar dominasi fungsi lindung dapat dipertahankan dan dimantapkan. Sehingga sangatlah wajar meskipun kecamatan-kecamatan tersebut masuk dalam hirarki I namun memiliki tingkat kepadatan penduduk yang rendah. Kecamatan-kecamatan yang masuk dalam hirarki II sebagian besar memiliki kepadatan penduduk rendah dan sedang, hanya Kecamatan Ciomas yang memiliki tingkat kepadatan tinggi, hal ini disebabkan karena Kecamatan Ciomas didominasi oleh permukiman namun tidak diiringi dengan pengadaan fasilitasfasilitas umum, karena kebutuhan akan fasilitas tersebut telah dipenuhi oleh Kota Bogor yang letaknya sangat dekat dengan Kecamatan Ciomas. Kecamatan-kecamatan yang masuk dalam hirarki III sebagian besar memiliki kepadatan penduduk rendah dan sedang hanya kecamatan Bojonggede yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi. Dalam hal ini untuk kecamatan yang masuk dalam hirarki II dan III terdapat hubungan antar ketersediaan fasilitas dengan aspek demografis. dimana semakin rendah jumlah penduduk dan kepadatan penduduk, maka ketersediaan fasilitas semakin rendah. Kecamatan-kecamatan yang memiliki indeks perkembangan yang rendah sebagian besar berada di bagian barat Kabupaten Bogor (Gambar 6). Sehingga perlu dilakukan pengembangan dan penambahan sarana prasarana dan infrastruktur yang cukup strategis guna menunjang pengembangan kecamatankecamatan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi kebutuhan masyarakat sehingga pembangunan dan penambahan tersebut diharapkan dapat memicu pola pengembangan wilayah yang terpadu dan berkesinambungan.

Gambar 6. Peta Hirarki Kecamatan Berdasarkan Indeks Perkembangan Kecamatan 57

58 5.2. Aliran Sayuran dan Buah-buahan di Pasar yang Ada Saat Ini (Eksisting) Pasar yang diamati untuk melihat aliran sayuran dan buah-buahan di pasar yang ada saat ini adalah 10 pasar, yang terdiri atas 7 pasar yang berada di Kabupaten Bogor dan 3 pasar yang ada di Kota Bogor. 7 Pasar Kabupaten Bogor yang terpilih untuk diamati adalah Pasar Cisarua, Pasar Leuwiliang, Pasar Parung, Pasar Cileungsi, Pasar Citeureup, Pasar Cibinong, dan Pasar Ciawi. Sedangkan 3 pasar Kota Bogor yang tepilih untuk diamati adalah Pasar Induk Kemang, Pasar Induk Jambu Dua, dan Pasar Baru Bogor. Asumsi yang digunakan dalam pemilihan lokasi pasar ini adalah untuk pasar Kabupaten Bogor sebagian besar yang terpilih merupakan pasar-pasar kelas I yang memiliki cakupan pelayanan wilayah daerah dan sekitarnya, dan pasar kelas II yang memiliki cakupan wilayah terbatas pada wilayah tertentu sekitar pasar namun memiliki tingkat aksesibilitas yang baik. Sedangkan asumsi yang digunakan untuk pemilihan lokasi pasar di Kota Bogor adalah pada pasar-pasar tersebut memiliki perdagangan sayuran dan buah-buahan yang berjalan secara dinamis. Komoditas sayuran yang diamati adalah bawang merah, cabe merah, kentang, wortel, kangkung dan bayam, sedangkan komoditas buah-buahan yang diamati adalah jeruk, mangga, semangka, pepaya, dan pisang. 5.2.1. Pasar Cisarua Kabupaten Bogor 5.2.1.1. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Cisarua Kegiatan perdagangan sayuran pada Pasar Cisarua beroperasi dari pagi hingga sore hari dengan tingkat keramaian 3 4 jam saja. Berdasarkan penelitian di lapangan, para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar di Pasar Induk Kemang, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Bogor, Lembang dan Brebes. Berdasarkan penelitian di lapangan, para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar, semi bandar, ataupun membeli dari pedagang pengecer lainnya di Pasar Induk Kemang, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Cisarua, Lembang, dan Brebes. Kegiatan pengiriman sayuran (bongkar muat) dilakukan pada pagi hari. Sayuran yang diperdagangkan di Pasar Cisarua datang dari sekitar Cisarua, Lembang, Brebes serta dari Pasar Induk Kemang. Komoditas bawang

merah sebagian besar didapatkan dari Brebes dan Pasar Induk Kemang, komoditas cabe merah, dan kangkung sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kemang, komoditas kentang sebagian besar didapatkan dari Lembang dan Pasar Induk Kemang, komoditas wortel sebagian besar didapatkan dari sekitar Cisarua, dan komoditas bayam didapatkan dari sekitar Cisarua dan Pasar Induk Kemang (Tabel 10 dan Gambar 7). Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan menunjukkan konsumen yang datang ke Pasar Cisarua melakukan pembelian secara eceran. Sebagian besar sayuran yang diperdagangkan tidak terdeferensiasi berdasarkan asal sayuran, kondisi fisik maupun ukuran. Tabel 10. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Cisarua No Komoditas Asal Sayuran 1 Bawang Merah Brebes dan Pasar Induk Kemang 2 Cabe merah Pasar Induk Kemang 3 Kentang Lembang 4 Wortel Cisarua 5 Kangkung Pasar induk Kemang 6 Bayam Cisarua dan Pasar Induk Kemang Sumber : Data Primer, 2009 5.2.1.2. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Cisarua Kegiatan perdagangan buah-buahan di Pasar Cisarua mulai ramai dari pagi hari hingga sore hari. Berdasarkan penelitian di lapangan, para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar di Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Cisarua. Kegiatan pengiriman buah-buahan (bongkar muat) dilakukan pada pagi dengan jadwal yang tidak menentu dan disesuaikan dengan persediaan buah-buahan yang dimiliki oleh pedagang tersebut. Buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Cisarua datang dari beberapa sentra produksi di Kabupaten Bogor dan Pasar Induk Kramat Jati. Komoditas jeruk, mangga dan semangka sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati, pepaya berasal dari sekitar Bogor yaitu dari sekitar Kecamatan Cisarua, dan pisang berasal dari sekitar Kecamatan Cisarua dan Cipanas Cianjur (Tabel 11 dan Gambar 7). Pedagang di Pasar Cisarua tidak secara konstan menjual komoditas buah yang sama sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan faktor musiman dari buah- 59

buahan. Penyediaan buah-buahan dilakukan apabila persediaan buah-buahan mulai berkurang, dan pedagang langsung membeli buah-buahan dari Pasar Induk Kramat Jati untuk komoditas jeruk, mangga, dan semangka, sedangkan pepaya dan pisang berasal dari pedagang pengirim dari sekitar Kecamatan Cisarua dan Cipanas Cianjur yang datang langsung ke pasar. Tabel 11. Asal Buah-buahan yang dijual di Pasar Cisarua No Komoditas Asal Buah-Buahan 1 Jeruk Pasar Induk Kramat Jati 2 Mangga Pasar Induk Kramat Jati 3 Semangka Pasar Induk Kramat Jati 4 Pepaya Cisarua 5 Pisang Cisarua dan Cipanas Sumber : Data Primer, 2009 Alasan para pedagang mendapatkan sebagian besar buah dari Pasar Induk Kramat Jati adalah mengurangi ongkos perjalanan, karena dengan sekali perjalanan pedagang bisa langsung mendapatkan berbagai macam buah-buahan untuk diperdagangkan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang pengecer memperdagangkan komoditi buah dengan jenis yang beragam, tetapi jenis buah yang diperdagangkan antar pedagang umumnya sama (homogen). 60 Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Cisarua Pasar Induk Kramat Jati Brebes Pasar Induk Kemang Cisarua Cianjur Legenda: Lokasi Asal Buah-Buahan Lokasi Asal Sayuran Pasar Cisarua Gambar 7. Lokasi Asal Sayuran dan Buah yang dijual di Pasar Cisarua

5.2.2. Pasar Leuwiliang Kabupaten Bogor 5.2.2.1. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Leuwiliang Kegiatan perdagangan sayuran pada Pasar Leuwiliang beroperasi selama 24 jam, berdasarkan penelitian di lapangan, para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari Pasar Induk Kemang, dan dari sekitar Bogor Barat. Kegiatan pengiriman sayuran (bongkar muat) dilakukan pada malam hingga pagi hari. Sayuran yang diperdagangkan di Pasar Leuwiliang datang dari beberapa sentra produksi di Bogor Barat yaitu dari Desa Karehkel Kecamatan Ciampea dan dari Pasar Induk Kemang. Komoditas bawang merah, cabe merah, kentang dan wortel sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kemang. Untuk komoditas kangkung dan bayam berasal dari Kampung Karehkel Kecamatan Ciampea (Tabel 12 dan Gambar 8). Tabel 12. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Leuwiliang No Komoditas Asal Sayuran 1 Bawang Merah Pasar Induk Kemang 2 Cabe merah Pasar Induk Kemang 3 Kentang Pasar Induk Kemang 4 Wortel Pasar Induk Kemang 5 Kangkung Kp. Karehkel Ciampea 6 Bayam Kp. Karehkel Ciampea Sumber : Data Primer, 2009 Konsumen yang datang ke Pasar Leuwiliang melakukan pembelian secara eceran dan berasal dari sekitar Kecamatan Leuwiliang. Sebagian besar sayuran yang diperdagangkan di Pasar Leuwiliang tidak terdeferensiasi berdasarkan asal sayuran melainkan berdasarkan pada kondisi fisik dan ukuran. 5.2.2.2. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Leuwiliang Kegiatan perdagangan buah-buahan di Pasar Leuwiliang mulai ramai dari pagi hingga malam hari. Para pedagang pengecer di Pasar Leuwiliang memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar di Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Induk Kemang, Pasar Cibitung dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Kecamatan Ciampea, Kecamatan Leuwiliang dan juga Madura. Kegiatan pengiriman buah-buahan (bongkar muat) dilakukan pada malam hari 61

62 dengan jadwal yang tidak menentu dan disesuaikan dengan persediaan buahbuahan yang dimiliki oleh pedagang tersebut. Buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Leuwiliang datang dari beberapa sentra produksi di Kabupaten Bogor, Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Induk Kemang dan Pasar Cibitung. Komoditas jeruk sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati, komoditas mangga sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Induk Kemang, Pasar Cibitung dan juga dari Madura. Semangka berasal dari Pasar Induk Kemang. Pepaya berasal dari sekitar Bogor yaitu dari sekitar Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Leuwiliang, serta pisang berasal dari sekitar Kecamatan Leuwiliang (Gambar 8 dan Tabel 13). Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Leuwiliang Pasar Induk Kramat Jati Pasar Cibitung Pasar Induk Kemang Madura Legenda: Lokasi Asal Buah-Buahan Lokasi Asal Sayuran Pasar Leuwiliang Gambar 8. Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan yang Dijual di Pasar Leuwiliang Tabel 13. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Leuwiliang No Komoditas Asal Buah-Buahan 1 Jeruk Pasar Induk Kramat Jati 2 Mangga Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Induk Kemang, Pasar Cibitung dan Madura 3 Semangka Pasar Induk Kemang 4 Pepaya Ciampea dan Leuwiliang 5 Pisang Leuwiliang Sumber : Data Primer, 2009

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan menunjukkan bahwa pedagang di Pasar Leuwiliang tidak secara konstan menjual komoditas buah yang sama sepanjang tahun. Hal tersebut disebabkan faktor musiman dari buah-buahan. Penyediaan buah-buahan dilakukan apabila persediaan buah-buahan mulai berkurang. Para pedagang pengecer di Pasar Leuwiliang memperdagangkan komoditas buah dengan jenis yang beragam, tetapi jenis buah yang diperdagangkan antar pedagang umumnya sama (homogen). Sebagian besar buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Leuwiliang terdeferensiasi berdasarkan kondisi fisik dan ukuran. 5.2.3. Pasar Parung Kabupaten Bogor 5.2.3.1. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Parung Kegiatan perdagangan sayuran di Pasar Parung mulai ramai malam hingga pagi hari. Berdasarkan penelitian di lapangan, para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar di Pasar Induk Kemang. Para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar, semi bandar, ataupun membeli dari pedagang pengecer lainnya di Pasar Induk Kemang. Sebagian besar sayuran yang diperdagangkan di Pasar Parung berasal dari Pasar Induk Kemang. Komoditas bawang merah, cabe merah, kentang, wortel, kangkung dan bayam seluruhnya berasal dari Pasar Induk Kemang (Tabel 14 dan Gambar 9). Konsumen yang datang ke Pasar Parung melakukan pembelian secara eceran. Sebagian besar sayuran yang diperdagangkan di Pasar Parung terdeferensiasi berdasarkan pada kondisi fisik dan ukuran. Tabel 14. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Parung No Komoditas Asal Sayuran 1 Bawang Merah Pasar Induk Kemang 2 Cabe merah Pasar Induk Kemang 3 Kentang Pasar Induk Kemang 4 Wortel Pasar Induk Kemang 5 Kangkung Pasar Induk Kemang 6 Bayam Pasar Induk Kemang Sumber : Data Primer, 2009 63

64 5.2.3.2. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Parung Kegiatan perdagangan buah-buahan di Pasar Parung mulai ramai dari pagi hari hingga malam hari. Berdasarkan penelitian di lapangan, para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar di Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Parung dan Lampung. Kegiatan pengiriman buah-buahan (bongkar muat) dilakukan pada malam hari dengan jadwal yang tidak menentu dan disesuaikan dengan persediaan buah-buahan yang dimiliki oleh para pedagang di pasar tersebut. Buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Parung datang dari sekitar Parung, Lampung dan Pasar Induk Kramat Jati. Komoditas jeruk, mangga, dan semangka sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati, sedangkan pepaya berasal dari sekitar Bogor yaitu dari sekitar Parung, dan pisang berasal dari sekitar Parung dan Lampung (Gambar 9 dan Tabel 15). Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Parung Lampung Pasar Induk Kramat Jati Pasar Induk Kemang Legenda: Lokasi Asal Buah-Buahan Lokasi Asal Sayuran Pasar Parung Gambar 9. Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Parung Pedagang di Pasar Parung tidak secara konstan menjual komoditas buah yang sama sepanjang tahun yang disebabkan adanya faktor musiman dari buahbuahan. Penyediaan buah-buahan dilakukan apabila persediaan buah-buahan mulai berkurang, dan pedagang langsung membeli buah-buahan dari Pasar Induk

Kramat Jati untuk komoditas jeruk, mangga, dan semangka, sedangkan pepaya dan pisang berasal dari pedagang pengirim dari sekitar Parung dan Lampung yang datang langsung ke pasar. Tabel 15. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Parung No Komoditas Asal Buah-Buahan 1 Jeruk Pasar Induk Kramat Jati 2 Mangga Pasar Induk Kramat Jati 3 Semangka Pasar Induk Kramat Jati 4 Pepaya Parung 5 Pisang Parung dan Lampung Sumber : Data Primer, 2009 Alasan para pedagang mendapatkan sebagian besar buah dari Pasar Induk Kramat Jati adalah mengurangi ongkos perjalanan, karena dengan sekali perjalanan pedagang bisa langsung mendapatkan berbagai macam buah-buahan untuk diperdagangkan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang pengecer memperdagangkan komoditi buah dengan jenis yang beragam, tetapi jenis buah yang diperdagangkan antar pedagang umumnya sama. 5.2.4. Pasar Cileungsi Kabupaten Bogor 5.2.4.1. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Cileungsi Kegiatan perdagangan sayuran pada Pasar Cileungsi selama 24 jam, Para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar, semi bandar, ataupun membeli dari pedagang pengecer lainnya yang berada di Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Cibitung, dan pedagang pengirim yang berasal dari Jonggol. Kegiatan pengiriman sayuran (bongkar muat) dilakukan pada pukul 20.00 wib. Sayuran yang diperdagangkan di Pasar Cileungsi datang dari Jonggol, Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Cibitung. Komoditas bawang merah dan cabe merah sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Cibitung, komoditas kentang dan wortel sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Cibitung, komoditas kangkung dan bayam didapatkan dari Jonggol (Tabel 16 dan Gambar 10). Konsumen yang datang ke Pasar Cileungsi melakukan pembelian secara eceran. Sebagian besar sayuran yang diperdagangkan di pasar ini terdeferensiasi berdasarkan pada kondisi fisik dan ukuran. 65

66 Tabel 16. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Cileungsi No Komoditas Asal Sayuran 1 Bawang Merah Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Cibitung 2 Cabe merah Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Cibitung 3 Kentang Pasar Cibitung 4 Wortel Pasar Cibitung 5 Kangkung Jonggol 6 Bayam Jonggol Sumber : Data Primer, 2009 5.2.4.2. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Cileungsi Kegiatan perdagangan buah-buahan di Pasar Cileungsi mulai ramai dari pagi hari hingga malam hari. Para pedagang pengecer di Pasar Cileungsi memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar di Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Cileungsi. Kegiatan pengiriman buah-buahan (bongkar muat) dilakukan pada sore hingga malam hari dengan jadwal yang tidak menentu dan disesuaikan dengan persediaan buahbuahan yang dimiliki oleh para pedagang tersebut. Buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Cileungsi datang dari beberapa sentra produksi di Kabupaten Bogor dan Pasar Induk Kramat Jati. Komoditas jeruk, mangga dan semangka sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati, pepaya berasal dari sekitar Bogor yaitu dari sekitar Kecamatan Cariu, Kecamatan Cileungsi dan Bekasi, sedangkan pisang berasal dari sekitar Kecamatan Cariu dan Bekasi (Tabel 17 dan Gambar 10). Tabel 17. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Cileungsi No Komoditas Asal Buah-Buahan 1 Jeruk Pasar Induk Kramat Jati 2 Mangga Pasar Induk Kramat Jati 3 Semangka Pasar Induk Kramat Jati 4 Pepaya Cariu, Cileungsi dan Bekasi 5 Pisang Cariu dan Bekasi Sumber : Data Primer, 2009

67 Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Cileungsi Pasar Induk Kramat Jati Pasar Cibitung Jonggol Cariu Legenda: Lokasi Asal Buah-Buahan Lokasi Asal Sayuran Pasar Cileungsi Gambar 10. Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Cileungsi Para pedagang di Pasar Cileungsi tidak secara konstan menjual komoditas buah yang sama sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan faktor musiman dari buah-buahan. Penyediaan buah-buahan dilakukan apabila persediaan buahbuahan mulai berkurang, dan pedagang langsung membeli buah-buahan langsung dari Pasar Induk Kramat Jati untuk komoditas alpukat, jeruk, mangga, melon, dan semangka, sedangkan pepaya dan pisang berasal dari pedagang pengirim dari sekitar Cariu, Cileungsi dan Bekasi. Para pedagang memilih mendapatkan sebagian besar buah dari Pasar Induk Kramat Jati untuk mengurangi ongkos perjalanan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang pengecer memperdagangkan komoditas buah dengan jenis yang beragam, tetapi jenis buah yang diperdagangkan antar pedagang umumnya sama, dan sebagian besar buah-buahan yang diperdagangkan di pasar Cileungsi terdeferensiasi berdasarkan kondisi fisik dan ukuran. 5.2.5. Pasar Citeureup Kabupaten Bogor 5.2.5.1. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Citeureup Kegiatan perdagangan sayuran pada Pasar Citeureup hanya terjadi pada pagi hingga pukul 16.00 wib. Para pedagang pengecer di Pasar Citeureup

memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar, semi bandar, ataupun membeli dari pedagang pengecer lainnya yang berada di Pasar Induk Kemang dan pedagang pengirim yang berasal dari Sukaraja. Kegiatan pengiriman sayuran (bongkar muat) dilakukan pada pagi hari. Sayuran yang diperdagangkan di Pasar Citeureup datang dari Sukaraja dan Pasar Induk Kemang. Komoditas bawang merah, cabe merah, kentang dan wortel sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kemang, sedangkan untuk komoditas kangkung dan bayam didapatkan dari Sukaraja (Tabel 18 dan Gambar 11). Tabel 18. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Citeureup No Komoditas Asal Sayuran 1 Bawang Merah Pasar Induk Kemang 2 Cabe merah Pasar Induk Kemang 3 Kentang Pasar Induk Kemang 4 Wortel Pasar Induk Kemang 5 Kangkung Sukaraja 6 Bayam Sukaraja Sumber : Data Primer, 2009 Sebagian besar konsumen yang datang ke Pasar Citeureup melakukan pembelian secara eceran. Sebagian besar sayuran yang diperdagangkan di Pasar Citeureup tidak terdeferensiasi berdasarkan asal sayuran, kondisi fisik dan ukuran. Umumnya semua tergabung baik dari yang ukuran besar maupun kecil. 5.2.5.2. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Citeureup Kegiatan perdagangan buah-buahan pada Pasar Citeureup mulai ramai dari pagi hari hingga sore hari. Berdasarkan penelitian di lapangan, para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar di Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Citeureup dan Lampung. Kegiatan pengiriman buah-buahan (bongkar muat) dilakukan dengan jadwal yang tidak menentu dan disesuaikan dengan persediaan buah-buahan yang dimiliki oleh pedagang tersebut. Buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Citeureup datang dari beberapa sentra produksi di Kabupaten Bogor dan Pasar Induk Kramat Jati. Komoditas jeruk, mangga dan semangka sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati, pepaya berasal dari sekitar Bogor yaitu dari sekitar 68

Sukamakmur, dan pisang berasal dari sekitar Sukamakmur dan Lampung (Gambar 11 dan Tabel 19). 69 Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Citeureup Lampung Pasar Induk Kramat Jati Pasar Induk Kemang Sukaraja Sukamakmur Legenda: Lokasi Asal Buah-Buahan Lokasi Asal Sayuran Pasar Citeureup Gambar 11. Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Citeureup Tabel 19. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Citeureup No Komoditas Asal Buah-Buahan 1 Jeruk Pasar Induk Kramat Jati 2 Mangga Pasar Induk Kramat Jati 3 Semangka Pasar Induk Kramat Jati 4 Pepaya Sukamakmur 5 Pisang Sukamakmur dan Lampung Sumber : Data Primer, 2009 Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan menunjukkan bahwa pedagang di Pasar Citeureup tidak secara konstan menjual komoditas buah yang sama sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan adanya faktor musiman buah-buahan. Penyediaan buah-buahan dilakukan apabila persediaan buah-buahan mulai berkurang, dan pedagang langsung membeli buah-buahan dari Pasar Induk Kramat Jati untuk komoditas jeruk, mangga, dan semangka, sedangkan pepaya dan pisang berasal dari pedagang pengirim dari sekitar Sukamakmur dan Lampung yang datang langsung ke pasar. Alasan para pedagang mendapatkan sebagian besar buah dari Pasar Induk Kramat Jati adalah mengurangi ongkos perjalanan, karena dengan sekali

perjalanan pedagang bisa langsung mendapatkan berbagai macam buah-buahan untuk diperdagangkan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang pengecer memperdagangkan komoditi buah dengan jenis yang beragam, tetapi jenis buah yang diperdagangkan antar pedagang umumnya sama (homogen). Sebagian besar buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Citeureup terdeferensiasi berdasarkan pada kondisi fisik dan ukuran buah-buahan. 5.2.6. Pasar Cibinong Kabupaten Bogor 5.2.6.1. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Cibinong Kegiatan perdagangan sayuran pada Pasar Cibinong mulai ramai dari pukul 18.00 wib hingga pagi hari. Berdasarkan penelitian di lapangan, para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar, semi bandar, ataupun membeli dari pedagang pengecer lainnya yang berada di Pasar Induk Kemang, Pasar Induk Jambu Dua, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Ciampea, dan Bandung. Kegiatan pengiriman sayuran (bongkar muat) dilakukan pada sore hari dengan jadwal yang tidak menentu. Sayuran yang diperdagangkan di Pasar Cibinong datang dari sentra produksi di Kabupaten Bogor yaitu Ciampea, Pasar Induk Kemang dan Pasar Induk Jambu Dua. Komoditas bawang merah sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Jambu Dua, komoditas cabe merah sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kemang, komoditas kentang sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kemang dan Pasar Induk Jambu Dua, komoditas wortel sebagian besar didapatkan dari Bandung, komoditas kangkung dan bayam didapatkan dari Ciampea (Tabel 20 dan Gambar 12). Tabel 20. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Cibinong No Komoditas Asal Sayuran 1 Bawang Merah Pasar Induk Jambu Dua 2 Cabe merah Pasar Induk Kemang 3 Kentang Pasar Induk Kemang dan Pasar Induk Jambu Dua 4 Wortel Bandung 5 Kangkung Ciampea 6 Bayam Ciampea Sumber : Data Primer, 2009 70

71 Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan menunjukkan konsumen yang datang ke Pasar Cibinong melakukan pembelian secara eceran. Sebagian besar sayuran yang diperdagangkan di Pasar Cibinong tidak terdeferensiasi berdasarkan asal sayuran melainkan berdasarkan pada kondisi fisik dan ukuran dari sayuran-sayuran tersebut. 5.2.6.2. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Cibinong Kegiatan perdagangan buah-buahan pada Pasar Cibinong mulai ramai dari pagi hari hingga malam hari. Berdasarkan penelitian di lapangan, para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar di Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Cibinong. Kegiatan pengiriman buah-buahan (bongkar muat) dilakukan pada malam hari dengan jadwal yang tidak menentu dan disesuaikan dengan persediaan buah-buahan yang dimiliki oleh pedagang tersebut. Buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Cibinong datang dari beberapa sentra produksi di Kabupaten Bogor dan Pasar Induk Kramat Jati. Komoditas jeruk, mangga dan semangka sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati, pepaya berasal dari sekitar Bogor yaitu dari sekitar Cibinong, serta pisang berasal dari sekitar Cibinong (Gambar 12 dan Tabel 21). Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Cibinong Pasar Induk Kramat Jati Bandung PI Kemang PI Jambu 2 Legenda: Lokasi Asal Buah-Buahan Lokasi Asal Sayuran Pasar Cibinong Gambar 12. Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Cibinong

72 Tabel 21. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Cibinong No Komoditas Asal Buah-Buahan 1 Jeruk Pasar Induk Kramat Jati 2 Mangga Pasar Induk Kramat Jati 3 Semangka Pasar Induk Kramat Jati 4 Pepaya Cibinong 5 Pisang Cibinong Sumber : Data Primer, 2009 Para pedagang di Pasar Cibinong tidak secara konstan menjual komoditas buah yang sama sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan faktor musiman dari buahbuahan. Penyediaan buah-buahan dilakukan apabila persediaan buah-buahan mulai berkurang, dan pedagang langsung membeli buah-buahan langsung dari Pasar Induk Kramat Jati untuk komoditas jeruk, mangga, dan semangka, sedangkan pepaya dan pisang berasal dari pedagang pengirim dari sekitar Cibinong yang datang langsung ke Pasar Cibinong. Alasan para pedagang mendapatkan sebagian besar buah dari Pasar Induk Kramat Jati adalah mengurangi ongkos perjalanan, karena dengan sekali perjalanan pedagang bisa langsung mendapatkan berbagai macam buah-buahan untuk diperdagangkan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang pengecer memperdagangkan komoditas buah dengan jenis yang beragam, tetapi jenis buah yang diperdagangkan antar pedagang umumnya sama (homogen). Sebagian besar buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Cibinong terdeferensiasi berdasarkan kondisi fisik dan ukuran. 5.2.7. Pasar Ciawi Kabupaten Bogor 5.2.7.1. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Ciawi Kegiatan perdagangan sayuran pada Pasar Cawi mulai ramai dari pukul 05.00 wib hingga 15.00 wib. Berdasarkan penelitian di lapangan, para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar, semi bandar, ataupun membeli dari pedagang pengecer lainnya yang berada di Pasar Induk Kemang, dan Cianjur serta pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Sukabumi dan Cigombong. Kegiatan pengiriman sayuran (bongkar muat) dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 04.00 wib dengan jadwal yang tidak menentu.

Sayuran yang diperdagangkan di Pasar Ciawi datang dari Pasar Induk Kemang, Cianjur, Cigombong dan Sukabumi. Komoditas bawang merah dan cabe merah sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kemang, komoditas kentang sebagian besar didapatkan dari Cianjur dan Sukabumi, komoditas wortel sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kemang dan Cianjur, komoditas kangkung didapatkan dari Cigombong, dan komoditas bayam didapatkan dari Sukabumi (Tabel 22 dan Gambar 13). Konsumen yang datang ke Pasar Ciawi melakukan pembelian secara eceran. Sebagian besar sayuran yang diperdagangkan di Pasar Ciawi terdeferensiasi berdasarkan pada kondisi fisik dan ukuran sayuran. Tabel 22. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Ciawi No Komoditas Asal Sayuran 1 Bawang Merah Pasar Induk Kemang 2 Cabe merah Pasar Induk Kemang 3 Kentang Cianjur dan Sukabumi 4 Wortel Pasar Induk Kemang dan Cianjur 5 Kangkung Cigombong 6 Bayam Sukabumi Sumber : Data Primer, 2009 5.2.7.2. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Ciawi Kegiatan perdagangan buah-buahan di Pasar Ciawi mulai ramai dari pagi hingga malam hari. Para pedagang pengecer di Pasar ini memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar yang berada di Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Ciawi. Kegiatan bongkar muat buahbuahan dilakukan dengan jadwal yang tidak menentu dan disesuaikan dengan persediaan yang dimiliki oleh pedagang tersebut. Buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Ciawi datang dari beberapa sentra produksi di Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Pasar Induk Kramat Jati. Komoditas jeruk, mangga dan semangka sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati. Komoditas pepaya berasal dari sekitar Sukabumi, dan pisang berasal dari sekitar Cisarua dan Sukabumi (Tabel 23 dan Gambar 13). 73

74 Tabel 23. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Ciawi No Komoditas Asal Buah-Buahan 1 Jeruk Pasar Induk Kramat Jati 2 Mangga Pasar Induk Kramat Jati 3 Semangka Pasar Induk Kramat Jati 4 Pepaya Sukabumi 5 Pisang Cisarua dan Sukabumi Sumber : Data Primer, 2009 Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Ciawi Pasar Induk Kramat Jati Pasar Induk Kemang Cisarua Kabupaten Cianjur Legenda: Lokasi Asal Buah-Buahan Lokasi Asal Sayuran Pasar Ciawi Kabupaten Sukabumi Gambar 13. Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Ciawi Para pedagang di Pasar Ciawi tidak secara konstan menjual komoditas buah yang sama sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan faktor musiman dari buahbuahan. Penyediaan buah-buahan dilakukan apabila persediaan buah-buahan mulai berkurang, dan pedagang langsung membeli buah-buahan langsung dari Pasar Induk Kramat Jati untuk komoditas jeruk, mangga, dan semangka, sedangkan pepaya dan pisang berasal dari pedagang pengirim dari sekitar Cisarua dan Sukabumi yang datang langsung ke Pasar Ciawi. Alasan para pedagang mendapatkan sebagian besar buah dari Pasar Induk Kramat Jati adalah mengurangi ongkos perjalanan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang pengecer memperdagangkan komoditi buah dengan jenis yang beragam, tetapi jenis buah yang diperdagangkan antar

pedagang umumnya sama. Sebagian besar buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Ciawi terdeferensiasi berdasarkan kondisi fisik dan ukuran. 5.2.8. Pasar Induk Kemang Kota Bogor 5.2.8.1. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Induk Kemang Kegiatan perdagangan sayuran di Pasar Induk Kemang dimulai pada pukul 13.00 wib hingga pagi hari dengan tingkat keramaian pada pukul 16.00 wib hingga pukul 23.00 wib. Kegiatan pengiriman sayuran (bongkar muat) biasanya dilakukan pada pagi hari antara pukul 10.00 wib hingga malam hari dengan jadwal yang tidak menentu. Sayuran yang datang ke Pasar Induk Kemang mulai banyak berdatangan pada pukul 13.00 wib hingga pukul 22.00 wib. Pengiriman sayuran dilakukan 1 2 hari sekali, untuk sayuran yang sentra produksinya relatif jauh seperti bawang merah, kentang, cabe merah, sedangkan untuk wortel, kangkung dan bayam dilakukan setiap hari. Sayuran yang diperdagangkan di Pasar Induk Kemang datang dari beberapa sentra produksi di Pulau Jawa. Komoditas bawang merah sebagian besar didapatkan dari Brebes, komoditas cabe merah sebagian besar didapatkan dari Brebes dan Sukabumi, Komoditas kentang didapatkan dari Garut dan Lembang, komoditas wortel didapatkan dari Cianjur, komoditas kangkung didapatkan dari Ciampea, dan Cibungbulang, komoditas bayam didapatkan dari Cibungbulang, Ciampea dan Leuwiliang (Tabel 24 dan Gambar 14). Tabel 24. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Induk Kemang No Komoditas Asal Sayuran 1 Bawang Merah Brebes 2 Cabe merah Brebes dan Sukabumi 3 Kentang Garut dan Lembang 4 Wortel Cianjur 5 Kangkung Ciampea dan Cibungbulang 6 Bayam Cibungbulang, Ciampea dan Leuwiliang Sumber : Data Primer, 2009 Sayuran yang diperoleh bandar, baik dari petani maupun dari pedagang pengumpul dijual kepada pedagang pengecer maupun kepada para pedagang semi bandar. Ada beberapa pedagang semi bandar yang merupakan anak buah dari 75

76 bandar yang memperdagangkan komoditas dari bandar hal tersebut merupakan sebuah strategi memperluas jaringan pemasaran. Tidak semua konsumen yang datang ke Pasar Induk Kemang melakukan pembelian dalam jumlah yang besar, ada yang membeli secara eceran dengan harga yang relatif sama dengan harga yang dimiliki oleh bandar. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka bandar melayani pembelian dalam jumlah besar, dan untuk pedagang semi bandar melayani pembelian secara eceran. Informasi harga sayuran diperoleh berdasarkan jumlah sayuran yang masuk ke Pasar Induk Kemang dan kekuatan permintaan terhadap suatu jenis sayuran tertentu. Bandar di Pasar Induk Kemang dapat memainkan harga sayuran, jika terjadi suatu keterlambatan pengiriman sayuran dan permintaan sayuran tinggi maka bandar akan menaikkan harga sayuran atau dalam hal ini dapat disebut sebagai price maker. Sebagian besar sayuran yang diperdagangkan di Pasar Induk Kemang tidak terdeferensiasi berdasarkan asal sayuran melainkan berdasarkan pada kondisi fisik dan ukuran. 5.2.8.2. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Induk Kemang Kegiatan perdagangan buah-buahan di Pasar Induk Kemang dimulai pada pukul 13.00 wib hingga pagi hari dengan tingkat keramaian pada pukul 16.00 wib hingga pukul 23.00 wib. Kegiatan pengiriman buah-buahan (bongkar muat) biasanya dilakukan pada pagi hari antara pukul 10.00 wib hingga malam hari dengan jadwal yang tidak menentu dan disesuaikan dengan persediaan buahbuahan yang dimiliki oleh pedagang tersebut. Buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Induk Kemang datang dari beberapa sentra produksi di Pulau Jawa. Komoditas jeruk sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati, komoditas mangga sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati dan dari Indramayu, semangka berasal dari Pasar Induk Kramat Jati, Madiun dan Cirebon, pepaya berasal dari sekitar Bogor yaitu dari sekitar Cimahpar, serta pisang berasal dari sekitar Gunung Pancar Bogor (Gambar 14 dan Tabel 25).

77 Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Induk Kemang Pasar Induk Kramat Jati Cirebon Madiun IIndramayu Brebes Bandung Garut Legenda: Lokasi Asal Buah-Buahan KabupatenSukabumi Lokasi Asal Sayuran Pasar Induk Kemang Gambar 14. Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Induk Kemang Tabel 25. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Induk Kemang No Komoditas Asal Buah-Buahan 1 Jeruk Pasar Induk Kramat Jati 2 Mangga Pasar Induk Kramat Jati, dan Indramayu 3 Semangka Pasar Induk Kramat Jati, Madiun dan Cirebon 4 Pepaya Cimahpar Bogor 5 Pisang Gunung Pancar Bogor Sumber : Data Primer, 2009 Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan menunjukkan bahwa pedagang grosir di Pasar Induk Kemang tidak secara konstan menjual komoditas buah yang sama sepanjang tahun. Hal tersebut disebabkan adanya faktor musiman dari buah-buahan. Penyediaan buah-buahan dilakukan apabila pedagang grosir merasa bahwa persediaan buah-buahan tidak akan mencukupi kebutuhan. Para pedagang grosir cukup melakukan hubungan melalui telepon kepada para agen-agen penyalurnya di daerah maupun kepada para pedagang bandar di Pasar Induk Kramat Jati dan barang akan datang dalam jangka wantu 1 sampai 2 hari. Dalam melakukan transaksi buah-buahan di Pasar Induk Kemang, pembeli yang mendatangi para pedagang grosir diperbolehkan untuk memilih buah-buahan yang disukainya. Untuk buah-buahan dalam kemasan peti, para

78 pembeli biasanya membuka peti-peti tersebut untuk melihat kualitas dan tingkat kematangan buah-buahan yang ada didalamnya. Informasi harga buah-buahan diperoleh berdasarkan banyaknya buahbuahan yang masuk ke Pasar Induk Kemang dan kekuatan permintaan terhadap suatu jenis buah-buahan. Penyesuaian harga yang dilakukan oleh para pedagang bandar dilakukan dengan melihat tingkat permintaan pada konsumen dengan jadwal pengiriman buah-buahan dari sentra produksi maupun dari Pasar Induk Kramat Jati. Apabila jadwal pengiriman masih lama dan permintaan cenderung meningkat, maka para bandar mulai menyesuaikan tingkat harga dengan tingkat permintaan. Dalam praktek perdagangan buah-buahan di Pasar Induk Kemang, bandar memegang kendali secara penuh atas penentuan harga. 5.2.9. Pasar Induk Jambu Dua Kota Bogor 5.2.9.1. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Induk Jambu Dua Kegiatan perdagangan sayuran pada Pasar Induk Jambu Dua mulai ramai dari sore hari hingga malam hari dari pukul 15.00 wib 23.00 wib, dengan tingkat keramaian sekitar 3 4 jam saja. Berdasarkan penelitian di lapangan, para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar, semi bandar, ataupun membeli dari pedagang pengecer lainnya yang berada di Pasar Induk Kemang, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Ciampea, Cibungbulang dan Cipanas. Kegiatan pengiriman sayuran (bongkar muat) dilakukan pada sore hari dengan jadwal yang tidak menentu. Sayuran yang diperdagangkan di Pasar Induk Jambu Dua datang dari beberapa sentra produksi di Kabupaten Bogor, Cipanas serta dari Pasar Induk Kemang. Komoditas bawang merah, cabe merah, dan kentang sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kemang, komoditas wortel sebagian besar didapatkan dari Cipanas dan Pasar Induk Kemang, komoditas kangkung didapatkan dari Ciampea, dan komoditas bayam didapatkan dari Ciampea dan Cibungbulang (Tabel 26 dan Gambar 15).

79 Tabel 26. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Induk Jambu Dua No Komoditas Asal Sayuran 1 Bawang Merah Pasar Induk Kemang 2 Cabe merah Pasar Induk Kemang 3 Kentang Pasar Induk Kemang 4 Wortel Cipanas dan Pasar Induk Kemang 5 Kangkung Ciampea 6 Bayam Ciampea dan Leuwiliang Sumber : Data Primer, 2009 Konsumen yang datang ke Pasar Induk Jambu Dua melakukan pembelian secara eceran. Hal ini merupakan bukti bahwa pasar ini berjalan tidak sesuai dengan rencana untuk dijadikan pasar induk, dalam prakteknya pasar ini merupakan pasar pengecer. Sebagian besar sayuran yang diperdagangkan di Pasar Induk Jambu Dua tidak terdeferensiasi berdasarkan asal sayuran melainkan berdasarkan pada kondisi fisik dan ukuran. 5.2.9.2. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Induk Jambu Dua Kegiatan perdagangan buah-buahan di Pasar Induk Jambu Dua mulai ramai dari sore hingga malam hari. Dengan tingkat keramaian sekitar 3 4 jam saja. Para pedagang pengecer memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar di Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengirim yang berasal dari Sukabumi dan sekitar Bogor. Kegiatan pengiriman buah-buahan (bongkar muat) dilakukan pada pagi hari dengan jadwal yang tidak menentu dan disesuaikan dengan persediaan buah-buahan yang dimiliki oleh pedagang tersebut. Buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Induk Jambu Dua datang dari beberapa sentra produksi di Kabupaten Bogor, Sukabumi serta dari Pasar Induk Kramat Jati. Komoditas jeruk, mangga dan semangka sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati, pepaya berasal dari sekitar Bogor yaitu dari sekitar Leuwiliang, Sukabumi dan Pasar Induk Kramat Jati, dan pisang berasal dari sekitar Bogor dan Sukabumi (Gambar 15 dan Tabel 27).

80 Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Induk Jambu Dua Pasar Induk Kramat Jati Pasar Induk Kemang Cianjur Legenda: Sukabumi Lokasi Asal Buah-Buahan Lokasi Asal Sayuran Pasar Induk Jambu Dua Gambar 15. Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Induk Jambu Tabel 27. Asal Buah-Buahan yang Dijual di Pasar Induk Jambu Dua No Komoditas Asal Buah-Buahan 1 Jeruk Pasar Induk Kramat Jati 2 Mangga Pasar Induk Kramat Jati 3 Semangka Pasar Induk Kramat Jati 4 Pepaya Leuwiliang, Sukabumi, Pasar Induk Kramat Jati 5 Pisang Sekitar Bogor dan Sukabumi Sumber : Data Primer, 2009 Para pedagang di Pasar Induk Jambu Dua tidak secara konstan menjual komoditas buah yang sama sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan faktor musiman dari buah-buahan. Penyediaan buah-buahan dilakukan apabila persediaan buahbuahan mulai berkurang, dan pedagang langsung membeli buah-buahan langsung dari Pasar Induk Kramat Jati untuk komoditas jeruk, mangga, semangka dan sebagian kecil pepaya, sedangkan pisang berasal dari pedagang pengirim dari sentra produksi sekitar Bogor dan Sukabumi yang langsung datang ke Pasar Induk Jambu Dua. Alasan para pedagang mendapatkan sebagian besar buah dari Pasar Induk Kramat Jati adalah mengurangi ongkos perjalanan, karena dengan sekali perjalanan pedagang bisa langsung mendapatkan berbagai macam buah-buahan

untuk diperdagangkan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang pengecer memperdagangkan komoditas buah dengan jenis yang beragam, tetapi jenis buah yang diperdagangkan antar pedagang umumnya sama. Sebagian besar buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Induk Jambu Dua terdeferensiasi berdasarkan kondisi fisik dan ukuran. 5.2.10. Pasar Baru Bogor Kota Bogor 5.2.10.1. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Baru Bogor Kegiatan perdagangan sayuran di Pasar Baru Bogor mulai ramai dari pukul 21.00 wib hingga 07.00 wib. Berdasarkan penelitian di lapangan, para pedagang pengecer tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar di Pasar Induk Kemang, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Bogor. Para pedagang pengecer di pasar tersebut memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar, semi bandar, ataupun membeli dari pedagang pengecer lainnya di Pasar Induk Kemang, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Ciampea dan Cibungbulang. Kegiatan pengiriman sayuran (bongkar muat) dilakukan pada malam hari dari pukul 20.00 wib hingga 02.00 wib. Sayuran yang diperdagangkan di Pasar Baru Bogor datang dari beberapa sentra produksi di Kabupaten Bogor, seperti Ciampea dan Cibungbulang serta dari Pasar Induk Kemang. Komoditas bawang merah, cabe merah, kentang dan wortel sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kemang, komoditas kangkung dan bayam didapatkan dari Ciampea dan Cibungbulang (Tabel 28 dan Gambar 16). Tabel 28. Asal Sayuran yang Dijual di Pasar Baru Bogor No Komoditas Asal Sayuran 1 Bawang Merah Pasar Induk Kemang 2 Cabe merah Pasar Induk Kemang 3 Kentang Pasar Induk Kemang 4 Wortel Pasar Induk Kemang 5 Kangkung Ciampea dan Cibungbulang 6 Bayam Ciampea dan Cibungbulang Sumber : Data Primer, 2009 81

82 Sebagian besar konsumen yang datang ke Pasar Baru Bogor melakukan pembelian secara eceran. Sayuran-sayuran yang diperdagangkan di pasar ini terdeferensiasi berdasarkan atas kondisi fisik dan ukuran. 5.2.10.2. Asal Buah-buahan yang Dijual di Pasar Baru Bogor Kegiatan perdagangan buah-buahan di Pasar Baru Bogor mulai ramai dari pagi hari hingga sore hari. Para pedagang pengecer di pasar ini memperoleh barang dagangannya dari pedagang bandar di Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengirim yang berasal dari sekitar Bogor. Kegiatan pengiriman buahbuahan (bongkar muat) dilakukan pada pagi hari dengan jadwal yang tidak menentu dan disesuaikan dengan persediaan buah-buahan yang dimiliki oleh para pedagang tersebut. Buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Baru Bogor datang dari beberapa sentra produksi di Kabupaten Bogor dan Pasar Induk Kramat Jati. Komoditas jeruk, mangga dan semangka sebagian besar didapatkan dari Pasar Induk Kramat Jati, pepaya dan pisang berasal dari sekitar Bogor diantaranya berasal dari sekitar Leuwiliang (Gambar 16 dan Tabel 29). Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Baru Bogor Pasar Induk Kramat Jati Pasar Induk Kemang Legenda: Lokasi Asal Buah-Buahan Lokasi Asal Sayuran Pasar Baru Bogor Gambar 16. Lokasi Asal Sayuran dan Buah-buahan Pasar Baru Bogor

83 Tabel 29. Asal Buah-Buahan yang Dijual di Pasar Baru Bogor No Komoditas Asal Buah-Buahan 1 Jeruk Pasar Induk Kramat Jati 2 Mangga Pasar Induk Kramat Jati 3 Semangka Pasar Induk Kramat Jati 4 Pepaya Leuwiliang dan sekitar Bogor 5 Pisang Leuwiliang dan sekitar Bogor Sumber : Data Primer, 2009 Para pedagang di Pasar Baru Bogor tidak secara konstan menjual komoditas buah yang sama sepanjang tahun. Disebabkan adanya faktor musiman dari buah-buahan. Penyediaan buah-buahan dilakukan apabila persediaan buahbuahan mulai berkurang, dan pedagang langsung membeli buah-buahan dari Pasar Induk Kramat Jati untuk komoditas alpukat, jeruk, mangga, melon, dan semangka sedangkan pepaya dan pisang berasal dari pedagang pengirim dari sentra produksi sekitar Bogor yaitu Leuwiliang dan sekitar Bogor yang langsung datang ke Pasar Baru Bogor. Alasan para pedagang mendapatkan sebagian besar buah dari Pasar Induk Kramat Jati adalah mengurangi ongkos perjalanan, karena dengan sekali perjalanan pedagang bisa langsung mendapatkan berbagai macam buah-buahan untuk diperdagangkan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang pengecer memperdagangkan komoditi buah dengan jenis yang beragam, tetapi jenis buah yang diperdagangkan antar pedagang umumnya sama (homogen). Sebagian besar buah-buahan yang diperdagangkan di Pasar Baru Bogor tidak terdeferensiasi berdasarkan asal buah, melainkan berdasarkan pada kondisi fisik dan ukuran. 5.2.11. Komoditas Sayuran dan Buah-buahan Kabupaten Bogor Berdasarkan data asal sayuran di pasar yang ada saat ini (eksisting) Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, diketahui bahwa pasar-pasar terpilih di lokasi tersebut tidak menjadi outlet sayuran asal Kabupaten Bogor. Komoditas yang diperdagangkan yang berasal dari wilayah Kabupaten Bogor hanya komoditas kangkung dan bayam, sedangkan untuk penyediaan komoditas sayuran yang agak tahan lama (bawang merah, cabe merah, kentang dan wortel) di Kabupaten Bogor masih tergantung pada luar Kabupaten Bogor sedangkan untuk sayuran yang tidak tahan lama (kangkung dan bayam) sebagian

besar berasal dari Kabupaten Bogor yaitu dari Kecamatan Ciampea, Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Cibungbulang. Sebenarnya Kabupaten Bogor memiliki sentra produksi sayuran cenderung berada di selatan. Hal ini menandakan bahwa lahan yang digunakan untuk penanaman sayuran membutuhkan udara yang lebih segar. Komoditas sayuran yang paling unggul di Kabupaten Bogor adalah petsai, kacang panjang, ketimun, kangkung, dan bayam (Tabel 30 dan Gambar 17). Tabel 30. Komoditas Sayuran Unggulan Kabupaten Bogor No Komoditas Lokasi 1 Petsai Cibungbulang dan Cigudeg 2 Kacang panjang Nanggung, Cigudeg, Sukajaya, Leuwiliang, dan Parung Panjang 3 Ketimun Jasinga, Cigudeg, dan Parung Panjang 4 Kangkung Cibungbulang, Leuwiliang, Leuwisadeng dan Sukajaya 5 Bayam Leuwisadeng, Leuwiliang, dan Cibungbulang Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor dan P4W LPPM IPB, 2009 84 Lokasi Pemusatan Sayuran dan Buah-buahan Kabupaten Bogor Gunung Sindur Sukajaya Megamendung Tanjungsari Pamijahan Cisarua Legenda: Lokasi Pemusatan Buah-Buahan Lokasi Pemusatan Sayuran Buah Cenderung Menyebar di Sekitar Kota Bogor + Tanjungsari Sayuran Cenderung Menyebar di Bogor Selatan + Gunung Sindur Gambar 17. Lokasi Pemusatan Sayuran dan Buah-buahan di Kabupaten Bogor

85 Kecamatan Megamendung dan Cisarua merupakan kecamatan dengan keberadaan banyak komoditas sayuran yang hampir tidak ada di kecamatan lainnya. Komoditas-komoditas tersebut diantaranya adalah kentang, tomat, dan wortel (Gambar 18). MEGAMENDUNG CISARUA Gambar 18. Peta Komoditas Sayuran Kabupaten Bogor Namun berdasarkan pengamatan di pasar yang ada saat ini (eksisting) tempat dilakukannya penelitian, komoditas-komoditas sayuran yang berasal dari Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Cisarua tidak diperdagangkan di pasar-pasar tersebut. Hal ini disebabkan komoditas-komoditas sayuran tersebut diperdagangkan tidak melalui pasar dimana penelitian berlangsung melainkan diperdagangkan di lokasi lain atau telah bekerjasama dengan pihak lain seperti supermarket untuk pemasarannya. Berdasarkan data asal buah-buahan di pasar yang ada saat ini (eksisting) Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, diketahui bahwa pasar-pasar terpilih di lokasi tersebut tidak menjadi outlet buah-buahan asal Kabupaten Bogor. Komoditas yang diperdagangkan yang berasal dari wilayah Kabupaten Bogor hanya komoditas pepaya dan pisang, sedangkan untuk komoditas yang selalu tersedia seperti jeruk, mangga, dan semangka sebagian besar berasal dari Pasar Induk Kramat Jati.

86 Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk penyediaan komoditas buah-buahan di Kabupaten Bogor masih tergantung pada luar Kabupaten Bogor. Ketergantuan terbesar dalam pemenuhan kebutuhan buahbuahan selain pisang dan pepaya adalah terhadap Pasar Induk Kramat Jati. Sebenarnya Kabupaten Bogor memiliki sentra produksi buah-buahan di Kecamatan Tajurhalang, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Tanjungsari, dengan jenis komoditas unggulan pisang dan pepaya. Komoditas pisang banyak terdapat di Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Cigudeg, dan Kecamatan Cibinong, sedangkan pepaya banyak terdapat di Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Cibinong (Gambar 19). PR.PANJANG GN SINDUR CIBINONG BABAKAN MADANG Gambar 19. Peta Komoditas Buah-buahan Kabupaten Bogor Hal ini menjawab pertanyaan mengapa komoditas yang terdapat di pasarpasar penelitian yang berasal dari Kabupaten Bogor hanya pisang dan pepaya. Meskipun Kabupaten Bogor memiliki komoditas unggulan mangga yang berasal dari Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Sukajaya dan Kecamatan Jonggol, namun di pasar-pasar penelitian tidak terdapat komoditas mangga yang berasal dari wilayah tersebut, hal ini dapat disebabkan komoditas tersebut diperdagangkan tidak melalui pasar dimana penelitian berlangsung, melainkan telah bekerjasama

dengan supermarket atau diperdagangkan di lokasi lain. Adapun buah unggulan lainnya di Kabupaten Bogor berasal dari kecamatan-kecamatan berikut ini (Tabel 31 dan Gambar 19). Tabel 31. Komoditas Buah Unggulan Kabupaten Bogor No Komoditas Lokasi 1 Alpukat Megamendung, Cisarua, dan Sukaraja 2 Belimbing Bojonggede, Tajurhalang, dan Cibinong 3 Durian Leuwiliang, Leuwisadeng, Megamendung, dan Sukamakmur 4 Jambu biji Bojonggede dan Tajurhalang 5 Jambu air Cigudeg dan Sukajaya 6 Mangga Cigudeg, Sukajaya, dan Jonggol 7 Manggis Jasinga 8 Nangka Parung Panjang, Jasinga, dan Pamijahan 9 Nenas Cijeruk 10 Rambutan Tajurhalang, Gunungputri, dan Tanjungsari Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor dan P4W LPPM IPB, 2009 Peta kesesuaian lahan di Kabupaten Bogor, menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah di Kabupaten Bogor memang sesuai untuk tanaman pangan, hortikultura dan tanaman tahunan (Gambar 20). Hal tersebut menandakan bahwa produksi sayuran dan buah-buahan yang tinggi di Kabupaten Bogor didukung dengan kesesuaian lahannya, sehingga masih memiliki potensi untuk lebih dikembangkan. 87 Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, 2007 Gambar 20. Peta Kesesuaian Lahan Kabupaten Bogor

88 Berdasarkan data asal sayuran dan buah-buahan di pasar yang ada saat ini (eksisting) Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, pasar-pasar tersebut tidak menjadi outlet sayuran dan buah-buahan asal Kabupaten Bogor. Komoditas sayuran dan buah-buahan asal Kabupaten Bogor yang diperdagangkan hanya kangkung, bayam, pisang dan pepaya. Sedangkan sayuran dan buah-buahan unggulan asal Kabupaten Bogor lainnya tidak diperdagangkan di pasar-pasar tersebut karena telah bekerjasama dengan supermarket atau diperdagangkan di lokasi lain seperti Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. (Gambar 21). Data produksi sayuran dan buah-buahan Kabupaten Bogor mengindikasikan bahwa Kabupaten Bogor memiliki tingkat produksi yang cukup besar, demikian juga dengan permintaan (demand) akan sayuran dan buah-buahan yang cukup besar. Sehingga untuk memfasilitasi hal tersebut dibutuhkan Pasar Induk Kabupaten Bogor. Dengan adanya pasar induk Kabupaten Bogor selain mengakomodir produk-produk sayuran dan buah-buahan asal Kabupaten Bogor, tapi juga dapat meningkatkan efisiensi pasar, dimana pengelola pasar induk bekerjasama dengan petani produsen, koperasi atau pedagang pengumpul untuk memasarkan produksinya di pasar induk sehingga mata rantai pemasaran menjadi lebih pendek. Menjamin terjualnya produk sayuran dan buah-buahan yang relatif banyak, karena pasar induk merupakan pasar pemasok bagi pasar-pasar tradisional atau lembaga pemasaran lain. Memperkuat posisi rebut tawar petani, apabila pasar semakin efisien maka perilaku pasar menjadi lebih pasti sehingga petani produsen diharapkan akan mendapatkan bagian keuntungan yang lebih baik. Kedudukan petani (bargaining position) dibandingkan dengan para pelaku pasar lainnya akan meningkat. Pasar induk pun akan menjadi sumber informasi harga. Dengan sistem transaksi yang transparan, dimana akses informasi pasar diantara para pelaku pasar sudah relatif baik, maka diharapkan akan terwujud mekanisme pembentukan harga yang transparan dan mencerminkan kekuatan pasar, sehingga petani akan menerima tingkat harga yang wajar. Dengan harga yang wajar tersebut diharapkan petani akan lebih bergairah dalam meningkatkan produksi dan kualitasnya, sehingga pendapatannya menjadi lebih baik.

89 Keluar Wilayah/ Ekspor/ Supermarket Produksi Tinggi Demand Tinggi Produk dari Luar Wilayah Pasar Permasalahan: Harga tinggi (Demand) Kualitas kurang (Demand) Petani menghadapi fluktuasi harga (Supply) Gambar 21. Keadaan Eksisting di Pasar-pasar yang Ada di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, 2009

90 Dalam rangka penyediaan informasi harga yang lengkap, baru, dan mudah, maka perlu adanya jaringan sistem informasi antara Sub Terminal Agribisnis (STA) dengan pasar induk maupun pasar lainnya. Pasar induk diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk, dengan tersedianya berbagai sarana pendukung seperti pengolahan, penyimpanan, informasi harga, dan lainnya, maka peningkatan kualitas akan lebih luas sehingga nilainya pun akan meningkat serta dapat mengembangkan diversifikasi produk sesuai permintaan pasar. Selain itu, dengan adanya pasar induk dapat menambah segmentasi pasar, dimana dengan meningkatnya efisiensi pemasaran maka pasar induk akan mampu melayani keperluan yang lebih luas seperti pasar ekspor, pasar swalayan, hotel dan restoran, dan sebagainya, dan disisi lain konsumen pun dapat menikmati produk pertanian yang berkualitas (Gambar 22). Keadaan saat ini, petani tidak memiliki kedaulatan karena adanya tengkulak. Tengkulak merupakan institusi yang paling stabil di pedesaan, karena adanya hubungan patron klien, yaitu pertukaran hubungan antara kedua peran yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang individu dengan status sosioekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungan-keuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnya lebih rendah (klien). Klien kemudian membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada patronnya. Sebagai pola pertukaran yang tersebar, jasa dan barang yang dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan kebutuhan yang timbul dan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Pemenuhan kebutuhan ekonomi petani oleh tengkulak atau pun bandar secara tidak langsung mengikat petani untuk menjual hasil pertaniannya kepada pemberi modal. Sehingga petani tidak memiliki kebebasan untuk menjual produk hasil pertanian ke lokasi lain. Dengan adanya pembelian sistem ijon ini, posisi tawar menawar petani sangat dilemahkan. Sehingga selama belum ada instusi lain yang masuk ke dalam lingkungan tersebut maka petani tidak akan mengalami kemajuan. Oleh karenanya dalam pengembangan pasar induk perlu memperhatikan kondisi seperti yang disebutkan diatas. Dalam pengembangan pasar induk

91 dianggap perlu untuk mengembangkan Sub Terminal Agribisnis (STA) di daerahdaerah sentra produksi yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar kepada petani. Agar keberadaan STA ini dapat berfungsi optimal maka perlu meminimalisasikan hambatan yang ada. Salah satunya adalah penyediaan modal usahatani bagi para petani yang perlu dikembangkan ragam dan jangkauannya sehingga petani tidak lagi menggantungkan diri kepada tengkulak yang mengikat untuk menjual hasil produksinya kepada mereka. Keluar Wilayah/ Ekspor/ Supermarket Pasar Produksi Tinggi Pasar Induk Pasar Demand Tinggi Pasar Solusi: Efisiensi pasar Menjamin terjualnya produk sayuran dan buah-buahan yang relatif banyak Petani memiliki bargaining position Sumber informasi harga Menambah segmentasi pasar Konsumen mendapatkan produk pertanian yang berkualitas Gambar 22. Situasi Apabila Dibangun Pasar Induk Kabupaten Bogor

92 5.3. Analisis Penentuan Lokasi Optimal Pasar Induk Dalam penentuan lokasi suatu aktivitas seperti pasar induk, agar optimum harus dilihat dari segi kepentingan yang berlainan, yaitu kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Untuk kepentingan pribadi, pemilihan lokasi ditentukan atas dasar perolehan keuntungan yang sebesar-besarnya. Kepentingan pribadi dalam pasar induk berarti penduduk yang memanfaatkan jasa pasar induk, dimana penduduk mengharapkan lokasi suatu fasilitas atau pasar induk memiliki keterjangkauan jarak yang dekat dari konsentrasi permintaan sayuran dan buahbuahan. Untuk kepentingan umum, penentuan lokasi memperhatikan lokasi sebagai fasilitas umum sehingga tidak mempertimbangkan keuntungan semata. Kepentingan umum biasanya diatur oleh pemerintah, dimana pemerintah menetapkan suatu lokasi pasar induk berdasarkan banyak aspek yang harus dipertimbangkan. Dalam studi ini, penentuan lokasi pasar induk akan dilihat dari kedua kepentingan diatas, yang kemudian dari hasil lokasi masing-masing kepentingan didapatkan lokasi yang menjadi rekomendasi bagi lokasi pasar induk Kabupaten Bogor. Pada tahap pertama, penentuan lokasi dilihat dari kepentingan umum atau pemerintah. Dalam hal ini berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor. Sedangkan untuk kepentingan penduduk, berdasarkan teori penentuan lokasi dengan menggunakan metoda P-Median dari dalil Hakimi dengan bantuan program GAMS. Teori-teori yang berkaitan dengan penentuan lokasi pasar induk umumnya bertujuan agar fungsi pasar induk dapat menjadi ideal dan dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. 5.3.1. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor telah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) nomor 19 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Bogor Tahun 2005 2025, yang menjelaskan secara rinci fungsi ruang dalam bentuk struktur ruang dan pola ruang. Dalam perda ini disebutkan adanya orde-orde pertumbuhan utama yang berfungsi sebagai pusat-pusat pertumbuhan yang sistematis, dimana segala sarana prasarana dan infrastruktur penunjang pembangunan harus dibangun di pusat-

93 pusat pertumbuhan tersebut. Lokasi orde-orde tersebut telah ditetapkan dalam dokumen rencana tata ruang Kabupaten Bogor 2005 2025 tersebut, yaitu Orde I terletak di Cibinong, Orde II terletak di Kecamatan Cileungsi dan Kecamatan Leuwiliang, serta Orde III yang terletak di Kecamatan Jasinga, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Parung, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cigombong dan Kecamatan Cariu (Gambar 23). PARUNG PANJANG GN.SINDUR Gambar 23. Orde Pertumbuhan Utama Menurut Perda RTRW Kabupaten Bogor Untuk pengembangan sarana perdagangan, dilakukan melalui pengembangan perdagangan skala wilayah yang meliputi pusat belanja eceran, pasar, pasar induk dan grosir, yang diarahkan pada kota Orde I dan Orde II. Pengembangan pasar regional Jabodetabek di Kecamatan Ciawi, dan pengembangan perdagangan skala kecamatan meliputi pasar, pertokoan dan perdagangan eceran (mini market) yang diarahkan di setiap pusat kota kecamatan. 5.3.2. Berdasarkan Model Optimasi (Penggunaan Metoda P-Median Untuk Penentuan Lokasi Pasar Induk) Untuk menganalisis lokasi pasar induk yang optimal dibutuhkan suatu bentuk model yang mampu menentukan lokasi suatu pasar induk secara pasti, jelas dan terukur. Model yang digunakan adalah jenis model optimasi yaitu

94 metoda P-Median yang berasal dari dalil Hakimi. Dalam metoda P-Median ini menentukan titik optimum adalah dengan meminimumkan jumlah perkalian jarak terpendek dengan bobot dari semua simpul, dimana titik tersebut berasal pada suatu simpul dalam jaringan. Untuk mencari alternatif paling baik yang dapat dibandingkan dengan rencana pemerintah tentang lokasi pasar induk maka digunakan model optimasi penerapan GAMS dengan memasukan prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode P-Median. Asumsi dasar dalam metoda ini adalah: 1. Simpul yang dicalonkan sebagai pusat pelayanan berasal dari simpul yang berada dalam jaringan 2. Jaringan jalan mempunyai kesamaan kualitas 3. Untuk setiap kecamatan hanya diwakili oleh 1 simpul 4. Letak simpul ditentukan berdasarkan pertimbangan lokasi pusat (centroid) kecamatan 5. Kecamatan dianggap tidak mengalami pemekaran 6. Bobot simpul hendaknya mencerminkan jumlah penerima pelayanan. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan untuk optimasi adalah hambatan transportasi, penentuan lokasi tanpa mempertimbangkan pasar eksisting, penentuan lokasi dengan mempertimbangkan pasar eksisting dan wilayah yang dilayani. Hambatan transportasi dilihat berdasarkan jarak dan waktu. Penentuan lokasi tanpa mempertimbangkan pasar yang ada saat ini (eksisting) dilihat berdasarkan 40 kecamatan di Kabupaten Bogor dengan mempertimbangkan 6 kecamatan di Kota Bogor dan hanya 40 kecamatan di Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi mempertimbangkan pasar yang ada saat ini (eksisting) dilihat berdasarkan 7 pasar yang ada di Kabupaten Bogor dengan mempertimbangkan 3 pasar yang ada di Kota Bogor dan hanya berdasarkan 7 pasar yang ada di Kabupaten Bogor. Wilayah yang dilayani dilihat berdasarkan wilayah permintaan (demand), selain itu juga dilihat berdasarkan wilayah permintaan (demand) dengan mempertimbangkan wilayah produksi. Hambatan transportasi yang dilihat berdasarkan jarak dan waktu dengan asumsi bahwa di wilayah Bogor jarak dan waktu tidak berbanding lurus. Terkadang dengan jarak yang panjang dapat ditempuh dengan waktu yang

95 singkat, namun sering kali dengan jarak yang pendek dapat ditempuh dengan waktu yang lama hal tersebut karena adanya hambatan transportasi seperti kemacetan maupun kondisi jalan. Lokasi optimal pasar induk Kabupaten Bogor tanpa mempertimbangkan pasar yang ada saat ini (eksisting) memiliki asumsi bahwa pasar induk akan dibangun dari awal, semua kecamatan di Kabupaten Bogor memiliki peluang untuk dikembangkan pasar induk, serta mengakomodir RTRW Kota Bogor yang tidak akan lagi mengembangkan pasar induk di Kota Bogor sehingga lokasi pasar induk akan dibebankan ke Kabupaten Bogor. Sedangkan lokasi optimal pasar induk dengan mempertimbangkan pasar yang ada saat ini menggunakan asumsi pasar induk akan dikembangkan dari pasar yang sudah ada di Kabupaten Bogor untuk mengakomodir kelembagaan yang sudah berkembang. Wilayah yang dilayani dilihat berdasarkan wilayah permintaan (demand) serta dilihat dari wilayah produksi dan wilayah permintaan (demand). Wilayah permintaan (demand) digunakan sebagai variabel karena awalnya model P- Median digunakan untuk memenuhi permintaan (demand) tanpa mempertimbangkan dari mana asal produksi. Karena untuk penentuan lokasi pasar induk dirasa kurang memadai apabila hanya dilihat dari sisi permintaan (demand) saja maka model P-Median ini dimodifikasi dengan mempertimbangkan wilayah produksi dan wilayah permintaan (demand) (Gambar 24). Selanjutnya tujuh pasar Kabupaten Bogor yang terpilih untuk dianalisis adalah Pasar Cileungsi, Pasar Cibinong, Pasar Citeureup, Pasar Parung, Pasar Cisarua, Pasar Leuwiliang dan Pasar Ciawi. Pemilihan ke tujuh pasar ini dengan asumsi bahwa pasar tersebut memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi pasar induk di Kabupaten Bogor karena sebagian besar masuk dalam pasar kelas I yang melayani wilayah daerah dan sekitarnya serta berada di lokasi yang cukup strategis. Tiga pasar Kota Bogor yang terpilih merupakan pasar-pasar yang cukup ramai dan dinamis dalam penjualan sayuran dan buah-buahan.

96 Jarak Hambatan Transportasi Waktu Lokasi Pasar Induk Optimal Penentuan Lokasi Tanpa Mempertimbangkan Pasar Eksisting Penentuan Lokasi Mempertimbangkan Pasar Eksisting 40 Kecamatan di Kabupaten Bogor + 6 Kecamatan di Kota Bogor 40 Kecamatan di Kabupaten Bogor 7 Pasar Eksisting di Kabupaten Bogor + 3 Pasar Eksisting di Kota Bogor 7 Pasar Eksisting di Kabupaten Bogor Wilayah Demand Wilayah yang Dilayani Wilayah Demand + Wilayah Produksi Gambar 24. Kerangka Pikir Optimasi Penentuan Pasar Induk Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor jarak, waktu tempuh, permintaan (demand) sayuran dan buah-buahan di setiap kecamatan di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, serta faktor produksi sayuran dan buahbuahan.

97 a. Faktor Jarak Pengertian jarak dalam studi kasus ini mengikuti pengertian lokasi relatif, yaitu posisi yang berkenaan dengan posisi lainnya dengan menggunakan data panjang jalan yang menghubungkan antar satu kecamatan dengan kecamatan lainnya yang didapatkan dari www.maps.google.com. Asumsi jarak antar kecamatan yang digunakan adalah jarak antar centroid kecamatan. Dalam penelitian ini satuan jarak yang digunakan adalah kilometer. Matriks jarak Kabupaten Bogor dan Kota Bogor dapat dilihat pada Lampiran 1. b. Faktor Waktu Tempuh Pengertian waktu dalam studi kasus ini mengikuti pengertian waktu relatif yaitu waktu tempuh yang berkenaan satu posisi menuju posisi lainnya dengan menggunakan kendaraan roda empat, yang didapatkan dari www.maps.google.com. Asumsi waktu tempuh antar kecamatan yang digunakan adalah waktu tempuh antar centroid kecamatan. Dalam penelitian ini satuan waktu tempuh yang digunakan adalah menit. Matriks waktu tempuh dapat dilihat pada Lampiran 2. c. Faktor permintaan (demand) Sayuran dan Buah-buahan Pengertian permintaan (demand) sayuran dan buah-buahan dalam studi kasus ini adalah permintaan sayuran dan buah-buahan yang didapatkan dari perkalian konsumsi rata-rata per individu sayuran dan buah-buahan di Kabupaten dan Kota Bogor bersumber dari data susenas 2007 dikalikan dengan jumlah penduduk setiap kecamatan. Dalam penelitian ini satuan permintaan (demand) sayuran dan buah-buahan yang digunakan adalah ton. Permintaan (demand) sayuran dan buah-buahan Kabupaten Bogor serta Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 25, Gambar 26 dan Tabel 32.

98 Gambar 25. Grafik Permintaan (Demand) Sayuran dan Buah-buahan Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, 2008. PARUNG PANJANG GN.SINDUR Gambar 26. Permintaan (Demand) Sayuran dan Buah-Buahan Kabupaten dan Kota Bogor.