BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean Government) merupakan prasyarat bagi setiap Pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara, sehingga diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan Legitimate agar penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Fungsi pemerintahan tersebut akan dapat terselenggara dengan baik apabila terwujudnya Good Governance. Salah satu pilar good governance adalah akuntabilitas sebagaimana dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menjelaskan bahwa akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan melalui program dan kegiatan yang telah di rencanakan secara periodik. Ini berarti bahwa akuntabilitas berkaitan dengan pelaksanaan reviu dan evaluasi mengenai standar pelaksanaan kegiatan, apakah standar yang dibuat sudah tepat dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dan apabila dirasa sudah tepat, manajemen memiliki tanggung jawab untuk mengimplementasikan standar-standar tersebut. Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan reviu dan evaluasi kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana KABUPATEN BOGOR 1

2 pencapaian hasil serta cara-cara yang digunakan untuk mencapai semua itu. Pengendalian (control) sebagai bagian penting dalam manajemen yang baik adalah hal yang saling menunjang dengan akuntabilitas. Dengan kata lain pengendalian tidak dapat berjalan efisien dan efektif bila tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik demikian juga sebaliknya. Media akuntabilitas yang memadai dapat berbentuk laporan yang dapat mengekspresikan pencapaian tujuan melalui pengelolaan sumber daya suatu organisasi, karena pencapaian tujuan merupakan salah satu ukuran kinerja individu maupun unit organisasi. Tujuan tersebut dapat dilihat dalam Rencana Strategis (Renstra) organisasi, Rencana Kinerja Tahunan, dan Perjanjian Kinerja, dengan tetap berpegangan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bogor. Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor dalam pelaksanaan setiap program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Dalam perspektif yang lain Laporan Kinerja merupakan alat kendali, penilai kinerja secara kuantitatif dan sebagai wujud transparansi pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah dalam rangka menuju perwujudan Good Governance, atau sebagai media pertanggung-jawaban Pemerintah Kabupaten Bogor terhadap masyarakat Kabupaten Bogor. Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tatat Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Hal ini merupakan bagian dari Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah guna mendorong terwujudnya sebuah Kepemerintahan yang baik bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean Government) di Indonesia. KABUPATEN BOGOR 2

3 Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 ini berisikan mengenai pencapaian program dan kegiatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor berikut indikator kinerjanya, penjelasan evaluasi dan analisis pencapaian kinerja, serta memuat perbandingan pencapaian kinerja. Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor mengacu pada : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 8); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah; 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah; 9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; KABUPATEN BOGOR 3

4 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tatat Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; 13. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2008 tentang Susunan dan Kedudukan Organisasi Perangkat Daerah; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 5 tahun 2014 tentang Perubahan Perda Nomor 16 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun ; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2014 Tanggal 31 Desember 2014 tentang Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor Tahun 2015; dan 17. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 10 Tahun 2015 Tanggal 2 November 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Organisasi Pemerintah Kabupaten Bogor Amanah Konstitusi pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dijabarkan lebih lanjut pada Pasal 2 bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah provinsi, dan Daerah provinsi itu dibagi atas Daerah kabupaten dan kota. Lebih lanjut dalam Pasal 3 nya menegaskan bahwa daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai Pemerintahan Daerah. Secara garis besar terdapat 3 (tiga) urusan Pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014 ini, yaitu Urusan Pemerintahan Absolut, Konkuren dan Umum. Urusan pemerintahan Absolut adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, Urusan Umum adalah KABUPATEN BOGOR 4

5 urusan yang menjadi urusan pemerintahan baik di Pusat, Provinsi atau Kabupaten/Kota, Urusan Pemerintahan Konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah sehingga inilah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. Urusan Konkuren dibagi menjadi Urusan Wajib dan Urusan Pilihan. Sedangkan Urusan Wajib dibagi menjadi Pelayanan Dasar dan Non Pelayanan Dasar. Urusan pemerintahan Wajib dan menjadi Pelayanan Dasar ada 6 (enam) urusan, yaitu: pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum dan penataan ruang; perumahan rakyat dan kawasan permukiman; ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan sosial sebagaimana tercantum dalam Pasal 12 Undang-Undang Pemerintah Daerah tersebut. Untuk melaksanakan Urusan Wajib dan Urusan Pilihan, telah ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bogor. Perangkat Daerah Kabupaten Bogor terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah. Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor adalah unsur staf Pemerintah Kabupaten Bogor dalam pelaksanaan perumusan kebijakan teknis operasional, sedangkan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bogor adalah unsur penunjang Pemerintah Kabupaten Bogor, baik sebagai unit staf maupun unit lini yang terdiri dari Badan dan Kantor. Dinas Daerah Kabupaten Bogor adalah unsur pelaksana pemerintah daerah Kabupaten Bogor yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Selain itu, kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor merupakan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Bogor yang dipimpin oleh Kepala Kecamatan yang disebut Camat, sementara Kelurahan merupakan perangkat kecamatan yang dipimpin oleh Kepala Kelurahan yang disebut Lurah. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Bogor selengkapnya disajikan dalam Gambar 1.1. KABUPATEN BOGOR 5

6 Gambar 1.1. Struktur Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2008 BUPATI WAKIL BUPATI SEKRETARIAT DAERAH LEMTEKDA DINAS DAERAH SEKRETARIAT DPRD KECAMATAN KELURAHAN Kedudukan, tugas pokok dan fungsi masing-masing perangkat daerah Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: 1. Bupati/ Wakil Bupati Bupati Bogor mempunyai kewajiban : 1) Mempertahankan dan memelihara ketentraman Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai cita-cita Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945; 2) Memegang teguh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; 3) Menghormati kedaulatan rakyat; 4) Menegakan seluruh peraturan perundangan; 5) Meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat; 6) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; dan 7) Mengajukan rancangan Peraturan Daerah dan menetapkannya sebagai Peraturan Daerah bersama DPRD. KABUPATEN BOGOR 6

7 Wakil Bupati Bogor mempunyai tugas : 1) Membantu Bupati Bogor dalam melaksanakan kewajibannya; 2) Mengkoordinasikan kegiatan organisasi perangkat daerah/instansi pemerintah di daerah; dan 3) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati Bogor. 2. Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor mempunyai tugas pokok membantu Bupati Bogor dalam mengkoordinasikan tugas-tugas penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat serta memberikan pelayanan administratif kepada seluruh perangkat daerah. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor mempunyai fungsi sebagai berikut : 1) Pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah; 2) Pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah; 3) Pengkoordinasian pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana, dan sarana Pemerintah Daerah; 4) Pengkoordinasian staf terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh perangkat daerah dalam rangka penyelenggaraan administrasi pemerintahan; 5) Pengkoordinasian tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan dalam arti mengumpulkan dan menganalisis data, merumuskan program dan petunjuk teknis serta monitoring dan evaluasi perkembangan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; 6) Pengkoordinasian perumusan peraturan perundangan yang menyangkut tugas pemerintahan daerah; 7) Pengkajian kebijakan pendayagunaan aparatur, organisasi dan tata laksana serta pelayanan teknis administratif perangkat daerah; (8) Pelaksanaan hubungan masyarakat dan hubungan antar lembaga; dan (9) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati Bogor sesuai dengan tugas dan fungsinya. KABUPATEN BOGOR 7

8 3. Sekretariat DPRD Sekretariat DPRD mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan administratif kepada anggota DPRD. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Sekretariat DPRD mempunyai fungsi : 1) Penyelenggaraan fasilitasi rapat DPRD; 2) Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perjalanan dinas anggota DPRD; 3) Penyelenggaraan tata usaha DPRD; 4) Pengkajian produk peraturan perundangan; dan 5) Penyelenggaraan hubungan antara lembaga dan kemasyarakatan. 4. Dinas Daerah Dinas Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati Bogor dalam melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah di bidang tertentu dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Dinas Daerah mempunyai fungsi : 1) Perumusan pelaksanaan kebijakan teknis operasional sesuai dengan bidang tugasnya; 2) Pemberian izin dan pelaksanaan pelayanan umum; dan 3) Pembinaan terhadap unit pelaksana Teknis Dinas dan Cabang Dinas. Dinas Daerah pada tahun 2015, terdiri dari : 1) Dinas Kesehatan; 2) Dinas Pendidikan; 3) Dinas Bina Marga dan Pengairan; 4) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral; 5) Dinas Kebersihan dan Pertamanan; 6) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; 7) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 8) Dinas Komunikasi dan Informasi; 9) Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan; 10) Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; KABUPATEN BOGOR 8

9 11) Dinas Pemuda dan Olahraga; 12) Dinas Pendapatan Daerah; 13) Dinas Pengelolaan Keuangan dan Barang Daerah; 14) Dinas Pertanian dan Kehutanan; 15) Dinas Peternakan dan Perikanan; 16) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 17) Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman; 18) Dinas Tata Ruang dan Pertanahan; 5. Lembaga Teknis Daerah Lembaga Teknis Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati Bogor dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan daerah di bidangnya. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Lemtekda mempunyai fungsi : 1) Perumusan kebijakan teknis sesuai bidang tugasnya; serta 2) Pelaksanaan koordinasi dan pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Lembaga Teknis Daerah tahun 2015 terdiri dari : 1) Inspektorat; 2) Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI; 3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; 4) Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan; 5) Badan Lingkungan Hidup; 6) Badan Ketahanan Pangan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan; 7) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa; 8) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; 9) Badan Perizinan Terpadu; 10) Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 11) RSUD Ciawi; 12) RSUD Cibinong; 13) RSUD Leuwiliang; 14) RSUD Cileungsi 15) Satuan Polisi Pamong Praja; KABUPATEN BOGOR 9

10 16) Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah; 17) Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik; 18) Kantor Layanan Pengadaan Barang dan Jasa. 6. Kecamatan Kecamatan mempunyai tugas pokok membantu Bupati Bogor dalam menyelenggarakan sebagian kewenangan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan berdasarkan pelimpahan dari Bupati Bogor. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, kecamatan mempunyai fungsi : 1) Penyelenggaraan tugas-tugas pokok kecamatan dan pembinaan kelurahan/desa; 2) Penyelenggaraan tugas-tugas ketentraman dan ketertiban wilayah; 3) Pengkoordinasian tugas-tugas pembangunan dan kemasyarakatan yang menjadi tanggungjawab kecamatan; 4) Penyelenggaraan pelayanan umum; 5) Pengkoordinasian perangkat daerah dalam wilayah kecamatan; dan 6) Pelaksanaan upaya-upaya pemberdayaan, menumbuhkan prakarsa, kreativitas dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pembagian wilayah kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor pada tahun 2015 terdiri dari : 1) Kecamatan Babakan Madang, 2) Kecamatan Cariu, 3) Kecamatan Cibinong, 4) Kecamatan Cileungsi, 5) Kecamatan Citeureup, 6) Kecamatan Gunung Putri, 7) Kecamatan Jonggol, 8) Kecamatan Klapanunggal, 9) Kecamatan Sukamakmur, 10) Kecamatan Tanjungsari, 11) Kecamatan Bojonggede, 12) Kecamatan Ciomas, KABUPATEN BOGOR 10

11 13) Kecamatan Ciseeng, 14) Kecamatan Dramaga, 15) Kecamatan Gunung Sindur, 16) Kecamatan Kemang, 17) Kecamatan Parung, 18) Kecamatan Rancabungur, 19) Kecamatan Sukaraja, 20) Kecamatan Tajurhalang, 21) Kecamatan Caringin, 22) Kecamatan Ciampea, 23) Kecamatan Ciawi, 24) Kecamatan Cigombong, 25) Kecamatan Cijeruk, 26) Kecamatan Cisarua, 27) Kecamatan Megamendung, 28) Kecamatan Pamijahan, 29) Kecamatan Tamansari, 30) Kecamatan Tenjolaya, 31) Kecamatan Cibungbulang, 32) Kecamatan Cigudeg, 33) Kecamatan Jasinga, 34) Kecamatan Leuwiliang, 35) Kecamatan Leuwisadeng, 36) Kecamatan Nanggung, 37) Kecamatan Parung Panjang, 38) Kecamatan Rumpin, 39) Kecamatan Sukajaya, dan 40) Kecamatan Tenjo. 7. Kelurahan Kelurahan mempunyai tugas pokok membantu Camat dalam menyelenggarakan sebagian kewenangan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan berdasarkan pelimpahan dari Camat. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Kelurahan mempunyai fungsi : KABUPATEN BOGOR 11

12 1) Penyelenggaraan tugas-tugas kelurahan; 2) Penyelenggaraan tugas-tugas ketentraman dan ketertiban wilayah; 3) Pengkoordinasian tugas-tugas pembangunan dan kemasyarakatan yang menjadi tanggungjawab kelurahan; 4) Penyelenggaraan pelayanan umum; dan 5) Pelaksanaan upaya-upaya pemberdayaan, menumbuhkan prakarsa, kreativitas dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan kemasyarakatan. Jumlah kelurahan yang ada di Kabupaten Bogor terdapat sebanyak 17 kelurahan, sebagaimana dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Kelurahan di Kabupaten Bogor Kecamatan Kelurahan 1 Cibinong 1 Pabuaran 2 Cibinong 3 Cirimekar 4 Ciriung 5 Nanggewer 6 Nanggewer Mekar 7 Sukahati 8 Tengah 9 Pakansari 10 Karadenan 11 Harapanjaya 12 Pondok Rajeg 2 Kemang 13 Atang Senjaya 3 Ciomas 14 Padasuka 4 Cisarua 15 Cisarua 5 Citeureup 16 Karang Asem Barat 17 Puspanegara Sumber : Kab. Bogor Dalam Angka Kondisi Ekonomi Kondisi Ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2015 relatif stabil bahkan mengalami peningkatan yang sangat signifikan seiring dengan tumbuhnya beberapa sektor penggerak ekonomi dan membaiknya infrastruktur penunjang ekonomi daerah. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan pengembangan potensi unggulan daerah maupun sektor-sektor pergerakan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). KABUPATEN BOGOR 12

13 Untuk lebih jelasnya mengenai uraian potensi unggulan daerah dan sektorsektor penggerak nilai PDRB tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Potensi Unggulan Daerah Produk Unggulan Daerah (PUD) merupakan suatu barang atau jasa yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu daerah, yang mempunyai nilai ekonomis dan daya saing tinggi serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, yang diproduksi berdasarkan pertimbangan kelayakan teknis (bahan baku dan pasar), talenta masyarakat dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya manusia, dukungan infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat) yang berkembang di lokasi tertentu. Kabupaten Bogor memiliki banyak sekali sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk unggulan daerah. Untuk itu potensi-potensi sumber daya alam tersebut harus selalu dikembangkan agar menjadi komoditi unggulan yang memiliki daya saing yang kuat, baik di tingkat kabupaten, regional maupun tingkat nasional bahkan internasional. Kebijakan pengembangan komoditas unggulan baik yang telah berkembang maupun yang masih potensial di Kabupaten Bogor didasarkan pada Peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2014 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan dan Peraturan Bupati Nomor 62 Tahun 2010 tentang Peningkatan Daya Saing Komoditas Kabupaten Bogor serta hasilhasil kajian pengembangan komoditas unggulan kecamatan oleh Bappeda Kabupaten Bogor, yang diantaranya memuat zonasi dan arah pengembangan sebagaimana tercantum pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Pengembangan Zonasi Pertanian dan Non Pertanian Zona Kecamatan Arah Pengembangan 1 Rumpin, Cigudeg, Parung Panjang, Jasinga, Tenjo 2 Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang, Pamijahan 3 Ciampea, Tenjojaya, Dramaga, Ciomas Agrosilvopastoral, yaitu pengembangan agroforestry yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan peternakan Agroekowisata yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan perikanan. Pola pengembangan komoditas strategis: agropolitan dan minapolitan Industri non-farm yang didukung dengan sektor pertanian, perikanan, kehutanan, dan peternakan 4 Tajurhalang, Kemang, Rancabungur, Industri perdesaan dan pengembangan KABUPATEN BOGOR 13

14 Zona Kecamatan Arah Pengembangan Parung, Ciseeng, Gunung Sindur 5 Tamansari, Cijeruk, Cigombong, Caringin 6 Ciawi, Cisarua, Megamendung, Sukaraja, Babakan Madang 7 Cileungsi, Klapanunggal, Gunung Putri, Citeureup, Cibinong, Bojonggede 8 Sukamakmur, Cariu, Tanjungsari, Jonggol Sumber : Perbup Bogor No. 38/2014 dan Perbup Bogor No. 62/2010 b. Sektor-Sektor Penggerak Nilai PDRB 1) Pertanian dan Tanaman Pangan UMKM, yang tetap berbasiskan pada produk atau komoditas pertanian secara luas serta perikanan berbasis minapolitan Diversifikasi pertanian dan agroekowisata Ekowisata yang dikerjasamakan dengan berbagai pihak dalam rangka membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Pertanian perkotaan dan industri. Pengembangan urban agriculture bertitik tolak pada produk atau komoditas pertanian yang sudah diusahakan oleh warga. Pengembangan industri besar dikaitkan dengan ada rencana pengembangan Cibinong Raya Lumbung pangan melalui peningkatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana pemukinman Beberapa potensi yang dimiliki wilayah Kabupaten Bogor untuk dikembangkan pada lapangan usaha pertanian terutama komoditi unggulan tanaman pangan, antara lain : Talas, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar. Pengembangan Talas sangat bergantung pada lokasi (spesifik lokasi). Produksi Talas tahun 2015 mencapai ton, sentra komoditi ungulan talas di Kecamatan Cigombong dengan lokasi pengembangan terdapat di Kecamatan Tamansari dan Cijeruk. Sedangkan produksi ubi kayu pada tahun 2015 mencapai ton, sentra komoditi terdapat di Babakan Madang dan Sukaraja dengan lokasi pengembangan terdapat di Kecamatan Cibungbulang, Cibinong, Citeureup, Babakan Madang dan Sukamakmur. Varietas yang telah dikembangkan adalah Varietas Darul Hidayah, Adira 4 dan Manu, dengan pertimbangan varietas tersebut mempunyai potensi hasil produksi yang cukup tinggi yaitu ton/ha dengan kadar pati %, sedangkan untuk varietas yang biasa ditanam oleh petani hanya mampu memproduksi sebesar ton/ha, sehingga peluang terjadinya peningkatan produksi cukup tinggi. Komoditi unggulan tanaman pangan lainnya adalah ubi jalar. Jenis yang dikembangkan adalah varietas kuningan KABUPATEN BOGOR 14

15 putih (AC putih) dengan pertimbangan bahwa varietas ini memiliki potensi produktivitas yang relatif tinggi dan tahan terhadap penyakit boleng, dengan lokasi pengembangan terdapat di Kecamatan Tamansari, Ciampea, Tenjolaya, Pamijahan, Cibungbulang, Leuwiliang, dan Leuwisadeng. Produksi ubi jalar yang dihasilkan selama tahun 2015 sebanyak ton, hal ini dipengaruhi oleh jenis penggunaan varietas unggul, bantuan sarana produksi (saprodi), dan tindakan pengamanan produksi selama masa panen hingga pasca panen. Belum terbentuk sentra ubi jalar, tetapi akan diarahkan di Kecamatan Ciomas. Penumbuhan agribisnis komoditas ubi jalar dan ubi kayu telah berhasil meningkatkan nilai ekonomis produk dari umbi segar menjadi tepung halus atau tepung tapioka setelah adanya bimbingan teknis dan bantuan alat pengolahan dari Pemerintah Kabupaten Bogor. Dengan kegiatan ini diharapkan para petani dapat meningkatkan nilai tambah dari komoditas sekaligus dapat meningkatkan pendapatan para petani. 2) Pertanian Hortikultura Beberapa potensi yang dimiliki wilayah Kabupaten Bogor untuk dikembangkan pada lapangan usaha pertanian terutama komoditi unggulan hortikultura, antara lain : Jambu Biji Kristal, Pepaya, Rambutan, Manggis, Tanaman Obat, Tanaman Hias dan Nanas. Produksi Jambu Biji Kristal tahun 2015 mencapai ton, dengan sentra komoditi unggulan diarahkan ke Kecamatan Caringin dan Tajurhalang, sedangkan lokasi pengembangan terdapat di Kecamatan Rancabungur, Tamansari, Dramaga, Cibungbulang, Cigombong, dan Pamijahan. Sentra komoditi unggulan tanaman Pepaya dikembangkan di Kecamatan Rancabungur, sedangkan wilayah pengembangan meliputi Kecamatan Sukaraja, Caringin, Jasinga, dan Cigudeg, dengan produksi mencapai ton. Komoditas Rambutan banyak dikembangkan di Kecamatan Gunung Putri, dengan produksi mencapai ton, sedangkan untuk komoditas Manggis pemasarannya sampai ke mancanegara seperti Hongkong dan Taiwan, juga ke negara-negara di Timur Tengah. Pengembangan Manggis telah menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Good Agricultural KABUPATEN BOGOR 15

16 Practices dalam budidayanya. Lokasi sentra komoditi unggulan terdapat di Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng dan Cigudeg, wilayah pengembangannya di Kecamatan Jasinga, dengan produksi mencapai ton pada tahun ) Perkebunan Komoditi unggulan perkebunan yang dikelola masyarakat adalah : kopi, karet, pala, dan cengkeh. Produksi kopi pada tahun 2015 sebanyak ,13 ton meningkat 3 (tiga) persen dari tahun Adapun sentra komoditi unggulan kopi di Kecamatan Sukamakmur, selain itu wilayah pengembangannya di Kecamatan Pamijahan, Tanjungsari, Cigudeg, dan Jasinga juga menjadi penyumbang terbesar produksi kopi. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman karet yang memiliki tingkat pertumbuhan normal siap disadap pada umur 5 tahun dengan masa produksi selama tahun. Pada tahun 2015 produksi karet rakyat sebesar 3.028,64 ton. Sentra komoditi unggulan karet adalah Kecamatan Jasinga, dimana Kecamatan Cigudeg dan Tanjungsari sebagai wilayah pengembangannya. Sedangkan sentra komoditi unggulan pala diarahkan di Kecamatan Sukajaya, sedangkan sebagai wilayah pengembangannya adalah Kecamatan Caringin, Cigombong dan Tamansari. Produksi pala pada tahun 2015 sebesar 972,81 ton, daging pala banyak digunakan sebagai bahan manisan pala baik kering maupun basah. Selain itu biji pala juga mempunyai potensi ekonomis sebagai rempah-rempah untuk obat dan bumbu dapur. Sentra komoditi unggulan cengkeh diarahkan di Kecamatan Nanggung dengan wilayah pngembangan di Kecamatan Tanjungsari, adapun produksi cengkeh tahun 2015 sebesar 1.354,48 ton meningkat sebesar 2 (dua) persen dari tahun Sentra komoditi unggulan tanaman obat diarahkan di Kecamatan Cileungsi dengan wilayah pengembangan di Kecamatan Ciseeng dan Nanggung. KABUPATEN BOGOR 16

17 Sentra komoditi unggulan tanaman hias diarahkan di Kecamatan Tamansari dengan wilayah pengembangan meliputi Kecamatan gunungsindur dan Cijeruk. 4) Kehutanan Belum ada komoditi kehutanan baik hasil hutan kayu maupun non kayu yang ditetapkan sebagai komoditi unggulan. Namun berdasarkan jumlah produksi di masyarakat terdapat potensi kayu rakyat yang dapat dikembangkan menjadi komoditi unggulan, yaitu kayu afrika dengan produksi 199,83 m³, kayu sengon (albizia) 718,05 m³, kayu mahoni 313,44 m³, kayu jati 37,03 m³ dan campurab 361,00 m³. Sedangkan hasil hutan non kayu yang memiliki potensi unggulan di Kabupaten Bogor adalah jamur kayu dengan produksi 1.770,62 ton, lebah madu dengan produksi 4.089,6 liter, dan bambu dengan produksi batang. 5) Perikanan Budidaya perikanan air tawar baik untuk produksi ikan konsumsi, pembibitan maupun ikan hias mampu menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan akan ikan konsumsi, bibit ikan dan ikan hias di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2015 produksi ikan konsumsi sebanyak ,38 ton dan Benih ikan konsumsi sebanyak ,10 RE, dengan komoditi unggulan ikan lele, ikan gurame dan ikan mas. Komoditas lele dikembangkan di Kecamatan Ciseeng, Parung, Gunungsindur, Rumpin dan Ciawi. Komoditas gurame merupakan unggulan yang dikembangkan di Dramaga dan Bojonggede. Selain itu, daerah potensial lainnya adalah Ciampea, Gunungsindur, Ciseeng, Parung dan Kemang. Sedangkan komoditas ikan mas merupakan unggulan yang dikembangkan di Kecamatan Pamijahan dan Cibungbulang. Daerah potensial lainnya untuk pengembangan ikan mas adalah Ciseeng, Kemang, Parung, Ciampea dan Dramaga. Komoditas unggulan lainnya adalah ikan hias air tawar, sentra komoditi unggulan diarahkan di Kecamatan Cibinong, Ciampea dan Citeureup, KABUPATEN BOGOR 17

18 dengan lokasi pengembangannya adalah Kecamatan Pamijahan, Cibungbulang, Tenjolaya, Ciomas, Tajurhalang, Kemang, Tajur dan Ciseeng. Produksinya pada tahun 2015 sebesar ,23 RE. 6) Peternakan Komoditas unggulan usaha peternakan pada tahun 2015 antara lain sapi perah dengan sentra komoditi unggulan di Kecamatan Cisarua dan Megamendung, dengan wilayah pengembangan di Kecamatan Ciawi, Pamijahan, Cibungbulang, Cijeruk dan Caringan. Produksi susu Kabupaten Bogor Tahun 2015 sebesar liter atau hanya mencapai 91,14% dari target sebesar liter. Tidak tercapainya produksi susu ini akibat banyaknya ternak sapi perah produktif yang dijual karena ketidakmampuan peternak dalam pelunasan kredit usaha sapi perah yang telah jatuh tempo. Populasi sapi perah pada tahun 2015 sebanyak ekor. Pengembangan sapi perah saat ini sudah mampu melakukan diversifikasi produk yaitu selain susu juga yoghurt dan bahan makanan lainnya. Komoditas peternakan lainnya yang dikembangkan sebagai komoditas unggulan tahun 2015 adalah sapi potong dengan populasi sebanyak ekor. Sentra komoditi unggulan terdapat di Kecamatan Jonggol dan Cariu, dengan daerah pengembangannya di Kecamatan Tanjungsari, Sukamakmur, Cileungsi, Gunungsindur, Rumpin, Cigombong dan Babakan Madang. Komoditi unggulan peternakan lainnya adalah kelinci, sentra komoditi unggulan terdapat di Kecamatan Tenjolaya. Selain untuk konsumsi, kelinci banyak dijual sebagai cindera mata yang berwisata di Gunung Salak Endah. Kabupaten Bogor juga mampu meniningkatkan produksi konsumsi protein hewani asal ternak sebesar 5,72 gram/kapita/hari. Peningkatan konsumsi protein hewani salah satunya karena didukung oleh produksi telur yang telah mampu mencukupi kebutuhan konsumsi telur masyarakat di Kabupaten Bogor. Populasi ayam ras petelur Tahun 2015 sebanyak ekor dengan produksi telur sebesar kg/tahun. KABUPATEN BOGOR 18

19 Kondisi Potensi Unggulan Kabupaten Bogor sebagaimana diuraikan di atas secara ringkas disajikan pada Tabel 1.3. Tabel 1.3. Komoditas Unggulan Primer Kabupaten Bogor Tahun 2015 Data Kegiatan/ No Usaha/Sektor 1 Usaha Tanaman Pangan 2 Usaha Hortikultura 3 Perkebunan Rakyat 4 Usaha Perikanan a Budidaya Ikan Konsumsi dan Penangkapan di Perairan Umum b Budidaya ikan hias c Pembenihan 5 Usaha Peternakan a Ternak Besar Jenis Komoditi Unggulan Produksi / Populasi Keseluruhan Lokasi Desa/Kecamatan Ubi Kayu (ton) Babakan Madang, Sukaraja, Sukamakmur Ubi Jalar (ton) Ciomas, Dramaga Talas (ton) Cijeruk, Cigombong, Tamansari Pepaya (ton) Cigudeg dan Rancabungur Manggis (ton) Jambu Biji (Kristal) (ton) Pala (ton) 972,81 Karet (ton) 3.028,64 Cengkeh (ton) 1.354,48 Leuwisadeng, Cigudeg, Klapanunggal, Leuwiliang Rancabungur, Tamansari, Caringin, Pamijahan, Tajurhalang, Dramaga, Ciungbulang Sukajaya, Caringin, Tamansari, Cigombong Jasinga, Tanjungsari, Cigudeg Nanggung dan Tanjungsari Kopi (ton) ,13 Sukamakmur Ciseeng, Parung, Kemang, Lele (ton) 82, Gunungsindur Pamijahan, Cibungbulang, Mas (ton) Ciseeng, Kemang, Parung, 11, Ciampea, Dramaga Dramaga, Bojonggede, Gurame (ton) Ciampea, Gunungsindur, 5, Ciseeng, Parung, Kemang Pamijahan, Cibungbulang, Ikan hias air Ciampea, Tenjolaya, tawar (RE) 242, Ciomas, Tajurhalang, Kemang, Tajur, Ciseeng Benih Ikan Konsumsi (RE) 3,107, Sapi potong (ekor) 43,577 Sapi perah (ekor) 8,029 Parung, Ciseeng, Megamendung, Ciampea, Pamijahan, Dramaga, Rancabungur, Ciomas, Tenjolaya, Cibungbulang Jonggol, Cariu, Tanjungsari, Sukamakmur, Cileungsi, Gunungsindur, Rumpin, Cigombong, Babakan Madg Pamijahan, Cibungbulang, Cisarua, Ciawi, Mega mendung,cijeruk,caringin Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2015 Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2015 KABUPATEN BOGOR 19

20 Selanjutnya komoditi unggulan sekunder di 40 kecamatan tersaji pada Tabel 1.4. Tabel 1.4. Komoditi Unggulan per Kecamatan Tahun No Kecamatan Komoditi unggulan Sekunder 1 Babakan Madang Aneka Minuman/Kopi/Jahe 2 Bojong Gede Aneka minuman/nata de coco 3 Caringin Alas kaki/sepatu bayi 4 Cariu Aneka Makanan 5 Ciampea Kerajinan/tas 6 Ciawi Aneka makanan/kue brownies 7 Cibinong Aneka minuman/nata de coco 8 Cibungbulang Alas Kaki 9 Cigombong Aneka Makanan 10 Cigudeg Aneka Makanan 11 Cijeruk Alas kaki 12 Cileungsi Aneka Minuman 13 Ciomas Alas kaki 14 Cisarua Aneka makanan/kue pelangi 15 Ciseeng Kerajinan Logam 16 Citeureup Kerajinan/logam 17 Dramaga Aneka minuman/minuman pala 18 Gunung Putri Kerajinan/sangkar burung 19 Gunung Sindur Aneka Makanan 20 Jasinga Kerajinan Kayu 21 Jonggol Aneka Makanan 22 Kemang Alas kaki 23 Klapa Nunggal Kerajinan/boneka 24 Leuwiliang Bahan bangunan/bata merah 25 Leuwi Sadeng Bahan bangunan/bata merah 26 Megamendung Aneka makanan/gemblong 27 Nanggung Kerajinan Logam 28 Pamijahan Aneka makanan/kue cincin 29 Parung Aneka Makanan 30 Parung Panjang Aneka Makanan 31 Rancabungur Aneka Makanan 32 Rumpin Aneka Makanan 33 Sukajaya Konveksi 34 Sukamakmur Aneka Minuman/Kopi 35 Sukaraja Aneka makanan/olahan ubi kayu 36 Tajur Halang Aneka Makanan 37 Taman sari Alas kaki 38 Tanjung sari Kerajinan Kayu 39 Tenjo Aneka Makanan 40 Tenjolaya Aneka makanan/cincau hitam Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2015 Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2015 Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Bogor, ) Industri Menengah Besar dan Industri Kecil Menengah Sektor industri terdiri Industri Menengah Besar dan Industri Kecil Menengah. Sektor industri menengah besar didominasi oleh industri agro dan industri logam dengan nilai investasi sebesar Rp ,- KABUPATEN BOGOR 20

21 dan Rp ,-. Selain unggul dalam nilai investasi, kedua industri ini juga unggul dalam jumlah unit usaha yaitu sebesar 240 unit usaha untuk industri agro dan 158 unit usaha untuk industri logam. Industri menengah besar yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah industri tekstil dan produk tekstil dengan jumlah tenaga kerja sebanyak orang. Potensi industri kecil menengah meliputi IKM hasil hutan dengan nilai investasi sebesar Rp ,- dari 205 unit usaha, IKM agro dengan nilai investasi sebesar Rp ,- dari 444 unit usaha serta IKM tekstil dan produk tekstil dengan nilai investasi sebesar Rp ,- dari 405 unit usaha. Sedangkan komoditi unggulan perdesaan industri kecil menengah (IKM) baik formal maupun non formal meliputi produk alas kaki, tas dan logam. Ketiga komoditi tersebut menjadi concern pemerintah daerah dalam pengembangannya yang meliputi beberapa kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.5. Tabel 1.5. No Kegiatan / Usaha / Sektor 1 Industri Industri Besar 2 Industri Kecil dan Menengah Komoditi Potensi Unggulan dan Komoditi Unggulan Kelompok Lapangan Usaha Industri Kabupaten Bogor Tahun 2015 Data 1 2 Jenis Potensi Unggulan Komponen Kendaraan bermotor Peralatan Kantor dari Logam Produksi / Populasi Keseluruhan pcs buah 3 Kemasan kaleng pcs Gunung Putri 4 Karoseri buah 5 Mesin Industri buah Lokasi Desa/Kecamatan Ciawi, Cibinong, Citeureup, Gn. Putri, Cileungsi, Sukaraja, Babakan Madang, Parung panjang Gunung Putri, Cileungsi, Cibinong, Citeureup Cileungsi, Babakan Madang, Sukaraja, Gunung Putri, Cibinong, Klapanunggal Ciampea, Cibinong, Gunung Putri, Citeureup, Cijeruk, Cileungsi Klapanunggal, Ciomas 6 Karet pcs Gunung Putri, Tajurhalang, ton Cileungsi, Cibinong, Ciampea lembar 7 Bahan Kimia ton Babakan madang, Cibinong 8 Air Kemasan liter Citeureup, Tamansari, Cijujung,Sukaraja, Klapanunggal, Ciampea, Cigombong, Ciseeng, Megamendung 9 Furniture ton Cileungsi, Gunungputi, Babakan buah madang, Cioteureup, Jonggol set 1 Konveksi/ Garment kodi Ciampea, Caringin, Ciawi, Ciseeng 2 Sepatu, sandal Tamansari, Ciomas, Dramaga, kodi dan tas Kemang, Cibungbulang KABUPATEN BOGOR 21

22 No Kegiatan / Usaha / Sektor Jenis Potensi Unggulan KABUPATEN BOGOR 22 Data Produksi / Populasi Keseluruhan Lokasi Desa/Kecamatan 3 Miniatur pesawat 720 buah Cikarawang, Dramaga, 4 Meubel bambu 150 set Cariu, Cibinong 5 Anyaman bambu pcs Rumpin, Tenjo, Tenjolaya, Cigudeg 6 Bunga kering tangkai Leuwisadeng, Tenjolaya Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, ) Penggalian dan Pertambangan Pada komoditi lapangan usaha penggalian dan pertambangan, pada umumnya sudah banyak diusahakan dengan pangsa pasar tersendiri. Namun demikian terdapat komoditi yang menjadi unggulan, antara lain : emas, perak dan andesit sebagai bahan konstruksi serta tanah liat dan batu kapur sebagai bahan baku semen. Dalam Tabel 1.6 berikut menyajikan komoditi potensi unggulan dan komoditi unggulan lapangan usaha penggalian dan pertambangan. Tabel 1.6. No Komoditi Potensi Unggulan dan Komoditi Unggulan Kelompok Lapangan Usaha Penggalian dan Pertambangan Kabupaten Bogor Tahun 2015 Kegiatan / Usaha / Sektor 1 Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan (ton) 2 Pertambangan Mineral Logam (kg) Jenis Potensi Unggulan Andesit Pasir dan Kerikil Trass Tanah Liat Batu Kapur Tanah Urug Andesit Lapuk Emas Perak Galena Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bogor, ) Pariwisata Data Produksi / Lokasi Populasi Desa/Kecamatan Keseluruhan ,57 Rumpin, Cigudeg ,40 Rumpin, Caringin, Jonggol Rumpin, Cigudeg, Parung ,47 panjang, Gunungsindur ,66 Klapanunggal, Citeureup ,21 Klapanunggal, Citeureup ,55 Rumpin ,45 Rumpin, Cigudeg 1.498,1172 Nanggung ,2332 Nanggung 5.360,81 Cigudeg Daya tarik wisata Kabupaten Bogor merupakan perpaduan antara karakter alamnya yang kuat, kebudayaan dan kepurbakalaan. Kawasan Puncak merupakan kawasan primadona yang sampai saat ini belum tergantikan. Berdasarkan dokumen RIPPARDA 2014 pengembangan pariwisata diarahkan menjadi 5 destinasi yaitu : 1) destinasi wisata perkotaan, 2) destinasi wisata MILE dan rekreasi, 3) destinasi wisata warisan budaya dan pendidikan, 4) destinasi wisata kreatif, dan 5) destinasi wisata ekowisata.

23 Jumlah wisatawan pada tahun 2015 sebanyak orang. Daya tarik wisata Kabupaten Bogor menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional, yaitu meliputi : a) Daya Tarik Wisata Alam Kawasan Puncak terletak di Selatan Bogor yang merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara m diatas permukaan laut (dpl), sehingga memiliki udara yang sejuk dan segar. Pada kawasan ini dapat dinikmati keindahan aneka obyek dan daya tarik wisata diantaranya : wisata Agro Gunung Mas, Telaga Warna, Curug Cilember, dan Taman Safari Indonesia. Selain itu banyak aktifitas wisata yang dapat dilakukan dengan setting alam diantaranya : tea walk, menunggang kuda, paralayang, outbond, fotografi dan lain-lain. Kawasan wisata dengan panorama alam yang indah dan berhawa sejuk tersebut telah didukung fasilitas camping ground, taman rekreasi, hutan wisata, hotel bintang dan non-bintang, tempat pertemuan dan seminar, sarana olah raga dan rumah makan/restoran. b) Daya Tarik Wisata Buatan Daya tarik wisata buatan dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah yang tidak memiliki potensi asli. Salah satu wisata buatan yang menjadi tujuan wisata terbesar di Kabupaten Bogor adalah Taman Safari Indonesia (TSI) di Kecamatan Cisarua Bogor. TSI merupakan taman satwa terbesar di Indonesia dengan jumlah spesies satwa asing dan lokal tidak kurang dari spesies. Jumlah kunjungan di TSI tahun 2015 tercatat orang. Selain Taman Safari Indonesia masih banyak daya tarik wisata buatan lainnya yang tersebar di Kabupaten Bogor yaitu : Taman Wisata Matahari, Sirkuit Sentul, Taman Rekreasi Lido, Junggle Land Sentul, Wisata Desa Kampung Bambu, Kampung Wisata Cinangneng, serta Museum Mobil dan Keramik Sentul. KABUPATEN BOGOR 23

24 c) Wisata Budaya Kabupaten Bogor memiliki berbagai atraksi seni dan budaya tradisional yang digelar dalam event Helaran secara rutin setiap tahun. Acara ini merupakan ajang atraksi seni dan budaya yang merupakan perwakilan dari masing-masing kecamatan. Objek wisata yang menjadi unggulan pada wisata budaya adalah Kampung Budaya Sindang Barang. Selain Kampung Budaya Sindang Barang, terdapat potensi wisata budaya unggulan lainnya seperti : Situs Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Adat Urug di Kecamatan Sukajaya, Bellacampa, Kampung Cina, Pura Parahyangan Agung Jagatkarta dan 19 Benda Cagar Budaya. Jenis daya tarik wisata di Kabupaten Bogor pada tahun 2015 selengkapnya disajikan dalam Tabel 1.7. Tabel 1.7. Daya Tarik Wisata Kabupaten Bogor Tahun 2015 No Nama Obyek Wisata Lokasi Kunjungan wisatawan Wisnus Wisman Jumlah 1 Taman Safari Indonesia Cisarua Talaga Warna Cisarua Wisata Agro Gunung Mas Cisarua Taman wisata riung Gunung Cisarua Curug Cilember Cisarua Taman rekreasi lido Cigombong Wana Wisata Bodogol Cigombong Taman Melrimba Cisarua Wana Wisata Citamiang Cisarua Curug Kembar/Batulayang Cisarua Curug Cikaracak Cisarua Curug Panjang Megamendung Taman Wisata Matahari Cisarua Wisata Desa Kampung Bambu Cijeruk Curug Nangka Tamansari Curug Sentul Paradise Babakan Madang Buper Sukamantri Tamansari Pemandian Air Panas GSE Pamijahan Curug Cigamea Pamijahan Curug Seribu Pamijahan Curug Ngumpet Pamijahan Wana Wisata Buper Gunung Bunder Pamijahan Eko Wisata kawah ratu Pamijahan Curug Jaksa Pamijahan Situs batu tulis Ciaruteun Cibungbulang Kampung Wisata Cinangneng Ciampea KABUPATEN BOGOR 24

25 No Nama Obyek Wisata Lokasi Kunjungan wisatawan Wisnus Wisman Jumlah 27 Goa Gudawang Cigudeg Pemandian Air Panas Tirta Sanita Ciseeng Kampung Budaya Sindang Barang Tamansari Museum Mobil & Keramik Sentul Citeureup RHU (Rekreasi dan Hiburan Umum) Kebun Wisata Pasir Mukti Citeureup TWA Gunung Pancar Babakan Madang Alam Fantasi/ Taman Budaya Babakan Madang Taman Wisata Mekarsari Cileungsi Penangkaran Rusa/WW Giri Jaya Tanjungsari Wana Wisata Cipamingkis Sukamakmur Aldepos Tenjolaya Wahana Curug Naga Wana Wisata Curug Arca Cibalung Happyland Cijeruk Jungleland Babakan Madang Waterpark Kingdom Cileungsi Kampung Wisata Rumah Joglo Ciampea Agrowisata Bukit Hambalang Babakan Madang Desa Wisata Kabupaten Bogor Jumlah Total Kunjungan Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor Gambaran Umum Demografis Secara umum, kondisi demografis Kabupaten Bogor dapat digambarkan bahwa penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 berjumlah jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki jiwa dan penduduk perempuan jiwa. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor tahun 2015 sebesar 2,41 persen dibandingkan tahun Data sex ratio penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2015 adalah sebesar 105, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 105 orang laki-laki. Hampir di semua kecamatan di Kabupaten Bogor memiliki sex ratio diatas 100, yang berarti berlaku umum bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut. Namun terdapat satu kecamatan yang nilai sex rationya di bawah 100, yaitu Kecamatan Gunung Putri sebesar 98, yang artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 98 orang laki-laki. Hal ini disebabkan sebagai daerah pengembangan usaha industri besar dan KABUPATEN BOGOR 25

26 sedang, tampaknya menarik minat banyak pekerja wanita untuk bekerja dan bermukim di wilayah Kecamatan Gunung Putri. Kondisi demografis Kabupaten Bogor sebagaimana diuraikan di atas secara ringkas disajikan pada Tabel 1.8. Tabel 1.8. Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun *) 2014 (Juni) 2015*) (Juni) No Kecamatan Laki-laki Perempuan L+P Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Nanggung Leuwiliang Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Tenjolaya Dramaga Ciomas Tamansari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Megamendung Sukaraja Babakan Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Kelapa Nunggal Gunung Putri Citeureup Cibinong Bojong Gede Tajur Halang Kemang Ranca Bungur Parung Ciseeng Gunung Sindur L+P KABUPATEN BOGOR 26

27 No Kecamatan Laki-laki 2014 (Juni) 2015*) (Juni) Perempuan L+P Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 35 Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Parung Panjang Kab. Bogor Sumber: BPS Keterangan : *) BPS, Angka Proyeksi Selanjutnya, dari piramida penduduk yang disusun berdasarkan kelompok umur 5 tahunan menunjukan bahwa penduduk di Kabupaten Bogor termasuk penduduk muda. Struktur penduduk muda biasanya diperlihatkan oleh panjang piramida kelompok umur 5-9 dan tahun lebih panjang dari pada kelompok umur lainnya. Hal ini terlihat jelas dari Gambar 1.2. dimana bentuk piramidanya cenderung mengerucut di bagian atas. Atau dapat diartikan juga, ada kecenderungan komposisi penduduk Kabupaten Bogor di masa depan akan semakin didominasi oleh penduduk usia produktif. Gambar 1.2. Piramida Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2015 Berdasarkan Hasil Proyeksi L+P Sementara itu, penggolongan usia produktif atau tidak produktif berdasarkan kriteria sebagai berikut : KABUPATEN BOGOR 27

28 1. Penduduk Usia Tidak Produktif jika persentase penduduk 0-14 tahun minimal sebanyak 40 persen dan penduduk 65 tahun ke atas tidak melebihi 5 persen dari total penduduk secara keseluruhan; 2. Penduduk Usia Produktif jika persentase penduduk yang berusia 0-14 tahun maksimal 30 persen dan penduduk yang berusia tahun persentasenya lebih dari 60 persen. Tabel 1.9. Jumlah Penduduk Per Kelompok Umur Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor Tahun 2015 Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah L+P Persentase (%) , , , , , , , , , , , , , , , ,95 Jumlah ,00 Sumber : BPS, Proyeksi Hasil SP 2010 Dari gambaran Tabel 1.9 dapat kita lihat bahwa komposisi penduduk Kabupaten Bogor merupakan penduduk usia produktif dimana penduduk usia (15-64) tahun sebanyak 65,08 persen, sedangkan penduduk usia non produktif (0-14) tahun sebanyak 31,81 persen, dan usia 65 tahun ke atas sebanyak 3,11 persen. Hal ini memberikan indikasi bahwa permasalahan ketenagakerjaan di Kabupaten Bogor merupakan pekerjaan rumah yang harus mendapat perhatian serius. Penghitungan penduduk usia produktif dan tidak produktif erat kaitannya dengan rasio beban ketergantungan (Burden of Dependency Ratio). Rasio beban ketergantungan merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk berusia 65 tahun ke atas terhadap jumlah penduduk yang berusia tahun. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa rasio ketergantungan anak di Kabupaten Bogor tahun 2015 sebesar 48,89 persen dan rasio ketergantungan lanjut sebesar 4,78 persen atau secara keseluruhan angka beban ketergantungan Kabupaten Bogor sebesar 53,67 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa untuk setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung sebanyak 53 penduduk yang tidak/belum produktif. KABUPATEN BOGOR 28

29 Proporsi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha merupakan salah satu indikator untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja, dan sebagai salah satu ukuran untuk menunjukkan struktur perekonomian suatu wilayah. Pada Tabel Tabel Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun Lapangan Usaha Jumlah % Jumlah % 1. Pertanian , ,17 2. Pertambangan & Penggalian , ,22 3. Industri Pengolahan , ,88 4. Listrik, Gas dan Air Minum , ,33 5. Konstruksi , ,50 6. Perdagangan, Hotel & Restoran , ,08 7. Transportasi & Komunikasi , ,07 8. Lembaga Keuangan , ,94 9. Jasa Sosial Kemasyarakatan , ,80 J u m l a h ,00 Sumber : Indikator Ekonomi Daerah Tahun 2015-BPS Secara total, jumlah penduduk bekerja di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari orang pada tahun 2013 menjadi orang tahun 2014 (meningkat 0,30%). Tabel di atas memperlihatkan bahwa ada 2 (dua) sektor mengalami penurunan dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sektor Transportasi dan Komunikasi serta sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan, 7 (tujuh) sektor mengalami peningkatan, yaitu sektor-sektor : Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Minum; Konstruksi; Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Lembaga Keuangan. Komposisi di atas menunjukkan adanya transisi pergeseran sektor penyerapan tenaga kerja Kabupaten Bogor dari sektor Jasa, ke sektor Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Minum; Konstruksi; Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Lembaga Keuangan. Struktur pendidikan penduduk bekerja di Kabupaten Bogor secara umum dapat dilihat pada Gambar SD 2. SLTP 3. SLTA 4. PT Gambar 1.3. Penduduk Bekerja Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Bogor Tahun KABUPATEN BOGOR 29

30 1.5 Sistematika Penyajian Laporan Kinerja adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan kewajiban suatu Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pencapaian sasaran strategis organisasi yang berkaitan dengan Visi dan Misi organisasi melalui berbagai program dan kegiatan tahunan. Sistematika Laporan Kinerja Kabupaten Bogor tahun 2015 disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tatat Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Alur pikir penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor tahun 2015 dan keterkaitan dengan Laporan Kinerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) disajikan dalam Gambar 1.4. Gambar 1.4. Alur Pikir Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 PEMDA KAB. BOGOR UNIT KERJA RPJMD KAB. BOGOR RENSTRA SKPD RKPD 2015 RENJA 2015 RAPBD 2015 RKA 2015 APBD 2015 DPA 2015 JANKIN PEMDA 2015 JANKIN SKPD 2015 LKPJ 2015 LAPORAN KINERJA 2015 LKD KONSOLIDASI 2015 Laporan Kinerja SKPD 2015 LKSKPD 2015 Sumber : Hasil Analisis Tim, 2015 KABUPATEN BOGOR 30

31 Alur pikir pengukuran kinerja pencapaian sasaran Pemerintah Kabupaten Bogor mengikuti alur pikir sebagaimana disajikan dalam Gambar 1.5. Gambar 1.5. Alur Pikir Pengukuran Kinerja Sumber : Hasil Analisis Tim, 2015 Adapun sistematika Penyusunan Laporan Kinerja Kabupaten Bogor Tahun Anggaran 2015 dan ringkasan dari masing-masing Bab adalah sebagai berikut : RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN Berisi uraian tentang Latar Belakang, Organisasi Pemerintah Kabupaten Bogor, Kondisi Ekonomi, Gambaran Umum Demografis, Sistematika Penyajian. PERENCANAAN KINERJA Berisi gambaran singkat mengenai RPJMD Kabupaten Bogor Tahun dan Perjanjian Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015, RPJMD menguraikan secara singkat pernyataan visi dan misi Kabupaten Bogor, Perjanjian Kinerja menguraikan sasaran strategis Kabupaten Bogor tahun AKUNTABILITAS KINERJA Berisi uraian hasil pencapaian kinerja 25 (dua puluh lima) penciri, pencapaian indikator makro, serta evaluasi dan analisis akuntabilitas pencapaian sasaran tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014 dan akhir RPJMD termasuk didalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan/ kegagalan, hambatan/kendala, dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipasi yang akan diambil, Selain itu juga menyajikan realisasi keuangan KABUPATEN BOGOR 31

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR RINGKASAN APBD MENURUT TAHUN ANGGARAN 205 KODE PENDAPATAN DAERAH 2 3 4 5 = 4 3 URUSAN WAJIB 5,230,252,870,000 5,84,385,696,000 584,32,826,000 0 PENDIDIKAN 0 0 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean Government ) merupakan prasyarat bagi setiap Pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR LAPORAN KINERJA 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Prolap Inspektorat Kabupaten Bogor 2017 www.bogorkab.go.id KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean Government ) merupakan prasyarat bagi setiap Pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR LAPORAN KINERJA 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Prolap Inspektorat Kabupaten Bogor 2015 www.bogorkab.go.id KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2012

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2012 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PAJAK DAERAH PADA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 7. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS

DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS DATA UMUM 1. KONDISI GEOGRAFIS Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,31 Ha. Secara geografis terletak di antara 6⁰18'0" 6⁰47'10" Lintang Selatan dan 106⁰23'45" 107⁰13'30" Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun

TABEL 1 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun Data dan informasi perencanaan pembangunan daerah yang terkait dengan indikator kunci penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana yang diinstruksikan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013

REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BOGOR 2013 1. Program dan Kegiatan Pada Tahun Anggaran 2013, Dinas Peternakan dan Perikanan memberikan kontribusi bagi pencapaian

Lebih terperinci

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan

Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan LAMPIRAN XXIII PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR : 43 TAHUN 2014 TANGGAL : 22 DESEMBER 2014 RENCANA STRATEGIS DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR 3.7. Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor

V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR. Tabel. 22 Dasar Perwilayahan di Kabupaten Bogor V. KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN DAYA BELI MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Pemerintah Kabupaten Bogor dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Republik

Lebih terperinci

Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB.

Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB. LAPORAN PANITIA KHUSUS DPRD KABUPATEN BOGOR PEMBAHAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH Bismillaahirrohmanirrohiim Assalamu`alaikum WR.WB. Disampaikan pada : RAPAT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak dan Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Propinsi Jawa Barat yang pada tahun 2004 memiliki luas wilayah 2.301,95 kilometer persegi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi kepada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ir. SITI NURIANTY, MM Jabatan : Kepala

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 204.468 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Bogor Tahun 2013 sebanyak 134 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun Indikator Rencana Tahun 2013

Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun Indikator Rencana Tahun 2013 Rumusan Kebutuhan Program dan Kegiatan Tahun 2013 SKPD : DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN Indikator Rencana Tahun 2013 URUSAN WAJIB BIDANG URUSAN KETAHANAN PANGAN 01 Program Pelayanan Administrasi 1,471,222,000

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6 18 0 6 47 10 Lintang Selatan dan 106 23 45 107 13 30 Bujur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate

I. PENDAHULUAN. global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim merupakan isu global yang menjadi sorotan dunia saat ini. Perubahan iklim ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata bumi secara global. Peningkatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA

Lebih terperinci

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang.

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang. BAB I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme telah secara tegas mengamanatkan tata kelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rancangan Awal Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rancangan Awal Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Tahun I - 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I PENDAHULUAN... I1 1.1. Latar Belakang... I1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I5 1.3 Maksud dan Tujuan... I10 1.4. Sistematika Penulisan... I11 BAB II

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014-2018 SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN KETERANGAN 1 2 3 4 5 1 Tercapainya peningkatan 1 Program

Lebih terperinci

PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR PERUBAHAN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 3 BAB I PENDAHULUAN...... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Landasan Hukum... I-5 1.3 Maksud dan Tujuan... I-9 1.4.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT SALINAN GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 232

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA B U P A T I WAKIL BUPATI

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA B U P A T I WAKIL BUPATI LAMPIRAN I : PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA B U P A T I WAKIL BUPATI DPRD DAERAH STAF AHLI Keterangan : INSPEKTORAT BAPPEDA : Garis Hubungan Kemitraan SATUAN POLISI PAMONG PRAJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG DINAS-DINAS DAERAH PADA PEMERINTAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN BINTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2008 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 5TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial. Sumberdaya Manusia HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spasial Pembangunan Manusia dan Sosial Sumberdaya Manusia Data yang diperoleh dari Factor Score sebanyak 11 data. Ada 3 faktor yang terkait dengan tingkat pendidikan guru mengajar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI LANDAK, : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti pertanian dan kehutanan, pemukiman penduduk, komersial, dan penggunaan untuk industri serta

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

SKPD : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

SKPD : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Kode Program/ Keluaran Hasil 2 URUSAN PILIHAN 2 03 BIDANG URUSAN ENERGI DAN SUMBER SUMBER DAYA MINERAL 2 03 01 Program Pelayanan - - 30,126,626,000 30,126,626,000

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA 1 1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN LINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Berdasarkan data

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...3 PENDAHULUAN...I Latar Belakang Landasan Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...3 PENDAHULUAN...I Latar Belakang Landasan Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...3 BAB I PENDAHULUAN......I-1 1.1. Latar Belakang...... I-1 1.2. Landasan Hukum...... I-5 1.3 Maksud dan Tujuan...... I-9 1.4. Sistematika Penulisan...... I-9

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BOYOLALI

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BOYOLALI - 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang

Lebih terperinci

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor

Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH, STAF AHLI DAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 13 TAHUN 2011 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG DINAS-DINAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG Nomor : W10-A24/3122a/Hk.00.4/XII/2010

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG Nomor : W10-A24/3122a/Hk.00.4/XII/2010 PENGADILAN AGAMA CIBINONG Jl. Bersih No. 1 Komplek Pemda Kabupaten Bogor Telepon/Faks. (021) 87907651 Kode Pos 16914 Cibinong E-mail : pa.cibinong@gmail.com KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA CIBINONG TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

Lebih terperinci

4. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Re

4. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Re DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DATA UMUM KONDISI GEOGRAFIS, PEMERINTAHAN DAN DEMOGRAFIS SERTA INDIKATOR KINERJA MAKRO

DAFTAR ISI DATA UMUM KONDISI GEOGRAFIS, PEMERINTAHAN DAN DEMOGRAFIS SERTA INDIKATOR KINERJA MAKRO DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... ii i BAGIAN I 1. Kondisi Geografis DATA UMUM KONDISI GEOGRAFIS, PEMERINTAHAN DAN DEMOGRAFIS SERTA INDIKATOR KINERJA MAKRO 2. Pemerintahan Tabel 1 Jumlah dan Luas

Lebih terperinci

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH LAUT,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008

KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008 Katalog BPS 1403.3201 KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA 2008 BOGOR REGENCY IN FIGURES 2008 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOGOR KABUPATEN BOGOR DALAM ANGKA TAHUN 2008 ISSN : 0215-417X Publikasi / Publication

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BREBES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA 1 1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR : 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 38 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 7 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa merupakan unit terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia namun demikian peran, fungsi dan kontribusinya menempati posisi paling vital dari segi sosial dan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 130 TAHUN 2016 T E N T A N G POLA KOORDINASI PERANGKAT DAERAH

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 130 TAHUN 2016 T E N T A N G POLA KOORDINASI PERANGKAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 130 TAHUN 2016 T E N T A N G POLA KOORDINASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH LAMPIRAN 1 BUPATI BANYUWANGI WAKIL BUPATI BANYUWANGI DAERAH STAF AHLI KELOMPOK JABATAN ASISTEN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN ASISTEN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Arahan Pemanfaatan Daya Dukung Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor... (Kurniasari dkk.) ARAHAN PEMANFAATAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR (Direction of Using Carrying Capacity Agricultural

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan

Lebih terperinci

KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH 19 NOPEMBER 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK ORGANISASI PEMERINTAHAN KABUPATEN KEPAHIANG

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG 1 BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI ROKAN HULU TAHUN 2011 NO NOMOR PERBUP TENTANG HAL 1 1 TAHUN 2011 PENGELUARAN KAS MENDAHULUI

DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI ROKAN HULU TAHUN 2011 NO NOMOR PERBUP TENTANG HAL 1 1 TAHUN 2011 PENGELUARAN KAS MENDAHULUI DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI ROKAN HULU TAHUN 2011 NO NOMOR PERBUP TENTANG HAL 1 1 TAHUN 2011 PENGELUARAN KAS MENDAHULUI PENETAPAN APBD TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK BELAJAR PEMILUKADA DAN BELAJAR YANG BERSIFAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, TIPE, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG L PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci