BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan ketrampilan proses siswa dengan model pembelajaran inkuiry terbimbing pada Suhu dan Kalor di SMAN 6 Kota Jambi, maka jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakkan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini (PTK) dilaksanakan di SMAN 6 Kota Jambi yang terletak di Jalan Kol M kukuh No. 11 Pal Lima Kota Baru Jambi. Kelas yang akan diteliti adalah kelas X 10 pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. 3.3 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X 10 SMAN 6 Kota Jambi semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan fokus penelitian pada keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran Fisika 24
25 3.4 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari tiga siklus. Model Kemmis dan Mc Taggart merupakakan model pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan satu kesatuan. Untuk lebih jelasnya prosedur penelitian ini dapat dilihat dari gambar skema di bawah ini: REFLEKSI RENCANA AWAL TINDAKAN OBSERVASI REFLEKSI RENCANA YANG DIREVISI TINDAKAN OBSERVASI RENCANA YANG DIREVISI REFLEKSI TINDAKAN OBSERVASI Gambar 3.1 skema model Kemmis dan Mc Taggart
26 3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Instrumen Tes Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya tingkat kemampuan manusia secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap sejumlah stimumulus atau pertanyaan. Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini berupa uraian. 3.5.1.1 Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sugiyono (2015) mengatakan bahwa tes dikatakan valid apabila instrumen tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Arikunto (2013), Dalam menentukan tingkat validitas butir soal digunakan rumus korelasi product moment pearson dengan mengkorelasikan antara skor yang didapat siswa pada butir soal dengan skor total yang didapat. Rumus yang digunakan sebagai berikut: Keterangan: = Koefisien korelasi antara skor item dengan skor total N ΣX = Jumlah peserta = Jumlah skor item X
27 ΣY ΣXY ΣX² ΣY² = Jumlah skor total = Jumlah perkalian skor item X dengan skor total = Jumlah kuadrat skor item X = Jumlah kuadrat skor total Hasil analisis data dalam menentukan koefisien validitasnya, dicocokkan dengan kriteria validitas dari alat evaluasi tersebut. Berikut pencocokannya: Tabel 3.1 Kriteria Validitas Koefisien Validitas Kriteria 0,80 1, 00 Sangat tinggi 0,60 0,80 Tinggi 0,40 0,60 Sedang 0,20 0,40 Rendah 0,00 0,20 Sangat rendah < 0,00 Tidak valid Sumber: Arikunto (2010) Hasil perhitungan r xy dibandingkan dengan tabel kriteria validitas terlihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Kriteria Nomor Soal Sangat tinggi 3, 15, 19, 23, 24 dan 27 Tinggi 5, 6, 18, dan 26 Sedang 8, 10, 12 dan 13 Rendah 1, 17 dan 28 Sangat rendah 4, 7, 14, 16, 20, 25, 29 dan 30 Tidak valid 9, 11, 21 dan 22 3.5.1.2 Reliabilitas Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes bila diteskan kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui ketepatan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil. Suharsimi (2008) sebuah tes dikatakan reliabilitas yang baik apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Tujuan utama menghitung reliabilitas skor tes adalah
28 untuk mengetahui tingkat ketepatan skor tes. Indeks reliabilitas berkisar antara 0 sampai denggan 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas tes (mendekati 1), semakin tinggi pula ketepatannya. Menurut Arikunto (2013) untuk menentukan reliabilitas suatu soal yang berbentuk uraian maka dapat digunakan rumus Alpha sebagai berikut: ² Dengan: ² ² ² atau ² ² Keterangan: r 11 n N = Realibilitas instrumen = Banyaknya butir soal = Jumlah Peserta tes ² = Jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total Koefisien reliabilitas tes berkisar antara 0,00 sampai 1,00 dengan perincian korelasi seperti pada tabel berikut: Tabel 3.3 Koefisien Reliabilitas No Nilai r Keterangan 1 0,81 < r < 1,00 Sangat Tinggi 2 0,61 < r < 0,80 Tinggi 3 0,41 < r < 0,60 Sedang 4 0,21 < r < 0,40 Rendah 5 0,00 < r < 0,20 Sangat Rendah Sumber : Arikunto (2009) Berdasarkan hasil analis soal diperoleh reliabilitas soal sebesar 1,0 hal ini menyatakan bahwa tingkat ketepatan skor tes sangat tinggi. Hasil ini diperoleh
29 dengan cara membandingkan hasil analisis reabialitas soal dengan tabel koefisien reliabilitas. 3.5.1.3 Tingkat Kesukaran Sebelum penelitian terlebih dahulu dilakukan uji perhitungan analisis butir soal dengan cara menghitung tingkat kesukaran soal dan daya beda soal. Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK = 0 berarti tidak ada siswa yang mampu menjawab benar dan bila memiliki TK = 1 berarti semua siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Suprananto (2014) pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta tes pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini:
30 Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat ditentukan dengan hasil analisis soal yang diperoleh dengan tabel tingkat kesukaran soal berikut ini: berikut: Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal P ( Tingkat Kesukaran ) Keterangan 0,00 < P 0,29 0,30 < P 0,69 0,70 < P 1,00 Soal sukar Soal sedang Soal mudah Sumber : Suprananto (2014) Hasil analisis tingkat kesukaran soal terlihat pada Tabel 3.5 sebagai Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Nomor Soal Keterangan 7 dan 11 Soal Sukar 1, 2, 3, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10,12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29 dan 30 Soal Sedang 17 Soal Mudah 3.5.1.4 Daya Beda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk dapat membedakan siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan ssiwa yang belum menguasai materi yang diujikan. Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya dinyatakan dalam bentuk proporsi. Untuk mengetahui daya pembeda soal bentruk uraian dapat menggunakan rumus berikut ini:
31 Besarnya daya pembeda ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00 dan mengenal tanda negatif (-), dengan ketentuan : Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Beda Indeks daya Beda Kriteria Daya Beda Negatif Sangat buruk, sebaiknya dibuang 0,00<D 0,20 Jelek 0,20<D 0,40 Cukup 0,40<D 0,70 Baik 0,71<D 1,00 Baik sekali Sumber : Arikunto (2010) Berdasarkan hasil analisis daya beda soal diperoleh kriteria-kriteria soal yang ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 3.7 Hasil Klasifikasi Daya Beda Kriteria Daya Beda Nomor Soal Sangat buruk, sebaiknya dibuang 7, 9, 14, 16, 21, 22 dan 30 Jelek 1, 2, 4, 11, 12, 20, 25, 28 dan 29 Cukup 26 Baik 3, 5, 6, 8, 10, 12, 13, 15, 18, 19, 23, 24 dan 27 Baik sekali - 3.5.2 Instrumen Non Tes Instrument non-tes yang digunakan berupa lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi ketrampilan proses siswa. Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengamati keterlaksanaan tahapan tahapan pada model pembelajaran inkuiri terbimbing. Lembar observasi aktivitas siswa untuk mengamati keterlaksanaan kegiatan siswa pada model pembelajaran inkuiri terbimbing. Lembar observasi ketrampilan proses siswa digunakan untuk mengamati indikator dari aspek ketrampilan proses siswa yang muncul.
32 3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Data Kuantitatif Data kuantitatif yang digunakan untuk mengamati hasil belajar siswa diperoleh dari hasil pemberian tes pada tahap evaluasi. Pada tes bentuk uraian cara pemberian skor adalah sebagai berikut Djemari (2008) : 1. Menggunakan pensekoran analitik. 2. Lakukan penilaian jawaban pertanyaan demi pertanyaan. 3. Bila memungkinkan hilangkan identitas peserta didik dengan memberi kode saja. 4. Nilai per soal dalam bentruk uraian dapat menggunakan rumus berikut ini: Nilai per soal Menghitung rata-rata persentase setiap aspek keterampilan proses sains dengan menggunakan persamaan berikut: Keterangan: = persentase rata-rata KPS siswa per aspek Pi n = Persentase tiap soal = Banyaknya soal per aspek
33 Setelah diperoleh hasil persentase keterampilan proses sains siswa, selanjutnya menentukan kriteria keterampilan proses sains dengan cara menafsirkan persentase skor yang diperoleh siswa dengan kriteria sebagai berikut : 3.6.2 Data kualitatif Tabel 3.8 Klasifikasi Keterampilan Proses Sains Persentase Kriteria 89% < X 100% Sangat tinggi 78% < X 88% Tinggi 65% < X 77% Sedang 55% < X 64% Rendah 0% < X 54% Sangat rendah Sumber : Riduwan( 2011) Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan belajar berlangsung. Untuk menganalisis hasil observasi mengenai aktivitas belajar siswa digunakan rumus yang dikemukakan oleh Rukiman (2000) sebagai berikut : A = Keterangan : A = aktivitas siswa 3.7 Indikator Keberhasilan Permasalahan dinilai selesai jika kemampuan ketrampilan proses sains siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terlihat pada saat kemampuan siswa dalam melakukan observasi (pengamatan), membuat hipotesis, menginterprestasi dan membuat inferensi tercapai. Tercapainya jika 75% siswa telah mengalami peningkatan dalam melakukan observasi, membuat hipotesis, dan menginterprestasikan data.