BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis vegetasi 5.2 Korelasi Model Arsitektur Pohon dengan Parameter Konservasi Tanah dan Air

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi 5.2 Model Arsitektur Pohon

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

BAB III BAHAN DAN METODE

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN EROSI DAN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI SISTEM TANAM DI TANAH TERDEGRADASI SKRIPSI. Vivin Alviyanti NIM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EROSI DAN SEDIMENTASI

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan dalam 5 kali periode hujan pada lahan pertanian jagung dengan

METODE Waktu dan Tempat Metode Penelitian Analisis Vegetasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

KONSERVASI TANAH DAN AIR DI LAHAN TAMAN HUTAN RAYA: UPAYA PENCEGAHAN DAN PERBAIKAN KERUSAKAN. Syekhfani

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung (intangible). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

KONDISI BEBERAPA KOMPONEN HIDROLOGI PADA TEGAKAN SENGON WURI HANDAYANI DAN EDY JUNAIDI

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Model Arsitektur Pohon

PENDAHULUAN. Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk meningkatkan. produktivitas lahan yang kurang produktif, meningkatkan kualitas lingkungan

TINJAUAN PUSTAKA Model Arsitektur Pohon

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

HASIL Keadaan Umum Lokasi Penelitian Status Kawasan Luas dan Batas Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

Yeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

2. TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

RESPON KETAHANAN SIFAT FISIK ULTISOL TERHADAP PENGGANTIAN HUTAN SEKUNDER DENGAN TANAMAN AKASIA DAN PINUS

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara

cukup tua dan rapat, sedang hutan sekunder pada umumnya diperuntukkan bagi tegakantegakan lebih muda dengan dicirikan pohon-pohonnya lebih kecil.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

Erosi. Rekayasa Hidrologi

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditanam di Amerika yang beriklim tropis, misalnya Mexico, Amerika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Permukaan dan Erosi Tanah

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB VI R E K O M E N D A S I

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

Transkripsi:

32 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis vegetasi Terdapat kesamaan jenis vegetasi yang dominan antara area PHBM dengan area hutan. Pada fase pohon jenis yang dominan pada area PHBM yaitu rasamala (A. excelsa), demikian pula dengan area PHBM. Selain memiliki kesamaan jenis vegetasi dominan pada fase pohon, terdapat kesamaan pada tumbuhan bawah (ground cover) yang dominan pada area PHBM dan area hutan yaitu rumput jampang piit (O. compositus). Jumlah jenis pohon yang terdapat di area PHBM hanya terdiri dari dua jenis, yaitu rasamala (A. excelsa) dan puspa (S. wallichii). Pada area hutan terdapat 7 jenis pohon dengan total individu sebanyak 16 individu. Jumlah jenis pohon berkaitan dengan jumlah model arsitektur pohon. 5.2 Korelasi Model Arsitektur Pohon dengan Parameter Konservasi Tanah dan Air Semakin banyak jumlah jenis vegetasi pada suatu area memungkinkan semakin banyak model arsitektur pada area tersebut. Pada area PHBM hanya terdiri dari dua jenis tumbuhan. Kedua jenis tumbuhan tersebut memiliki model arsitektur pohon yang sama yaitu rauh. Pada area hutan terdapat 7 jenis tumbuhan, dari 7 jenis tumbuhan tersebut ditemukan 5 jenis arsitektur pohon yaitu arsitektur pohon model rauh, roux, attims, prevost, dan stone. Hal ini semakin memperkuat pernyataan Halle et al. (1978) bahwa setiap jenis tumbuhan memiliki satu jenis model arsitektur yang yang khas, namun satu jenis model arsitektur pohon dapat dimiliki oleh banyak jenis tumbuhan. Jenis arsitektur pohon berkaitan dengan proses translokasi air hujan pada suatu area. Masing-masing jenis arsitektur memiliki pengaruh yang berbeda pada proses translokasi air hujan tersebut. Kombinasi dari beberapa model arsitektur pada suatu area memungkinkan terjadinya perpaduan peran dari model arsitektur pohon.

33 Model arsitektur pohon berlaku bagi tumbuhan pada fase pohon. Walaupun demikian, model arsitektur pohon ditentukan dari pertumbuhan meristem apikal yang terjadi sejak tumbuhan pada fase anakan. Pada area PHBM terdapat vegetasi kopi arabika yang merupakan vegetasi dominan pada fase anakan. Kopi arabika memiliki ciri morfolgi batang yang monopodial dengan percabangan kontinyu, pola percabangan plagiotrop, pola perbungaan lateral, serta tajuk yang bertingkat (Gambar 8). Berdasarkan ciri morfolgi tersebut, kopi arabika memiliki model arsitektur jenis roux. Gambar 8 Bentuk morfologi kopi arabika. 5.2.1 Curahan tajuk Jumlah curahan tajuk pada area PHBM lebih rendah dari area hutan, walaupun dalam selisih yang kecil (0.34 mm). Banyaknya air yang menembus tajuk secara langsung dipengaruhi oleh jenis tumbuhan dan kerapatan tajuk tumbuhan (Arsyad 2006). Pohon rasamala dengan model arsitektur rauh mempunyai bentuk tajuk bulat (Sutisna et al 1998). Tajuk pohon rasamala tersebut menghalangi air hujan sehingga tidak langsung jatuh ke permukaan tanah (Gambar 9).

34 Gambar 9 Translokasi air hujan pada model arsitektur pohon jenis rauh (Athtorick 2000). Jumlah pohon pada area PHBM lebih banyak dari jumlah pohon pada area hutan, sehingga tajuk tumbuhan pada area PHBM lebih rapat dari tajuk tumbuhan pada area hutan. Semakin rapat tajuk tumbuhan pada suatu area, maka curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah semakin terhalang oleh tajuk tumbuhan tersebut. Dengan demikian jumlah curahan tajuk akan semakin kecil. Selain jenis tumbuhan dan kerapatan tajuk, kondisi cuaca terutama kecepatan angin juga turut mempengaruhi besarnya curahan tajuk yang terjadi (Amstrong & Mitchell, diacu dalam Arsyad 2006). Kondisi tajuk sebelum hujan juga turut mempengaruhi jumlah curahan tajuk yang terjadi. Selain itu, terdapat faktor iklim yang mempengaruhi terjadinya curahan tajuk yaitu, suhu dan kecepatan angin. 5.2.2 Aliran batang Translokasi air hujan menjadi aliran batang berkaitan erat dengan keadaan tajuk suatu tumbuhan. Sebelum menjadi aliran batang, air hujan terlebih dahulu sampai ke lapisan tajuk yang kemudian mengalir melalui ranting hingga ke batang, sehingga apabila strata tajuk yang dimiliki suatu tumbuhan dan tajuk antar tumbuhan tidak terlalu rapat maka akan menyebabkan aliran batang yang terjadi juga tinggi, berbanding lurus dengan jumlah curahan tajuk. terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah aliran batang, yaitu jenis arsitektur pohon, kulit batang, struktur tegakan, bentuk batang, serta bentuk dan posisi daun (Kitteredge 1948 & Voigt 1960, diacu dalam Aththorick 2000). Model arsitektur rauh pada rasamala pada dasarnya memungkinkan aliran batang yang

35 terjadi lebih tinggi dari curahan tajuk (Firoroh 2009). Bentuk percabangan orthotropik pada model arsitektur rauh menyebabkan air yang tertahan pada lapisan tajuk mengalir melalui cabang menuju batang, sehingga jumlah aliran batang lebih tinggi dari curahan tajuk. Pada kondisi curah hujan yang rendah, air hujan yang sampai ke tumbuhan terlebih dahulu mengisi pori-pori dan permukaan batang secara keseluruhan. Setelah permukaan batang mulai jenuh dengan air hujan, kemudian dialirkan ke permukaan tanah sebagai aliran batang (Arrijani 2006). Jumlah aliran batang dipengaruhi oleh kulit batang dan sudut antara batang dan cabang (Parker 1983). Tumbuhan rasamala pada area hutan yang diukur jumlah aliran batang dan curahan tajuknya memiliki keliling batang sebesar 270 cm, dengan demikian tumbuhan rasamala ini memiliki pori-pori yang sangat banyak untuk dapat terisi oleh air hujan. Hal tersebut menyebabkan jumlah aliran batang yang terjadi pada tumbuhan rasamala di area hutan sangat sedikit. 5.2.3 Aliran Permukaan Proses terjadinya aliran permukaan merupakan akibat dari berbagai faktor, yaitu translokasi dan sumber air (Chang 2006). Proses translokasi aliran permukaan dipengaruhi jumlah aliran batang dan curahan tajuk yang dihasilkan oleh vegetasi yang terdapat pada suatu area. Pada area PHBM dengan tegakan utama pohon rasamala yang memiliki model arsitektur rauh memiliki nilai aliran batang yang tinggi. Sehingga aliran permukaan dipengaruhi oleh nilai aliran batang. Semakin tinggi nilai aliran batang maka semakin tinggi aliran permukaan yang terjadi. Namun dengan adanya tumbuhan kopi termasuk dalam tegakan anakan dengan model arsitektur roux pada area PHBM (Gambar 10), jumlah aliran permukaan yang terjadi berkurang. Hal tersebut diakibatkan curahan tajuk yang jatuh dari pohon rasamala tidak langsung mengenai tanah dan menjadi aliran permukaan, melainkan terlebih dahulu sampai ke tajuk vegetasi kopi. Model arsitektur roux pada kopi memungkinkan jumlah curahan tajuk lebih rendah dari aliran batang. Hal tersebut dikarenakan adanya tajuk yang berlapis pada tumbuhan kopi.

36 Gambar 10 Vegetasi rasamala dengan model arsitektur rauh dan kopi dengan model arsitektur roux pada area PHBM. Sedangkan vegetasi yang terdapat pada lahan terbuka merupakan jenis tumbuhan penutup tanah (ground cover) berupa semak dan rerumputan. Pada dasarnya, tumbuhan penutup tanah berperan untuk menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah (Dariah 2004, Morgan 2005). Namun penutupan tajuk tumbuhan penutup tanah yang tidak terlalu rapat, menyebabkan tingginya jumlah aliran permukaan pada lahan terbuka. Air hujan yang turun, langsung jatuh ke tanah dan mengalir sebagai aliran permukaan. Pada hutan alami, perlintasan hewan biasanya meninggalkan jalan setapak yang menyebabkan penutupan groundcover menjadi jarang, dan merupakan pemicu pertama terbentuknya jalur aliran permukaan walaupun tingkatannya masih belum terlalu membahayakan (Van Noordwijk et al. 2004). Berdasarkan santosa (1985) pengaruh vegetasi penutup tanah ditentukan oleh sifat-sifat berikut, yaitu sifat tajuk vegetasi dan serasahnya dalam menahan curahan air hujan, sifat serasah dalam membentuk humus, serta sifat pohon dan semak belukar dalam menghambat aliran permukaan. Pohon rasamala merupakan jenis tumbuhan daun lebar yang serasah daunnya mudah untuk didekomposisi, sehingga membentuk lapisan humus yang dapat meningkatkan daya serap tanah terhadap air curahan hujan yang jatuh. Oleh karena itu, pada area dibawah tegakan pohon rasamala seperti pada area PHBM aliran permukaan yang terjadi lebih rendah. Sedangkan pada area hutan, terdapat berbagai macam jenis tumbuhan

37 dengan daun yang memiliki kemampuan membentuk humus yang berbeda. Tumbuhan damar (Aghatis damara L.) yang terdapat pada area hutan memiliki daun yang relatif lebih tebal sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk membentuk lapisan humus. Sehingga kemampuan menyerap air pada area hutan lebih rendah dari area PHBM. Dengan demikian jumlah aliran permukaan yang terjadi pada area hutan lebih besar dari area PHBM. Tekstur tanah juga mempengaruhi terjadinya aliran permukaan. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan kecil sehingga sulit menyerap atau menahan air dan dapat memperbesar terjadinya aliran permukaan (Harjdowigeno 2010). Sedangkan tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan besar sehingga kemampuan untuk menahan air lebih besar dan dapat memperkecil terjadinya aliran permukaan. Tanah pada area PHBM rasamala lebih rendah dari pada area hutan, lahan terbuka memiliki tekstur pasir yang lebih tinggi dari area PHBM rasamala dan area hutan. Oleh karena itu jumlah aliran permukaan pada area hutan lebih tinggi dari area PHBM rasamala, dan jumlah aliran permukaan pada lahan terbuka lebih tinggi dari area PHBM rasamala dan hutan. 5.2.4 Erosi Tanah Kejadian erosi berkaitan dengan aliran permukaan yang terjadi pada suatu area. Selain itu, bentuk kanopi vegetasi pada suatu area juga turut mempengaruhi tejadinya erosi (Cameron 2007). Kehadiran tumbuhan bawah (groundcover) mempengaruhi jumlah tanah yang terbawa sebagai erosi oleh aliran permukaan. Semakin banyak tumbuhan bawah pada suatu area, partikel tanah yang terbawa aliran permukaan akan tertahan oleh tumbuhan bawah tersebut, sehingga jumlah tanah yang tererosi menjadi kecil (Tabel 11). Tumbuhan kopi berumur 2 tahun yang berada diantara tumbuhan rasamala pada area PHBM mengurangi jumlah aliran permukaan yang terjadi. Keberadaan tanaman kopi menyebabkan tanah yang terbawa aliran permukaan tertahan. Berdasarkan hasil penelitian (Hartobudoyo dalam Dariah et al. 2005), 90% perakaran tanaman kopi terkonsentrasi di lapisan tanah antara 0-30 cm. Sistem perakaran tersebut menyebabkan terbentuknya tenunan akar halus di lapisan permukaan yang

38 mengikat agregat tanah. Selain tumbuhan bawah, kehadiran tumbuhan berkayu juga dapt mengurangi daya rusak hujan (Yusmandhany 2002). Jumlah aliran permukaan yang besar memungkinkan tanah yang tererosi juga besar (Hardjowigeno 2010). Sifat-sifat tanah berupa tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan bawah dan kesuburan tanah juga turut mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi (Hardiyatmo 2006). Area terbuka ini memiliki tekstur debu (51%) yang yang lebih tinggi dari pada liat (39%) dan pasir (10%) (Lampiran 15). Berdasarkan Hardjowigeno 2010 semakin tinggi kandungan debu dalam tanah, maka tanah makin peka terhadap erosi. kekuatan air hujan yang jatuh juga langsung menghancurkan partikel tanah sehingga terjadi erosi. 5.3 Pengaruh Parameter Konservasi Tanah dan Air Terhadap Erosi Berdasarkan hasil analisis komponen utama, curah hujan, curahan tajuk, aliran batang, aliran permukaan, dan erosi yang terjadi pada masing-masing area memiliki nilai korelasi yang berbeda. Pada area PHBM, terdapat korelasi yang sangat erat antara aliran batang dengan aliran permukaan. Nilai korelasi antara aliran batang dengan aliran permukaan sebesar 0.94. Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi erosi pada area PHBM ini adalah aliran permukaan dengan nilai korelasi 0.66. Keeratan korelasi antar variabel ini juga tercermin dalam Gambar 11(a). Pada area PHBM, aliran batang yang terjadi lebih tinggi dari curahan tajuk. Pada dasarnya air hujan yang jatuh mengenai tumbuhan akan jatuh ke tanah menjadi curahan tajuk dan aliran batang yang menyebabkan terjadinya aliran permukaan (Athtorick 2005). Dengan demikian besarnya aliran batang akan mempengaruhi besarnya aliran permukaan yang terjadi. Pada area hutan, korelasi yang sangat erat terjadi pada variabel aliran batang dan aliran permukaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai korelasi antara aliran batang dan aliran permukaan yang lebih tinggi dari variable yang lain, yaitu 0.92. Keeratan hubungan tersebut berarti bahwa semakin tinggi aliran batang yang terjadi, maka semakin tinggi pula jumlah aliran permukaan yang terjadi.

39 Hasil analisis komponen utama pada area hutan menunjukkan bahwa aliran batang merupakan komponen utama yang mempengaruhi terjadinya erosi. Nilai korelasi antara aliran batang terhadap erosi yaitu 0.74. Kereatan korelasi antar variabel yang terjadi pada area hutan juga tergambar dalam Gambar 11 (b). Berdasarkan hasil analisis komponen utama mengenai korelasi antara model arsitektur rauh pada rasamala (A. excelsa) terhadap parameter konservasi tanah dan air pada area PHBM dan area hutan, diperoleh kesimpulan bahwa aliran batang merupakan komponen utama yang mempengaruhi terjadinya erosi. Erosi merupakan salah satu indikator konservasi tanah dan air. 1.0 0.8 ET 1.00 0.75 ET Komponen kedua 0.6 0.4 0.2 0.0-0.2 CT AP AB CH Komponen kedua 0.50 0.25 0.00-0.25-0.50 AB CH AP CT -0.4-0.2-0.1 0.0 0.1 0.2 Komponen pertama 0.3 0.4 0.5-0.2-0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 Komponen Pertama 0.4 0.5 (a) (b) Komponen kedua 1.00 0.75 0.50 0.25 0.00 AP Keterangan: CH: Curah Hujan CT: Curahan Tajuk AB: Aliran Batang AP: Aliran Permukaan ET: Erosi tanah -0.25 ET CH -0.50-0.2-0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 Komponen pertama 0.4 0.5 0.6 (c) Gambar 11 korelasi antar variabel (a) area PHBM, (b)hutan dan (c) Lahan terbuka Pada lahan terbuka, parameter konservasi hanya terdiri dari variabel curah hujan, aliran permukaan dan erosi. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya vegetasi berupa tumbuhan berkayu ataupun tumbuhan dengan tegakan pohon.

40 Curah hujan memiliki korelasi yang erat dengan erosi (Gambar 11c). Nilai korelasi antara variabel curah hujan terhadap erosi yaitu 0.71, lebih tinggi dari variable yang lain. Daya rusak hujan akibat tidak terdapatnya tumbuhan tinggi menyebabkan tingginya tingkat erosi yang terjadi. Secara fisik erosi dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu hujan dan aliran permukaan (Cheng 2006). Ketidakhadiran tumbuhan tinggi menyebabkan air hujan langsung jatuh ke tanah sehingga daya rusak air hujan tinggi. Tumbuhan tinggi memiliki perakaran yang dalam dan mampu meresapkan air ke dalam tanah sekaligus menahan tanah dari erosi permukaan (Widiriani et al. 2009)