digilib.uns.ac.id 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Prokrastinasi Akademik a. Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu pro yang artinya maju dan crastinus yang artinya besok (Steel, 2007). Prokrastinasi merupakan penundaan yang dilakukan dalam memulai dan menyelesaikan tugas-tugas penting yang selalu melibatkan adanya perasaan lemah dan konflik dalam diri (Clariana et al., 2012) Prokrastinasi adalah suatu kegagalan yang sering dilakukan dalam mencapai tujuan (Aderanti et al., 2013). Gunawinata et al. (2008) menyebutkan bahwa di dalam prokrastinasi harus terdapat komponen-komponen berikut: 1) Merupakan bagian dari perilaku menunda. 2) Menghasilkan produk perilaku yang di bawah standar. 3) Melibatkan tugas yang dianggap penting untuk dilakukan. 4) Menghasilkan kondisi emosional yang mengganggu. Orang yang melakukan prokrastinasi disebut prokrastinator. Chu dan Choi (2005) membagi dua jenis prokrastinator menurut kemampuannya dalam membuat keputusan, yaitu:
digilib.uns.ac.id 6 1) Prokrastinator pasif, orang yang sengaja menunda tugasnya sampai batas akhir waktu pengumpulan karena ketidakmampuannya dalam membuat keputusan. 2) Prokrastinator aktif, orang yang sengaja melakukan penundaan dengan tujuan untuk menggunakan seluruh kemampuannya di bawah tekanan waktu demi mendapatkan hasil yang memuaskan. b. Prokrastinasi Akademik Savira dan Suharsono (2013) berpendapat bahwa prokrastinasi akademik adalah penundaan yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, baik dalam memulai maupun menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan bidang akademik. Wolters (2003) menjelaskan bahwa seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik memahami apa yang perlu dilakukan dan mungkin ingin melakukan tugas-tugas akademik, tetapi gagal melakukan aktivitas dalam waktu yang diinginkan atau diharapkan. Ferrari et al. (1995) berpendapat adanya prokrastinasi akademik dapat diamati dari ciri-ciri berikut ini: 1) Menunda untuk mulai mengerjakan atau menyelesaikan tugas sampai tuntas bila sudah mulai mengerjakan sebelumnya. 2) Dibandingkan orang pada umumnya, prokrastinator cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama dalam mengerjakan tugas, sehingga sering terlambat dalam mengerjakan tugas.
digilib.uns.ac.id 7 3) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja. Prokrastinator cenderung terlambat dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan baik oleh orang lain atau rencana yang dibuat sendiri. 4) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Jackson (2012) menjelaskan bahwa prokrastinasi dalam bidang akademik lebih menekankan pada penundaan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik seperti menunda dalam mempersiapkan ujian, mengerjakan pekerjaan rumah, dan menulis makalah. Terdapat enam area prokrastinasi akademik menurut Solomon dan Rothblum (1984), yaitu: 1) Tugas mengarang, yang termasuk dalam tugas ini adalah tugastugas yang berkaitan dengan tulis-menulis seperti pembuatan makalah dan laporan. 2) Belajar menghadapi ujian, dalam kehidupan mahasiswa kedokteran hal ini berkaitan dengan penundaan ketika akan menghadapi pretest, responsi, maupun ujian blok. 3) Tugas membaca, hal ini berhubungan dengan tugas mahasiswa untuk membaca buku-buku literatur atau referensi lain sehubungan dengan tugas akademis.
digilib.uns.ac.id 8 4) Kinerja tugas administratif, merupakan kegiatan seperti menyalin catatan, mendaftarkan diri sebagai peserta praktikum, dan mengisi presensi daftar hadir. 5) Menghadiri pertemuan, penundaan dalam area ini dapat berupa keterlambatan dalam menghadiri kuliah, praktikum, course, maupun tutorial. 6) Kinerja akademis secara keseluruhan, berupa penundaanpenundaan dalam mengerjakan tugas akademis secara keseluruhan. c. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prokrastinasi Akademik Berbagai penelitian telah menemukan keterkaitan prokrastinasi akademik dengan beberapa faktor. Tjundjing (2006) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa komponen yang memengaruhi prokrastinasi, yaitu: 1) Komponen perilaku, berupa kebiasaan menunda dan bermalasmalasan sehingga baru memulai, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas mendekati batas waktu yang ditentukan. 2) Komponen kognitif, adanya ketidaksesuaian antara intensitas, prioritas, atau penentuan tujuan terhadap tugas-tugas yang telah ditetapkan. 3) Komponen afektif, berupa rasa tertekan dan tidak nyaman ketika melakukan penundaan. Gunawinata et al. (2008) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan prokrastinasi akademik, yaitu:
digilib.uns.ac.id 9 1) Ketidakpercayaan akan kemampuannya dalam mengerjakan tugas. 2) Ketidakmampuan dalam menunda kesenangan. 3) Kecenderungan menyalahkan sesuatu di luar dirinya untuk kesalahan yang dilakukannya. Munculnya prokrastinasi menurut Savira dan Suharsono (2013) dipengaruhi oleh : 1) Faktor internal, yaitu faktor-faktor di dalam pribadi individu yang memengaruhi prokrastinasi misalnya faktor fisik dan psikologis. 2) Faktor eksternal, merupakan faktor di luar pribadi individu yang memengaruhi prokrastinasi. Hal ini dapat berupa kondisi lingkungan yang kurang disiplin. Steel (2007) membagi empat faktor yang berkaitan dengan prokrastinasi akademik seseorang, yaitu: 1) Karakteristik tugas Ketika suatu tugas dirasa tidak menyenangkan, orang akan cenderung menghindari tugas tersebut walaupun dalam jangka panjang hal tersebut akan merugikan. 2) Tipe kepribadian a) Neuroticism Tipe kepribadian ini berkaitan dengan rendahnya selfefficacy, rendahnya self-esteem, adanya self-handicapping, adanya rasa cemas, perasaan tertekan dan depresi. Orang
digilib.uns.ac.id 10 dengan tipe kepribadian ini berpotensi tinggi untuk melakukan prokrastinasi. b) Agreeableness Tipe kepribadian ini memiliki korelasi negatif dengan prokrastinasi. Orang dengan rebelliousness, hostility, dan disagreeableness tidak menyukai jadwal-jadwal yang telah ditetapkan dan cenderung melakukan penundaan dalam mengerjakan tugas. Orang dengan rebelliousness, hostility, dan disagreeableness membuat aturan sendiri dalam mengatur jadwal sebagai usaha untuk menunjukkan kemandirian. c) Extraversion Kepribadian ini sebagai rasa optimis, energik, ekspresif, menarik, impulsif dan suka mencari sensasi. Ciri kepribadian impulsif dan suka mencari sensasi inilah yang berkaitan dengan prokrastinasi. d) Conscientiousnes Tipe kepribadian ini berkorelasi negatif dengan perilaku prokrastinasi. Individu dengan conscientiousness tinggi akan menunjukkan perilaku penuh rencana, teratur, serius, persisten, terarah pada tujuan dan dapat mengendalikan diri. Beberapa aspek tipe kepribadian ini yang berpengaruh, di
digilib.uns.ac.id 11 antaranya self-control/self-discipline, organization, dan motivasi berprestasi. 3) Mood dan kinerja Prokrastinasi dapat digunakan sebagai cara sementara menghindari gangguan mood. Namun, apabila hal tersebut terjadi berkepanjangan hanya akan menyebabkan akibat yang buruk misalnya berujung pada depresi. Beberapa orang melakukan prokrastinasi untuk meningkatkan kinerjanya. Dengan melakukan prokrastinasinya dapat mengeluarkan seluruh kemampuan fisik dan kognitif ketika batas waktu semakin dekat. 4) Demografi Semakin meningkatnya umur dan berbagai pengalaman yang dimiliki sebelumnya seharusnya dapat menurunkan prokrastinasi. Sedangkan hubungan antara jenis kelamin dengan prokrastinasi cukup bervariasi. d. Akibat Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi tampak sebagai perilaku yang umum terjadi, tetapi sebenarnya hal tersebut merupakan perilaku yang merugikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tjundjing (2006) menjelaskan adanya korelasi negatif antara prokrastinasi akademik dengan prestasi akademik. Savira dan Suharsono (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa prokrastinasi akademik juga menyebabkan
digilib.uns.ac.id 12 terhambatnya kinerja individu, hal ini terlihat dengan tingginya tingkat ketidakhadiran kuliah atau terlambat dalam perkuliahan serta putus sekolah. Rosário et al. (2009) berpendapat bahwa prokrastinasi dalam mengerjakan tugas tidak hanya memengaruhi prestasi akademik namun juga memengaruhi kualitas hidup. Menurut beberapa literatur, prokrastinasi dikaitkan dengan gaya hidup maladaptif. Adanya hal tersebut dapat mengakibatkan efek pribadi dan sosial yang serius, misalnya seseorang jadi merasa bahwa kemampuan yang dimilikinya semakin menurun. Gunawinata et al. (2008) membagi dua akibat prokrastinasi akademik, yaitu: 1) Efek negatif, efek ini dibagi mejadi: a) Internal, prokrastinasi dapat menyebabkan rasa frustasi, marah dan bersalah. b) Eksternal, prokrastinasi berkorelasi negatif dengan prestasi akademik. 2) Efek positif Efek positif dari prokrastinasi akademik hanya bersifat sementara waktu saja, yaitu dapat mengatasi stres dan bad mood sesaat. Setelah itu, akibat jangka panjang prokrastinasi menyebabkan seseorang merasakan stres bahkan depresi.
digilib.uns.ac.id 13 2. Motivasi Berprestasi a. Motivasi Motivasi berasal dari kata motif. Kata motif berarti daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sardiman (2007) menjelaskan bahwa motivasi merupakan proses pengerahan dan penguatan motif untuk diaktualisasikan dalam perbuatan nyata. Uno (2007) berpendapat bahwa motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku. Majid (2013) menambahkan bahwa motivasi merupakan salah satu proses psikologis yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan secara sukarela yang diarahkan pada tujuan tertentu. Sumber motivasi menurut Majid (2013) dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu: 1) Faktor internal, terdiri dari adanya kebutuhan, persepsi individu, harga diri dan prestasi, adanya cita-cita dan harapan masa depan, keinginan tetang kemajuan dirinya, minat, serta kepuasan kinerja. 2) Faktor eksternal, misalnya pemberian hadiah, kompetisi, hukuman, pujian, situasi lingkungan dan imbalan yang diterima. Berkaitan dengan sumber motivasi, Islamuddin (2012) membagi motivasi menjadi:
digilib.uns.ac.id 14 1) Motivasi intrinsik Merupakan motif-motif yang akan langsung berfungsi tanpa perlu dorongan dari luar. Di dalam belajar, motivasi intrinsik memiliki peran penting terutama dalam belajar mandiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik akan sulit dalam melakukan aktivitas belajar secara terus-menerus. 2) Motivasi ekstrinsik Motif ini akan berfungsi apabila ada dorongan dari luar. Keadaan mahasiswa yang dinamis membuat motivasi ekstrinsik menjadi sangat penting dalam meningkatkan atau mendorong semangat mahasiswa dalam mencapai prestasi. b. Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi adalah topik yang banyak diteliti baik dalam bidang psikologi maupun pendidikan. Motivasi berprestasi dapat dimengerti dengan memahami pengertian dari prestasi dan motivasi. Prestasi menekankan pada seberapa besar pencapaian yang diperoleh seseorang sehubungan dengan usaha yang telah dilakukannya, dalam kehidupan mahasiswa biasanya dikaitkan dengan prestasi akademik. Motivasi berkaitan dengan alasan seseorang untuk melakukan kegiatan, ketekunan, dan seberapa besar usaha yang dilakukan untuk melakukan aktivitas tersebut (Shekhar dan Devi, 2012). Banyak peneliti mendefinisikan motivasi berprestasi dalam beberapa pengertian. Willis (2012) berpendapat motivasi berprestasi
digilib.uns.ac.id 15 merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk meraih prestasi. McClelland (1987) mengatakan bahwa motivasi berprestasi adalah sebuah kebutuhan untuk dapat bersaing atau melampaui standar pribadi. Sumardjoko (2010) mengatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu nilai sosial yang menekankan pada keinginan individu untuk menjadi yang lebih baik sehingga tercapai rasa keberhasilan dalam pribadinya. Shekhar dan Devi (2012) menjelaskan, adanya motivasi berprestasi dianggap penting khususnya di bidang pendidikan. Hal tersebut dikarenakan motivasi berprestasi berkaitan dengan: a) academic selfconcept; b) academic self-efficacy; c) ciri-ciri kepribadian; d) tingkat perkembangan; dan e) perbedaan gender. Wardana (2013) mengemukakan ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu: 1) Memiliki tanggung jawab yang tinggi. 2) Memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik, serta berjuang untuk merealisasikannya. 3) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil risiko yang dihadapi. 4) Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan. 5) Mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu.
digilib.uns.ac.id 16 Ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi berprestasi rendah dapat dilihat sebagai berikut: 1) Kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau kegiatan. 2) Memiliki program kerja namun tidak sesuai pada rencana dan tujuan yang realistik, serta lemah dalam melaksanakannya. 3) Bersikap apatis dan tidak percaya diri. 4) Ragu-ragu dalam mengambil keputusan. 5) Tindakannya kurang terarah pada tujuan. Hendrati dan Rahayuni (2005) berpendapat bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai karakteristik adanya dorongan kuat untuk menetapkan tujuan yang menantang. Oleh karena itu, seseorang dengan motivasi berprestasi tinggi akan bekerja keras menggunakan keahlian dan kemampuannya untuk mewujudkan tujuan tersebut. c. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi muncul karena adanya motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas, pekerjaan, belajar serta dalam kehidupan. Motif berprestasi ini dapat dipelajari sehingga motif tersebut dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar (Uno, 2007). Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi menurut Roy et al. (2013) meliputi: 1) efektivitas guru atau pengajar; 2) teman;
digilib.uns.ac.id 17 3) sikap individu terhadap sekolah; 4) persepsi siswa tentang kemampuannya sendiri (self-efficacy); 5) pengalaman masa lalu baik positif maupun negatif; 6) keinginan untuk sukses; dan 7) perhatian orang tua terhadap anak-anak dan sekolahnya. Kosasih (2004) membagi faktor yang memengaruhi motivasi menjadi: a) faktor intelegensi; b) faktor psikologis; c) faktor sosiologis; dan d) faktor fisiologis. Keempat faktor tersebut saling mendukung dan timbul pada diri pelajar, sehingga tercipta semangat belajar, melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor intelegensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan tingkat motivasi yang dimiliki seseorang untuk memiliki pengetahuan serta mempelajari sesuatu. Faktor psikologis adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu yang berhubungan dengan kondisi psikis seseorang. Faktor sosiologis adalah faktor yang timbul dari luar diri misalnya lingkungan. Faktor fisiologis artinya faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani. Apabila keadaan jasmani seseorang terganggu, maka motivasinya akan terganggu. 3. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Prokrastinasi Akademik Proses belajar yang dijalani mahasiswa kedokteran menentukan keberhasilan perkuliahan yang dijalani. Adanya penundaan yang dilakukan mahasiswa dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada proses belajar maupun pencapaian prestasi akademik mahasiswa. Upaya untuk meningkatkan proses belajar mahasiswa bisa dilakukan dengan
digilib.uns.ac.id 18 meningkatkan faktor-faktor yang memengaruhi, salah satunya adalah motivasi berprestasi. Sumardjoko (2010) mengatakan bahwa pola motivasi seseorang menjadi sikap yang memengaruhi cara pandang terhadap pekerjaan dan bagaimana dirinya menjalani kehidupan. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi biasanya akan berbuat lebih baik dari orang lain atau mengerjakan suatu pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya. Sardiman (2007) mengatakan motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Uno (2007) berpendapat bahwa dengan motivasi berprestasi, seseorang akan cenderung untuk berusaha segera menyelesaikan tugasnya. Berdasarkan teori motivasi berprestasi (achievement motivation theory), motivasi berprestasi merupakan daya penggerak yang dapat memotivasi semangat kerja seseorang. Hal tersebut dapat mendorongnya untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan kemampuan serta energi yang dimiliki demi memperoleh prestasi kerja yang optimal. Diharapkan dengan tingginya motivasi berprestasi dapat meningkatkan potensi seseorang dalam menghindari prokrastinasi akademik yang sering terjadi di perguruan tinggi (Hasibuan, 2005).
digilib.uns.ac.id 19 B. Kerangka Pemikiran 1. Karakteristik tugas 2. Tipe kepribadian 3. Mood dan kinerja 4. Demografi Motivasi berprestasi Keinginan untuk menyelesaikan tugas Prokrastinasi akademik Motivasi Intrinsik Faktor internal: a) Adanya kebutuhan. b) Persepsi individu mengenai dirisendiri. c) Harga diri dan prestasi. d) Adanya cita-cita dan harapan masa depan. e) Keinginan tentang kemajuan dirinya. f) Minat. g) Kepuasan kinerja. Motivasi Ekstrinsik Faktor eksternal: a) Pemberian hadiah. b) Kompetisi. c) Hukuman. d) Pujian. e) Situasi lingkungan. f) Sistem imbalan yang diterima. Keterangan: : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prokrastinasi akademik pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas Sebelas Maret.