BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 23Maret sampai dengan tanggal 10 Mei Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sumbang Kecamatan Kembaran pada semester 2 tahun ajaran 2010 / Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII E, dengan jumlah siswa sebanyak 32 terdiri dari 12 siswa laki laki dan 20 siswa perempuan. Kelas ini dipilih karena rata rata nilai ulangan harian di kelas belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu Tindakan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas(ptk) yaitu, penelitian yang bersifat kolaboratif dan didasarkan pada permasalahan yang muncul di SMP Negeri 2 Sumbang. Menurut Arikunto dkk (2007:3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan menurut Kemmis dalam Sanjaya (2009:24), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang memunculkan masalah masalah yang dilakukan oleh guru dalam suatu kelas dan merupakan pencermatan kegiatan belajar berupa tindakan untuk 27 memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas secara profesional.

2 Menurut Arikunto (2007:16) peneliti dalam penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas yang bersifat kolaboratif, dengan tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing masing tahap adalah sebagai berikut : 1. Rancangan Penelitian (planning) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang mengamati jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaboratif. 2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. 3. Pengamatan (Observing) Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. 4. Refleksi (reflecting) Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan saat ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Dibawah ini gambar siklus penelitian model Arikunto (2007:16) yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini : Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

3 Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus untuk dua kali pertemuan yang masing masing siklus terdiri dari satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 40 menit. Dengan rincian sebagai berikut : Siklus I : Pertemuan 1, pada siklus ini diadakan pre test dan siswa mengisi angket respon siswa terhadap pembelajaran PKn untuk mengetahui keadaan awal siswa sebelum diadakan tindakan. Setelah pre test dilaksanakan, proses pembelajaran dimulai dengan menggunakan metode Examples Non Examples. Pada akhir pembelajaran kemudian guru memberikan pos tes Idan angket respon siswa untuk mengetahui hasil belajar setelah diadakan siklus 1. Siklus II : Pertemuan 2, proses pembelajaran di kelas masih menggunakan metode Examples Non Examples dan diakhiri dengan pos tes beserta angket respon siswa untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan digunakan peneliti yaitu dengan menggunakan tes, observasi, angket, wawancara dan dokumentasi Tes Tes merupakan instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda. (Sanjaya,2009:99) Observasi

4 Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal hal yang akan diamati atau diteliti. (Sanjaya,2009:86) Angket Menurut Sukardi (2007:76) angket adalah beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak di pecahkan, disusun dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan Wawancara Wawancara atau interviu dapat diartikan sebagai tekhnik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan, baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu. (Sanjaya,2009:96) Dokumentasi Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat peneliti, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan film dokumenter dan data lain yang relevan. ( Pengembangan Instrumen Penelitian Suatu Instrumen penelitian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya (Validitas) dan Ketetapan atau Keajegannya (Reliabilitas). 1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto,1997:145).

5 Dalam penentuan tingkat validitas butir soal digunakankolerasi Product Moment Pearson dengan mengkorelasikan antara skor yang didapat siswa pada suatu butir soal dengan skor total yang didapat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2008:180) : r xy = N.Σ. Σ. Σ N.Σ Σ. N.Σ Σ Keterangan : r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y N = Banyaknya peserta tes X = Nilai hasil uji coba Y= Nilai rata rata harian (Rusffendi) Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi r xy digunakan kriteria Nurgana sebagai berikut : 0,80 <r xy 1,00 : Sangat Tinggi 0,60 <r xy 0,80 : Tinggi 0,40 <r xy 0,60 : Cukup 0,20 <r xy 0,40 : Rendah r xy 0,20 : Sangat Rendah 2. Reliabilitas Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Tes hasil belajar dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini menunjukan kesamaan hasil pada saat berlainan waktunya terhadap siswa yang sama. (Nana Sudjana,1989:16) Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan rumus perhitungan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut dalam Suharsimi Arikunto (1997:163) : = Keterangan: k Vt = Realibilitas instrumen = Banyaknya butir pertanyaan = Varians total

6 p = Banyaknya subyek yang skornya 1 q = Proporsi subyek yang mendapat skor 0 Interpretasi nilai mengacu pada keterangan sebagai berikut : 0,20 reliabilitas : sangat rendah 0,20 0,40 reliabilitas : rendah 0,40 0,70 reliabilitas : sedang 0,70 0,90 reliabilitas : tinggi 0,90 1,00 reliabilitas : sangat tinggi 3. Menentukan Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran (TK) soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam menganalisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar (Nana Sudjana,1989:135). Menurut Sudjana dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2008:182), tingkat tesukaran (TK) tingkat kesukaran pada masing masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : TK = S A + S B n maks TK = Tingkat kesukaran S A S B n maks = Jumlah skor kelompok atas, = Jumlah skor kelompok bawah = Jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah = Skor maksimal soal yang bersangkutan kriteria interpretasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut : 0,00-0,30 = soal kategori sukar, 0,31 0,70 = soal kategori sedang, 0,71 1,00 = soal kategori mudah.

7 4. Menentukan Daya Beda Untuk memperhitungkan daya pembeda (DP), dilakukakan langkah langkah sebagai berikut : 1. Para siswa didaftarkan dalam peringkat pada sebuah tabel, 2. Dibuat pengelompokan siswa dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas 50% dari seluruh siswa yang mendapat skor tinggi dan kelompok bawah terdiri atas 50% dari seluruh siswa yag mendapat skor rendah. Daya pembeda ditentukan dengan rumus : DP = S A - S B I A Keterangan : S A : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah, S B : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah I A : jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang diolah Interpretasi nilai DP mengacu pada pendapat Ruseffendi dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2008:181). 0,40 atau lebih : sangat baik 0,30 0,39 : cukup baik, mungkin perlu diperbaiki 0,20 0,29 : minimum, perlu diperbaiki 0,19 ke bawah : jelek, dibuang atau dirombak 3.6. Tekhnik Analisis Data Untuk menganalisis hasil penelitian, yaitu mengukur peningkatan hasil belajar siswa melalui metode Examples Non Examples digunakan analisis presentase. Adapun rumus presentase yang digunakan adalah : P = ƒ X 100% Keterangan : P F : Presentase : Jumlah setiap Indikator

8 N : Jumlah siswa (Arikunto,2005:269) 3.7. Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan a. Indikator Kerja Indikator kerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila metode Examples Non Examples pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pokok bahasan Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat ini dapat dilakukan dengan baik dan seluruh siswa terlibat secara aktif dalam proses pelajaran. b. Kriteria Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya dan siswa yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal mencapai 75 % dari jumlah siswa keseluruhan. Kriteria Ketuntasan Minimal 75% ini ditentukan oleh pihak sekolah.