BAB I PENDAHULUAN. dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global, Hamalik (2001).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan. masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran IPA. Selain itu mata pelajaran IPA sebagai objek penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk mencapai tujuan. yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

BAB 1 PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di tingkat dasar dan menengah. IPS tidak hanya mendengarkan,

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia khususnya dalam bidang pendidikan.

1. PENDAHULUAN. didapatkan nilai rata-rata tes formatif materi pokok larutan elektrolit dan redoks kelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mana yang benar dan salah, dengan pikiran manusia dapat berpikir bahwa dia

*Keperluan Korespondensi, tel/fax: (0271) /648939, ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu dari ilmu dasar yang harus dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, dan hanya dapat dipahami oleh sedikit orang. Ini adalah pandangan

PROSIDING ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. hlm Teacher centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik apa yang akan dilakukan dalam kelas selama pertemuan berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Matematika beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh

tenaga (sumber daya manusia) yang memiliki pengetahuan matematika yang cukup. Menyadari pentingnya peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Wendri, Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

I. PENDAHULUAN. proses tersebut diperlukan guru yang memberikaan keteladanan, membangun

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar Negeri Petung Panceng Gresik sebagai lembaga pendidikan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. menambah sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran.

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia

Kata kunci: Aktivitas, Hasil belajar Matematika, dan Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib

BAB I PENDAHULUAN. aktif yaitu ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru bidang studi Kimia kelas

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang mempunyai peran sangat besar dalam kehidupan sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran di sekolah saat ini sangat menekankan pada konsep teoritis

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TGT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran didalam kelas khususnya sekolah dasar sangat. membutuhkan ketrampilan guru dalam memilih dan menerapkan strategi.

BAB I PENDAHULUAN. Media,2003), hlm 6. 1 UU RI No.20 th 2003 Bab II pasal 3 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Fokus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan merupakan modal suatu bangsa untuk dapat berkembang secara optimal. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang sangat kuat dalam bidang teknologi, menejemen dan sumber daya manusia (SDM), maka diperlukan pengelolaan pendidikan yang mampu mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global, Hamalik (2001). Melalui pendidikan matematika diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir logis, rasional, analisis, dan kritis pada peserta didik dalam rangka mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas peserta didik sehingga mampu bersaing dalam segala bidang, antara lain 1) penyempurnaan kurikulum, 2) pengembangan silabus dan buku ajar, 3) penataran dan sertifikasi guru, 4) pendekatan pengajaran, dan 5) teknik-teknik dalam pengajaran, Dimyati dan Mudjiono (2001). Proses pembelajaran matematika yang baik perlu menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran sangat diperlukan untuk menciptakan suasana proses pembelajaran yang menyenangkan, agar siswa tertarik dan ikut aktif dalam proses pembelajaran tersebut. 1

2 Dalam memikirkan model pembelajaran yang sebaiknya dipergunakan dalam pembelajaran, maka perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan dalam pembelajaran secara sebaikbaiknya, jangan sampai model pembelajaran itu sendiri dapat menghambat atau memperlambat dalam tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas peserta didik nampaknya belum optimal. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas, diperoleh informasi bahwa peranan guru dalam proses pembelajaran di kelas masih relatif dominan, tercermin dari adanya dominasi guru dalam mengelola pembelajaran di kelas, guru lebih banyak berceramah kemudian diselingi dengan latihan soal-soal sehingga kegiatan pembelajaran tidak melibatkan siswa secara aktif dan sebagian besar siswa bercanda. Selain itu, hasil belajar siswa berdasarkan tes awal yang diberikan menunjukkan masih rendahnya hasil yang diperoleh, meskipun materi pada tes awal sudah diberikan sebelumnya. Kemampuan siswa di kelas bersifat heterogen, dikarenakan pola pembelajaran seperti itu menyebabkan respon, aktivitas, dan minat siswa untuk belajar matematika relatif kurang optimum. Melihat hasil wawancara dengan guru yang mengajar mata pelajaran matematika kelas IV SDN 04 Prambon Trenggalek menunjukan bahwa proses pembelajaran yang mereka lakukan menggunakan kurikulum KTSP. Dalam proses pembelajaran guru belum menggunakan variasi model pembelajaran kooperatif, guru menggunakan metode ceramah walaupun guru sudah mengikuti pendidikan (seminar) tentang model pembelajaran akan tetapi beliau masih merasa kesulitan dalam menggunakan variasi model pembelajaran kooperatif.

3 Selain itu guru juga sudah menggunakan media pembelajaran, akan tetapi media yang digunakan masih mengandalkan media yang tersedia dalam sekolah, dan sampai saat ini pun guru belum pernah memanfaatkan media elektronik, dikarenakan masih belum bisa menggunakannya. SBM (Sumber Belajar dan Mengajar) atau bahan ajar yang digunakan di kelas IV SDN 04 Prambon Trenggalek dalam pembelajaran matematika khususnya, menggunakan buku paket Erlangga dan BSE (Buku Sekolah Elektronik), dalam hal ini guru kurang dalam mengembangkannya dikarenakan kesulitan dalam memperoleh informasi atau perkembangan materi baru di luar buku paket dan LKS (lembar kerja siswa). Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru secara langsung diketahui bahwa terkait dengan pembelajaran matematika kelas IV di SDN 04 Prambon Trenggalek masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan. Kelas tersebut terdiri dari 18 siswa, hanya ada 6 siswa yang sudah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Dengan kata lain prosentase siswa yang belum tuntas adalah 66,7% sedangkan siswa yang tuntas 33,3% dari jumlah siswa. KKM yang ditentukan pada mata pelajaran Matematika di kelas IV SDN 04 Prambon Tranggalek adalah sebesar 60. Informasi lain yang diperoleh peneliti adalah pembelajaran di kelas IV SDN 04 Prambon Trenggalek masih didominasi dengan metode ceramah (teacher centered) dikarenakan masih kurangnya sumber informasi dan perangkat mengajar dan media pembelajaran yang ada di sekolah. Penyebab dari rendahnya hasil belajar matematika siswa tersebut adalah pertama, bahwa pembelajaran masih di dominasi dengan metode ceramah. Guru berupaya menjejali siswa

4 dengan materi pelajaran tanpa memperhatikan kemampuan siswa menyerap materi tersebut. Para guru kurang memanfaatkan pengetahuan awal siswa sebagai hasil interaksi mereka dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Kedua, guru belum memanfaatkan media yang inovatif dan masih menggunakan sedikit bantuan media yaitu hanya berupa gambar-gambar yang sederhana. Sehingga siswa merasa bosan untuk mengikuti pembelajaran matematika materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan. Ketiga, pada saat guru menerangkan materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan semua siswa tidak selalu antusias memperhatikan penjelasan. Hal ini disebabkan karena siswa ramai sendiri dan perhatian siswa selalu terpancing dengan keadaan luar di sekitar, misalnya ada orang yang lewat, ada orang yang datang ke kelas. Sehingga siswa merasa terganggu kosentrasinya pada saat mendengarkan materi yang di sampaikan guru. Kondisi tersebut dapat menjadi salah satu penyebab mengapa pembelajaran matematika di sekolah menjadi kurang menarik minat siswa sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah, akibatnya pelajaran matematika di mata para siswa menjadi kurang bermakna dan akhirnya bermuara pada rendahnya prestasi siswa. Ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa pada waktu di kelas III, 66,7% siswa belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 60 dan 33,3% yang mencapai KKM. Menyikapi kondisi akademik dan kondisi fisik seperti di atas, maka perlu diupayakan usaha peningkatan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep matematika melalui penerapan suatu model pembelajaran yang kelihatannya lebih berpusat pada upaya menumbuhkembangkan partisipasi dan aktivitas siswa di

5 dalam pemecahan suatu masalah. Sehingga kegiatan pembelajaran tidak lagi hanya mengutamakan produk saja akan tetapi lebih mengutamakan proses bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh siswa. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran tersebut di atas adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Karakteristik pembelajaran matematika sangat sesuai dengan model pembelajaran ini karena dalam pembelajaran matematika, siswa sering dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Bagi siswa tertentu, bertanya kepada teman sebaya untuk mendapatkan penjelasan terhadap apa yang telah dijelaskan oleh guru akan lebih mudah dipahami oleh siswa karena mereka biasanya menggunakan bahasa dan ungkapan yang biasa digunakan oleh anak muda sebaya dan secara psikologis, mereka dalam berkomunikasi tidak ada beban. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan pembelajaran yang kegiatannya lebih berpusat pada siswa, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang, dalam kelompok kemampuan siswa harus heterogen. Setiap siswa dalam kelompok akan mendapat tugas yang berbeda, dan dalam kelompok mereka saling bahu-membahu untuk menguasai materi atau tugas yang dibebankan pada kelompoknya. Selanjutnya, mereka akan mengikuti turnamen antar kelompok, siswa-siswa terpandai dikelompoknya akan diadu dengan siswa-siswa yang terpandai dikelompok yang lain, demikian juga untuk para siswa yang berkemampuan menengah dan kurang. Semua anggota kelompok berusaha meraih skor sebanyak-banyaknya untuk menjadikan kelompoknya yang terbaik. Di sini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan moderator dalam mengambil kesimpulan pada saat diskusi berlangsung.

6 Dengan mempelajari sendiri, mendiskusikan, menemukan dan menghayati sendiri konsep-konsep penting yang terkandung dalam materi yang dibahas, serta mempertandingkan semua pengetahuan yang telah diperoleh dalam kelompok mereka masing-masing, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dan menumbuhkan rasa percaya diri, serta keterampilan sosial mereka, disamping peningkatan hasil belajar siswa itu sendiri. Menurut Slavin (2005) model pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh yang positif dalam memperbaiki hubungan antar kelompok dan rasa percaya diri siswa sehingga tumbuh motivasi dalam diri siswa untuk mengulang kegiatan tersebut. Model pembelajaran ini sangat sesuai jika diterapkan pada kelas yang memiliki kemampuan heterogen, karena siswa yang kemampuannya kurang akan dibantu oleh siswa yang memiliki kemampuan baik pada saat kerja kelompok. Menyadari adanya kondisi guru dan proses pembelajaran matematika di kelas IV SDN 04 Prambon Trenggalek, serta memperhatikan keunggulankeunggulan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka melalui penelitian tindakan kelas (PTK) ini peneliti akan mencoba mengimplementasikan motode pembelajaran tersebut dalam pembelajaran matematika kelas IV SDN 04 Prambon Trenggalek dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Judul penelitian yang diajukan adalah Meningkatkan Hasil Belajar Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Pecahan Menggunakan Model Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournamen) Kelas IV SDN 04 Prambon Trenggalek.

7 1.2 Fokus Masalah Hasil belajar yang kurang maksimal dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas IV SDN disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab kurang maksimalnya hasil belajar siswa karena aktivitas belajar dalam proses pembelajaran matematika kurang bervariasi atau monoton. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, terdapat dua rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu: 1) Bagaimana penerapan model kooperatif tipe TGT dalam materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan kelas IV SDN 04 Prambon Trenggalek? 2) Bagaimana melalui model kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar pada materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan kelas IV SDN 04 Prambon Trenggalek? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini memiliki tujuan yaitu: 1) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan model kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan kelas IV di SDN 04 Prambon Trenggalek 2) Mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan dengan

8 menggunakan model kooperatif tipe TGT kelas IV SDN 04 Prambon Trenggalek. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan antara lain: a) Manfaat Teoretis 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori pendidikan khususnya tentang model pembelajaran. 2) Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pendidikan khususnya pada pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran Matematika. b) Manfaat Praktis 1) Bagi Siswa Adanya pengalaman langsung belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam diskusi kelompok dan hasil belajar lebih meningkat dalam mata pelajaran Matematika. 2) Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai alternatif dan bahan pertimbangan bagi guru, dalam memilih model pembelajaran yang memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

9 3) Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien di sekolah. 4) Bagi Peneliti Peneliti dapat menambah wawasannya mengenai perumusan dan penyusunan sebuah penelitian. Peneliti sebagai seorang calon guru mendapatkan sebuah model pembelajaran inovatif yang nantinya dapat digunakan pada proses pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah kooperatif tipe TGT. 1.6 Batasan Istilah 1) Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) adalah metode yang menerapkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsure permainan dan penguatan (reinforcement), Kiranawati (2007: 1). 2) Hasil Belajar adalah perubahan tingkah laku pada siswa setelah mengalami proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, perencanaan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku

10 yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian, Sudjana (2008: 3).